Indonesia Inisiasi Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik ASEAN
Sejumlah negara anggota ASEAN telah unggul dalam memproduksi kendaraan konvensional atau nonlistrik. Tren kendaraan listrik membuat negara-negara itu mesti beralih.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Delegasi-delegasi dari negara anggota ASEAN berfoto bersama sebelum sesi Prepatory Senior Economic Official’s Meeting di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Sabtu (6/5/2023). Sesi tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Pertemuan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) ke-22.
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu rencana yang akan dibahas dalam pertemuan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN ke-22. Keberadaan ekosistem kendaraan listrik di tingkat ASEAN akan turut mendorong pertumbuhan ekspor Indonesia ke kawasan tersebut.
Pertemuan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) ke-22 tersebut diadakan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 6-7 Mei 2023 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta. Salah satu rangkaian acaranya ialah Prepatory Senior Economic Official’s Meeting (Prep-SEOM) yang berlangsung pada Sabtu (6/5/2023) siang.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono menjadi pimpinan pertemuan Prep-SEOM tersebut. Adapun Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi menjadi pimpinan Senior Economic Officials dari Indonesia.
Edi menyatakan, pertemuan Dewan AEC akan membahas pembangunan ekosistem kendaraan listrik karena penting untuk disiapkan bersama-sama dengan negara-negara anggota ASEAN. “Di Indonesia, sudah ada penataan ketersediaan bahan baku baterai (untuk kendaraan listrik). Kita (delegasi ASEAN) berpikir bersama sekarang untuk membangun ekosistem kendaraan listrik sehingga tertata dari ujung ke ujung,” tuturnya saat ditemui di lokasi pertemuan.
Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Edi Prio Pambudi saat ditemui di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Sabtu (6/5/2023). Dia menjadi pimpinan Senior Economic Officials dari Indonesia pada Prepatory Senior Economic Official’s Meeting yang merupakan salah satu rangkaian acara Pertemuan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) ke-22.
Menurutnya, sejumlah negara anggota ASEAN telah unggul dalam memproduksi kendaraan konvensional atau nonlistrik. Tren kendaraan listrik membuat negara-negara itu mesti beralih. Oleh sebab itu, ekosistem kendaraan listrik di tingkat ASEAN membutuhkan pembahasan mengenai kesiapan tenaga kerja, penataan pasar, dan penyediaan stasiun pengisian daya (charging station). Adopsi teknologi dan skema subsidi juga perlu dibahas agar kendaraan listrik terjangkau bagi masyarakat.
Dalam membangun ekosistem kendaraan listrik, Djatmiko mengatakan, negara-negara anggota ASEAN dapat memanfaatkan fasilitas dalam perjanjian perdagangan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. “Kalau ditanya, siapa yang tidak mau menjadi episentrum kendaraan listrik di tingkat global. Indonesia ingin. Namun, Indonesia sadar, semua (negara anggota ASEAN lain) punya peluang untuk berkontribusi. Hal ini sesuai dengan prinsip sharing prosperity,” tuturnya saat ditanya terkait letak pusat pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Sebelumnya, berdasarkan siaran pers yang diterima Kamis (4/5), sejumlah pelaku industri Indonesia mendukung pengembangan kendaraan listrik di tingkat ASEAN, salah satunya dengan Myanmar yang memiliki sumber daya berupa dysprosium dan terbium. Kedua elemen itu merupakan logam tanah yang dapat membuat kendaraan listrik lebih ringan. Myanmar juga memberikan izin impor kendaraan listrik ke sembilan perusahaan di negaranya. Perizinan tersebut turut membuka peluang ekspor dari Indonesia. Informasi itu mengemuka dalam kunjungan Ketua ASEAN Business Advisory Council sekaligus Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid ke Myanmar.
Salah satu pelaku industri yang mendukung pengembangan ekosistem itu ialah Indika Energy yang meluncurkan kendaraan listrik roda dua. Wakil Direktur Utama dan CEO Grup Indika Energy Azis Armand berpendapat, kerja sama dengan negara anggota ASEAN, termasuk Myanmar, dapat menjadi langkah positif dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik maupun rantai nilai yang terkait di Indonesia.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyambut sejumlah delegasi dalam makan malam bersama di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Sabtu (6/5/2023). Makan malam tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Pertemuan Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) ke-22.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, pergerakan berbasis listrik merupakan wujud kolaborasi bersama untuk mengurangi emisi karbon sekaligus membentuk masa depan ASEAN yang lebih hijau. “Kita berkomitmen untuk sustainability dan mendorong investasi yang ramah lingkungan,” katanya dalam sambutan makan malam Dewan AEC, Sabtu.
Peningkatan ekspor
Pembangunan ekosistem kendaraan listrik tersebut, lanjutnya, menjadi salah satu strategi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor ke ASEAN sebesar 10 persen, setidaknya setelah 2026. Mesin pertumbuhan ekspor yang menjadi pertimbangan untuk didorong mencakup industri manufaktur, transformasi digital, serta pemanfaatan teknologi maju, misalnya kendaraan listrik.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, pangsa ekspor nonmigas Indonesia ke ASEAN pada Maret 2023 sebesar 18,44 persen atau setara dengan 4,09 miliar dollar AS. Pada Maret 2022, pangsa ekspornya mencapai 19,84 persen atau senilai 4,98 miliar dollar AS. Di sisi lain, Indonesia memiliki fasilitas perjanjian perdagangan yang melibatkan negara-negara anggota ASEAN. Contohnya, Pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas untuk Perdagangan Barang antara Negara Anggota ASEAN (ATIGA), Perjanjian Perdagangan Jasa ASEAN (ATISA), serta Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP).
Saat ini, dia menilai, perdagangan dan investasi intra-ASEAN relatif belum berkembang pesat. Untuk mendongkraknya, negara-negara anggota ASEAN perlu mendorong perdagangan yang bersifat saling melengkapi, tidak melulu berkompetisi satu sama lain.