Pembukaan lowongan pekerjaan baru tahun 2023 masih belum merata di semua sektor industri. Stabilitas keuangan perusahaan semakin menjadi indikator utama para pencari kerja.
Oleh
MEDIANA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat memberikan sentimen positif terhadap pasar tenaga kerja. Aktivitas perekrutan pekerja baru kembali bergeliat pada tahun 2023 meskipun tidak semua sektor industri melakukannya.
Country Manager Robert Walters Indonesia (perusahaan perekrutan tenaga kerja profesional dengan level karier menengah ke atas) Eric Mary, Sabtu (21/1/2023), di Jakarta, menyampaikan, klien perusahaannya yang berlatar belakang sektor industri barang kebutuhan sehari-hari, ritel, logistik, energi, dan manufaktur kini tengah aktif melakukan perekrutan baru. Untuk sektor industri manufaktur, perekrutan masif terjadi pada manufaktur yang memberikan nilai tambah tinggi.
”Pemerintah Indonesia sedang gencar mendorong hilirisasi sumber daya alam. Lalu, apa pun yang berhubungan dengan perkembangan industri energi sekarang sedang menarik. Maka, pelaku industri yang berkecimpung di sektor ini sedang aktif merekrut,” ujar Eric.
Eric mengatakan, berdasarkan laporan riset Salary Survey 2023 yang dirilis Robert Walters Indonesia pekan lalu, ada 76 persen tenaga kerja profesional yang disurvei dan siap mencari pekerjaan baru pada tahun 2023. Meski demikian, stabilitas kondisi keuangan perusahaan akan menjadi salah satu indikator utama yang paling menentukan mereka dalam memilih tempat bekerja.
Dalam survei yang sama ditemukan 29 persen pekerja profesional mengaku memilih untuk tidak meminta kenaikan gaji karena takut akan mempertaruhkan pekerjaan yang mereka miliki. Dia menjelaskan, responden yang menyampaikan hal itu umumnya bekerja dari sektor industri yang terdampak pandemi dan ketidakpastian makroekonomi global. Salah satunya adalah perusahaan teknologi. Sepanjang 2022 sampai sekarang, baik perusahaan teknologi raksasa maupun rintisan dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masif dan menekan rencana perekrutan baru.
”PHK sebenarnya bukan hanya terjadi dari sektor industri teknologi. Oleh karena itu, pada 2023, kami mengamati porsi orang yang mencari kerja, bahkan yang kami tangani (pekerja dengan jenjang karier menengah ke atas), relatif lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara saat bersamaan, porsi lowongan pekerjaan yang buka relatif lebih sedikit,” kata Eric.
Pertumbuhan perekonomian Indonesia, lanjut Eric, relatif masih positif walaupun ada potensi pelambatan. Sejumlah pelaku industri yang memiliki kinerja keuangan baik dan jadi klien Robert Walters Indonesia masih berencana menaikkan gaji karyawan pada 2023. Sebanyak 86 persen klien perusahaan mengaku faktor inflasi menjadi faktor utama perusahaan dalam memberikan kenaikan gaji di 12 bulan ke depan.
”Meski demikian, survei kami juga menemukan ada 68 persen klien perusahaan yang menyatakan kenaikan biaya hidup akan menjadi isu utama dalam negosiasi gaji dan mempersulit usaha mempertahankan karyawan,” ujarnya.
Sementara berdasarkan laporan survei 2022–2023 Outlook: Rekrutmen, Kompensasi, dan Benefits yang dirilis oleh JobStreet Indonesia (Desember 2022), mayoritas perusahaan Indonesia yang disurvei optimististentang perekrutan pada paruh kedua tahun 2023. Sebanyak 41 persen dari 1.162 perusahaan berpendapat bahwa pasar kerja akan lebih aktif dalam enam bulan ke depan.
Sebanyak 50 persen perusahaan besar dengan jumlah staf lebih dari 160 orang menyatakan rencana perekrutan mereka telah kembali ke masa sebelum pandemi. Namun, ada 28 persen perusahaan yang menyatakan perekrutan baru akan pulih sembilan bulan mendatang.
Sepanjang semester II-2022, perusahaan yang disurvei menyatakan 51 persen mempekerjakan karyawan waktu tetap dan 47 persen mempekerjakan karyawan kontrak/sementara. Dalam periode yang sama, 28 persen perusahaan yang disurvei mengaku memberhentikan setidaknya satu karyawan.
Dalam enam bulan terakhir, laporan JobStreet Indonesia itu menyampaikan, fungsi pekerjaan, seperti administrasi dan sumber daya manusia, akuntansi, penjualan/pengembangan bisnis, pemasaran/pencitraan, serta teknologi informasi, adalah posisi pekerjaan penuh waktu yang paling banyak dicari dan dibuka oleh perusahaan. Namun, pada saat yang sama, JobStreet Indonesia menemukan karyawan yang bekerja pada fungsi-fungsi itu juga banyak yang diberhentikan.
Untuk mengantisipasi pemulihan ekonomi dan bisnis mereka pada 2023, hasil survei JobStreet Indonesia menunjukkan sebagian besar perusahaan berencana untuk setidaknya mempertahankan jumlah karyawan mereka saat ini. Perusahaan skala menengah, khususnya, memiliki kemungkinan terbesar untuk menambah staf penuh-waktu permanenpada paruh pertama tahun 2023. Tiga jenis pekerjaan yang dibuka adalah pemasaran/pencitraan, penjualan/pengembangan bisnis, dan akuntansi.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar, secara terpisah, memandang, pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan terkendalinya kasus Covid-19 mendorong semakin bergeliatnya perekonomian Indonesia. Pertumbuhan beberapa sektor industri membaik, seperti pariwisata dan turunannya. Komoditas dari Indonesia pun masih memiliki pasar di luar negeri.
”Kenaikan upah minimum yang berkisar 6-7 persen bisa mendukung konsumsi pekerja dan keluarganya. Pemerintah terus berusaha mengendalikan harga. Daya beli yang baik akan mendorong pergerakan barang dan jasa lebih cepat sehingga produksi di industri terus berjalan, atau paling tidak menahan laju penurunan angka pemutusan hubungan kerja atau PHK,” kata Timboel.
Berdasarkan dashboard Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengenai World Employment and Social Outlook, estimasi angka pengangguran global tahun 2022 ialah 5,8 persen. Untuk tahun 2023 dan 2024, ILO memperkirakan tingkat pengangguran global masih sama.
Definisi pengangguran atau unemployement sesuai dengan dashboard ILO itu adalah semua orang dalam usia kerja yang tidak bekerja melakukan kegiatan untuk mencari pekerjaan selama periode tertentu dan bersedia untuk mengambil pekerjaan yang diberikan kesempatan kerja.
Sementara berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik pada Agustus 2022, jumlah angkatan kerja mencapai 143,72 juta orang, naik 3,57 juta orang dibandingkan dengan Agustus 2021. Tingkat partisipasi angkatan kerja naik 0,83 persen. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2022 sebesar 5,86 persen, turun sebesar 0,63 persen dibandingkan dengan Agustus 2021.