Indonesia Ingin Jadi Pemain Utama Ekonomi Digital di ASEAN
Pangsa pasar ekonomi digital Indonesia mencapai 40 persen dari pangsa pasar Asia Tenggara. Indonesia bisa terus berperan sebagai pemain utama di kawasan ASEAN.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk terus mengembangkan ekonomi digital agar bisa menjadi pemain utama di kawasan Asia Tenggara. Ekonomi digital perlu dioptimalkan untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Salah satu caranya adalah terus menumbuhkembangkan inovasi yang dibarengi upaya menjaga kepercayaan publik.
”Pangsa pasar ekonomi digital Indonesia mencapai 40 persen dari pangsa pasar Asia Tenggara. Indonesia bisa terus berperan sebagai pemain utama di kawasan ASEAN,” ujar Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan secara virtual pada pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) 2023 yang diselenggarakan di Jakarta, Senin (8/5/2023).
Presiden mengatakan, potensi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia masih sangat besar. Pada 2025, nilai pasar ekonomi digital Indonesia diperkirakan 130 miliar dollar AS dan akan terus bertumbuh menjadi 315 miliar dollar AS pada 2030.
Saat ini, lanjut Presiden, Indonesia memiliki 2.400 perusahaan rintisan (start up) dengan penetrasi internet mencapai 76,8 persen. Ia berharap ekonomi keuangan digital dapat menjadi sumber baru pertumbuhan Indonesia pada masa mendatang.
Menurut Kepala Negara, ke depan, pengembangan konektivitas sistem pembayaran dan ekonomi keuangan di kawasan ASEAN mendesak untuk terus diperkuat. Salah satu penerapan nyatanya adalah pembayaran menggunakan metode pindai standar respons cepat Indonesia/QRIS antarnegara di Asia Tenggara. Sebelumnya, Indonesia sudah bekerja sama dengan Thailand. Adapun hari ini, Senin, Indonesia menjalin kerja sama serupa dengan Malaysia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, dengan posisi Indonesia sebagai Keketuaan ASEAN 2023, Indonesia akan mendorong kerja sama digitalisasi ekonomi lintas batas di kawasan ini. Dengan demikian, investasi, perdagangan, transaksi antarnegara kawasan Asia Tenggara bisa terus meningkat dan menguntungkan tiap negara di dalamnya.
Ia mengatakan, dalam waktu mendatang, ekonomi digital tidak akan lagi berperan jadi penyangga perekonomian, tetapi menjadi tulang punggung akselerator pertumbuhan ekonomi nasional. Ke depan, lanjut Airlangga, ekonomi digital Indonesia akan berkontribusi pada 20 persen produk domestik bruto (PDB) dalam negeri.
Di acara yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan dan perkembangan ekonomi digital Indonesia terbilang pesat. Digitalisasi transaksi sudah menjamah tak hanya lagi di perkotaan, tetapi hingga perdesaan, mulai dari pertokoan, pasar tradisional, pedagangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), hingga rumah ibadah.
Ia memperkirakan peredaran uang elektronik tahun ini bisa mencapai Rp 495 triliun. Adapun total transaksi e-dagang bisa mencapai Rp 533 triliun. Bahkan, total transaksi layanan perbankan digital bisa mencapai Rp 64.000 triliun.
Tantangan inovasi
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan, salah satu kunci mengembangkan ekonomi keuangan digital adalah menyeimbangkan inovasi dengan upaya menjaga kepercayaan publik. Regulasi yang ada harus bisa memberikan perlindungan konsumen dan membuat publik nyaman serta percaya dalam memanfaatkan layanan digital. Namun, upaya itu jangan sampai mengekang inovasi yang ada.
”Sehingga tidak perlu terjadi trade off antara inovasi dan keamanan dan stabilitas layanan,” ujar Mahendra.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan, penguatan dan pengembangan ekonomi dan keuangan digital menjadi salah satu peta jalan pembangunan nasional di masa mendatang. Ini merupakan salah satu upaya pemerintah membawa Indonesia lepas dari jebakan negara berpendapatan menengah yang telah mendera Indonesia tahun 1993 lalu.
Dengan pengembangan ekonomi keuangan digital, lanjut Suharso, diharapkan pertumbuhan ekonomi kian melaju sehingga mendorong pendapatan per kapita masyarakat yang pada 2022 sebesar 4.510 dollar AS per kapita. Harapannya, pendapatan per kapita Indonesia bisa bertumbuh 3 kali lipat di kisaran 12.000 dollar AS sehingga Indonesia masuk dalam kategori negara berpendapatan tinggi.
Ekonomi kreatif
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno mengatakan, penerapan ekonomi keuangan digital ikut membantu pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. Pegiat UMKM dimudahkan dengan sistem pembayaran QRIS sehingga ikut mendorong pertumbuhan omzet dan skala usaha mereka.
Selain itu, Sandiaga mengatakan, kerja sama sistem pembayaran lintas negara ASEAN dan pembayaran transaksi dengan mata uang lokal yang sedang digagas saat ini diyakini bakal mendorong pariwisata. Wisatawan asing dari negara-negara Asia Tenggara bisa bertransaksi dengan metode respons cepat (QR) dari negaranya masing-masing dan bahkan menggunakan mata uang lokalnya. Ini pun berlaku sebaliknya dengan wisatawan Indonesia yang tengah berkunjung ke negara Asia Tenggara lainnya.
”Kerja sama yang saling menguntungkan. Karena, wisatawan di kawasan Asia Tenggara ini tak perlu lago repot memikirkan soal transaksi pembayaran,” ujar Sandiaga.
Pada kesempatan itu, juga diadakan diskusi secara virtual yang menghadirkan lima pejabat tinggi bank setral atau otoritas moneter negara-negara Asia Tenggara. Selain Gubernur BI Perry Warjiyo, turut hadir Gubernur Banko Sentral Ng Pilipinas Felipe Medalla, Gubernur Bank Negara Malaysia No Shamsiah Mohd Yunus, Deputy Managing Director Monetary Authority of Singapore Leong Sing Chiong, dan Deputi Gubernur Bank of Thailand Ronadol Numnonda.