Laju ekspansi industri Indonesia pada Desember 2022 lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan itu dipicu oleh peningkatan permintaan, terutama untuk pasar dalam negeri.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·4 menit baca
FAKHRI FADLURROHMAN
Seorang pekerja berjalan di atas peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (28/12/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Perindustrian Indonesia mencatatkan kinerja yang ekspansif dan berada di posisi tiga teratas dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara pada akhir 2022. Kinerja itu menggambarkan daya tahan manufaktur Indonesia di tengah penurunan permintaan pasar global yang disokong oleh upaya peningkatan komponen dalam negeri serta pemanfaatan pasar domestik.
S&P Global Market Intelligence merilis indeks manajer pembelian (purchasing manager’s index/PMI) di kawasan Asia Tenggara per Desember 2022, Rabu (4/1/2023). Data indeks itu diambil dari 2.100 pelaku industri di Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam yang menggambarkan 98 persen nilai tambah manufaktur se-Asia Tenggara.
Periode pengambilan data ialah 6-19 Desember 2022. Indeks di atas angka 50 menandakan aktivitas industri ekspansif, sama dengan 50 berarti tidak fluktuatif, sedangkan di bawah 50 kontraktif.
Menutup 2022, PMI Asia Tenggara berada di posisi 50,3. Angka itu lebih rendah dibandingkan PMI pada November 2022 yang sebesar 50,7. Pergerakan indeks tersebut menandakan, laju ekspansi industri manufaktur di Asia Tenggara melambat.
Adapun PMI Indonesia sebesar 50,9 dan menempati posisi ketiga. Indonesia berada di bawah Filipina dengan PMI 53,1 dan Thailand dengan PMI 52,5. Empat negara lainnya berada di zona kontraksi dengan nilai PMI Singapura sebesar 49,1, Malaysia (47,8), Vietnam (46,4), dan Myanmar (42,1).
Ketua Bidang Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia Johnny Darmawan mengatakan, indeks tersebut menunjukkan Indonesia memiliki basis produksi manufaktur yang masih berkembang. ”PMI Indonesia pada Januari ini mungkin masih ekspansif karena masih ada pesanan yang sedang dipenuhi. Saya belum bisa memprediksi Februari-Maret mendatang, semoga di zona ekspansi,” tuturnya saat dihubungi, Jumat (6/1/2023).
Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, angka PMI Indonesia menunjukkan ketangguhan dan daya tahan industri nasional yang ditopang oleh pendalaman struktur manufaktur dalam negeri. Pendalaman struktur itu tampak dari upaya mendorong tingkat komponen dalam negeri (TKDN). ”Hal ini berbeda dengan strategi Vietnam yang hanya berorientasi pada ekspor dan belum ada pendalaman struktur (seperti Indonesia),” katanya.
Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Andry Satrio Nugroho berpendapat, nilai PMI Indonesia itu menunjukkan pemulihan aktivitas manufaktur Indonesia pascapandemi Covid-19 cenderung lebih baik. ”Angka tersebut dapat menggambarkan keyakinan pelaku industri dalam menghadapi 2023,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (6/1/2023).
Di sisi lain, lanjut Andry, perbandingan PMI Indonesia terhadap enam negara lainnya menunjukkan keterikatan Indonesia dengan aktivitas manufaktur dunia atau rantai nilai global cenderung rendah. Dia mencontohkan keterikatan Singapura terhadap perdagangan dunia lebih tinggi dibandingkan Indonesia di tengah situasi perekonomian global yang tengah tertekan.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Aktivitas pabrik manufaktur Hyundai di kawasan industri GICC, Desa Sukamukti, Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (30/7/2022).
Ekonom S&P Global Market Intelligence Maryam Baluch mengatakan, melambatnya laju ekspansi industri manufaktur di Asia Tenggara pada akhir 2022 disebabkan oleh melemahnya permintaan global sehingga menekan jumlah pesanan baru terhadap produk manufaktur selama dua bulan berturut-turut. Dia juga menyoroti fenomena pemutusan hubungan kerja yang terjadi di industri di Asia Tenggara sejak November 2022. Menurutnya, situasi perekonomian dunia yang melemah masih menjadi tantangan industri pada 2023.
Secara spesifik, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyatakan, angka PMI Indonesia menunjukkan kinerja sektor manufaktur yang membaik pada akhir 2022. Meskipun optimisme pelaku manufaktur turun ke posisi terendah sejak Mei 2020 karena adanya kekhawatiran terhadap memburuknya perekonomian dunia, sentimen terhadap kinerja industri Indonesia secara keseluruhan tetap positif dalam menyambut 2023.
Laju ekspansi industri Indonesia pada Desember 2022 lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya.
Data S&P Global Market Intelligence menunjukkan, laju ekspansi industri Indonesia pada Desember 2022 lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya. Angka PMI Indonesia pada Desember 2022 sebesar 50,9 atau meningkat dari posisi 50,3. Kenaikan laju ekspansi tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan, utamanya untuk pasar dalam negeri.
Sejalan dengan PMI, indeks kepercayaan industri (IKI) yang dipublikasikan Kementerian Perindustrian juga menunjukkan kenaikan laju ekspansi. Nilai IKI pada Desember 2022 sebesar 50,9 dan naik tipis dari bulan sebelumnya yang senilai 50,89. Pada Desember 2022, sebanyak 29,5 persen responden pelaku industri di Indonesia menyatakan kegiatan manufakturnya meningkat, tetap (42,6 persen), dan menurun (29,5 persen).
Pandangan pelaku industri terhadap kondisi usaha dalam enam bulan ke depan juga positif. Proporsi responden yang merasa optimistis mencapai 60,5 persen, stabil (24,3 persen), dan pesimistis (15,3 persen). Optimisme tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Pada November 2022, sebanyak 58,1 persen responden merasa optimistis, stabil (23,8 persen), dan pesimistis (18,1 persen).