PMI Tumbuh Terbatas, Indikasi Ada Hambatan Ekspansi
Belum pesatnya pertumbuhan PMI Indonesia daripada negara-negara ASEAN lain menunjukkan adanya sejumlah hambatan yang menggerus minat pelaku industri manufaktur untuk berekspansi.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meskipun tidak berada di zona kontraksi, indikator menunjukkan laju ekspansi industri Indonesia tidak sepesat sejumlah negara anggota ASEAN lainnya. Kalangan pelaku industri menilai, belum pesatnya pertumbuhan tersebut menunjukkan hambatan ekspansi dari sisi perizinan dan infrastruktur ekspor yang menggerus daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara lain.
Laju ekspansi dan kontraksi itu tampak dari Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index/PMI) yang dirilis S&P Global pada awal Mei 2023. Nilai PMI ASEAN pada April 2023 mencapai 52,7 pada April 2023 atau naik 3,3 persen dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 51. Kenaikan tersebut merupakan kinerja terkuat sejak September 2022.
Indeks tersebut diolah dari 2.100 perusahaan manufaktur di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Singapura, Vietnam, dan Myanmar. Nilai PMI di atas 50 menunjukkan industri manufaktur berekspansi, sedangkan di bawah 50 menandakan kontraksi.
Angka PMI Indonesia pada April 2023 tercatat 52,7 dan berada di posisi ketiga setelah Thailand (60,4) dan Myanmar (57,4). S&P Global menggarisbawahi kenaikan pesat PMI Thailand sebesar 13,74 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara PMI Myanmar naik 3,42 persen dibandingkan dengan Maret 2023. Dengan nilai di bawah Indonesia, PMI Singapura juga melesat 6,13 persen menjadi 51,9 pada April 2023. Di sisi lain, kenaikan PMI Indonesia sebesar 1,54 persen.
Menurut Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri sekaligus Ketua Properti dan Kawasan Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar, perbandingan pertumbuhan PMI tersebut mencerminkan kemampuan daya saing manufaktur nasional. ”Indonesia jangan hanya puas berada di zona ekspansi,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (21/5/2023).
Belum pesatnya pertumbuhan PMI Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, lanjutnya, menunjukkan adanya sejumlah hambatan yang menggerus minat pelaku industri manufaktur untuk berekspansi. Salah satunya ialah belum optimalnya pembangunan infrastruktur yang menghubungkan pelabuhan berorientasi ekspor dengan jalan tol atau jalan utama, misalnya Pelabuhan Patimban, Jawa Barat, dan Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Belum pesatnya pertumbuhan PMI Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain menunjukkan adanya sejumlah hambatan yang menggerus minat pelaku industri manufaktur untuk berekspansi.
Selain itu, kata Sanny, persoalan perizinan dan reformasi birokrasi masih terjadi. Operasionalisasi sistem online single submission (OSS) juga belum optimal. Dia berpendapat, semangat kemudahan perizinan yang digaungkan lewat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi undang-undang seolah-olah memudar seiring dengan tahun politik.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani menilai, Indonesia memiliki kesempatan untuk meningkatkan perdagangannya dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Akan tetapi, perdagangan tersebut dapat menguntungkan jika Indonesia berdaya saing, baik dari segi biaya maupun kualitas.
Secara umum, dia berpendapat, kinerja PMI pada April 2023 menunjukkan, mayoritas perekonomian di negara anggota ASEAN berdaya tahan di tengah perlambatan ekonomi global. Oleh sebab itu, daya tahan ini semestinya dapat dimanfaatkan Indonesia melalui perdagangan intra-ASEAN.
Ekonom S&P Global Market Intelligence Maryam Baluch mengatakan, perusahaan yang menjadi responden melaporkan perolehan kenaikan profit dari bisnis baru sehingga mendorong kenaikan produksi terkuat sejak Oktober 2021. Hal ini menyokong kenaikan kinerja operasional manufaktur di ASEAN pada April 2023.
Kenaikan PMI ASEAN pada April 2023 ditopang oleh kenaikan pesanan baru dengan laju tercepat sejak September 2022.
Kenaikan PMI ASEAN pada April 2023 ditopang oleh kenaikan pesanan baru dengan laju tercepat sejak September 2022. Pembelian bahan baku turut meningkat dengan laju tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Tekanan harga juga melandai. Dengan situasi tersebut, Maryam menyatakan, pelaku industri manufaktur optimistis terhadap kinerja perusahaannya ke depan.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, kinerja PMI Indonesia pada April 2023 menunjukkan pertumbuhan di tengah pelemahan manufaktur di sejumlah negara maju yang berada di zona kontraksi, seperti Jerman, Perancis, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan. Indonesia berada di zona ekspansi selama 20 bulan berturut-turut.