Dukungan Swasta Penting untuk Industri Kendaraan Listrik
Peran sektor swasta dibutuhkan untuk mendukung pengembangan industri kendaraan listrik di Indonesia. Hal ini sekaligus untuk ikut mendukung penurunan emisi karbon dan pengalihan ke energi bersih yang ramah lingkungan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah telah mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Di sisi lain, pemerintah membutuhkan dukungan dari sektor swasta untuk memicu dan memacu bertumbuhnya industri kendaraan listrik di Indonesia.
Siaran pers Kantor Staf Presiden, Rabu (15/2/2023), menyebutkan, dorongan pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut diwujudkan pemerintah antara lain melalui regulasi. Regulasi dimaksud yakni Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan.
Selain itu, melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai sebagai Kendaraan Dinas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Tak hanya itu, pemerintah pun memberikan keleluasaan bagi swasta untuk mengembangkan infrastruktur penunjang kendaraan listrik.
”Contohnya, PT Chandra Asri ini akan berdiri di garis terdepan sebagai sponsor pengadaan charging stations di kawasan Cilegon untuk memberikan kemudahan bagi pemilik kendaraan listrik,” kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat meresmikan peluncuran dua bus listrik sebagai kendaraan operasional antar jemput karyawan PT Chandra Asri Petrochemical di Cilegon, Banten, Selasa (14/2/2023).
Menurut Moeldoko, dukungan swasta seperti ini akan menjadi penentu dalam pengembangan industri kendaraan listrik nasional. Peluncuran dua bus listrik buatan PT Mobil Anak Bangsa tersebut sekaligus menandai penggunaan perdana bus listrik berbasis baterai di kawasan industri di kota tersebut.
Moeldoko mengharapkan penggunaan dua bus listrik tersebut menjadi pionir di kawasan industri Kota Cilegon. ”PT Chandra Asri dalam hal ini menjadi penjuru terdepan yang dapat menjadi faktor pengungkit dalam pengembangan industri kendaraan listrik dalam negeri,” ujarnya.
Setelah melakukan tur singkat menggunakan bis listrik tersebut, Moeldoko menyampaikan optimismenya terhadap masa depan kendaraan listrik di Indonesia. Dia pun mengapresiasi pihak-pihak swasta yang turut terlibat mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dan beralih ke energi bersih ramah lingkungan.
”Pemerintah sudah menargetkan pengurangan emisi sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan mempercepat pengembangan industri kendaraan listrik dalam negeri. Kehadiran mobil listrik pun akan memberikan memberikan efisiensi dalam pengeluaran anggaran untuk impor bahan bakar minyak,” kata Moeldoko.
Beberapa waktu lalu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan, hilirisasi industri, salah satunya untuk nikel, sedang dipacu dalam mendukung percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik dengan pengembangan pabrik baterai. Hilirasi industri dimaksud berperan pula dalam peningkatan investasi di Tanah Air.
Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Perindustrian pada 26 Januari 2022 merilis, sepanjang tahun 2022, sektor industri meraup investasi senilai Rp 497,7 triliun. ”Capaian tersebut naik sebesar 52 persen dibandingkan investasi di sektor manufaktur pada tahun 2021. Sektor industri masih menjadi penyumbang penanaman modal terbesar dibandingkan sektor lainnya,” kata Agus.
Menurut Agus, kondisi ini juga merupakan sinyal penting bahwa level kepercayaan terhadap Indonesia masih tinggi. Investor masih melihat bahwa Indonesia bagus untuk bisnis dan investasi.
Merujuk data Kementerian Investasi/Badan Koordinator Penanaman Modal, pada Januari-Desember tahun 2022, total investasi di tanah air mencapai Rp 1.207,2 triliun. Investasi melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada periode tersebut mencapai Rp 552,8 triliun atau sebesar 45,8 persen. Adapun investasi yang berasal dari penanaman modal asing (PMA) pada Januari-Desember 2022 sebesar Rp 654,4 triliun atau 54,2 persen dari total investasi sepanjang 2022.
Capaian gemilang ini tidak terlepas dari jalannya kebijakan hilirisasi industri, salah satunya upaya penghiliran nikel yang tengah dipacu dalam mendukung percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik dengan pengembangan pabrik baterainya.
Dari total keseluruhan investasi PMDN dan PMA pada Januari-Desember 2022, subsektor manufaktur yang berkontribusi paling besar adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya yang mencapai Rp 171,2 triliun. ”Capaian gemilang ini tidak terlepas dari jalannya kebijakan hilirisasi industri, salah satunya upaya penghiliran nikel yang tengah dipacu dalam mendukung percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik dengan pengembangan pabrik baterainya,” ujar Agus.