November 2022 menjadi puncak ujian bagi industri nasional di tengah tren perlambatan ekonomi dunia. Apabila realisasi impor pada November 2022 lebih rendah, kinerja industri perlu mendapatkan perhatian.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Pekerja berada di antara konstruksi baja pada proyek pembangunan sebuah pabrik manufaktur di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Senin (24/10/2022). Sepanjang kawasan pesisir utara jawa di Jawa Tengah ini tumbuh menjadi kawasan industri seiring dengan kemudahan akses bagi investor. Berkembangngnya kawasan industri tersebut juga didukung dengan akses jalan dan pelabuhan untuk barang dan jasa.
JAKARTA, KOMPAS – Dalam dua bulan terakhir, impor bahan baku dan barang modal yang menjadi komponen produksi industri cenderung merosot. Tren penurunan itu menunjukkan tekanan perekonomian global sedang menguji kinerja industri nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (15/11/2022), merilis nilai impor pada Oktober 2022 mencapai 19,14 dollar AS atau lebih rendah 3,4 persen dibandingkan September 2022. Berdasarkan penggunaannya, impor bahan baku/penolong pada Oktober 2022 turun 3,99 persen, sedangkan barang modal merosot 7,22 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan ini berlanjut dari bulan sebelumnya. BPS mencatat, impor pada September 2022 senilai 19,81 dollar AS atau melorot 10,58 persen dibandingkan Agustus 2022. Adapun impor bahan baku/penolong pada September 2022 anjlok 11,07 persen dan barang modal turun 6,39 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut Head of Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho, impor bahan baku/penolong dan barang modal terimbas lesunya permintaan dunia karena tekanan ekonomi global. “Natal dan tahun baru biasanya menjadi puncak permintaan dunia. Penurunan permintaan saat high season mengindikasikan daya beli masyarakat di sana (negara tujuan ekspor) sedang turun,” katanya saat dihubungi, Selasa.
ADRYAN YOGA PARAMADWYA
Tumpukan kontainer di Jakarta International Container Terminal (JICT), Jakarta Utara, Rabu (19/10/2022). Pada September 2022, nilai ekspor dan impor Indonesia turun secara bulanan. Namun, angka ini masih lebih tinggi dari September tahun lalu. Adryan Yoga Paramadwya (Z20)
Oleh sebab itu, Andry berpendapat, November menjadi puncak ujian bagi industri nasional di tengah tren perlambatan ekonomi dunia. Biasanya, nilai impor bahan baku/penolong dan barang modal menjelang akhir tahun akan meningkat untuk mempersiapkan permintaan pada Desember 2022. Apabila realisasi impor pada November 2022 lebih rendah, kinerja industri perlu mendapatkan perhatian.
Berkaca dari tahun lalu, BPS mendata, impor bahan baku/penolong pada Oktober 2021 meningkat 1,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya kemudian melesat 16,41 persen pada November 2021. Impor barang modal pada Oktober 2021 juga naik 1,92 persen dibandingkan bulan sebelumnya lalu meroket 25,17 persen pada November 2021.
Seiring dengan tren penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal, kinerja manufaktur yang ditunjukkan lewat Purchasing Manager’s Index (PMI) Indonesia yang dirilis S&P Global turut melorot. Nilai PMI Indonesia pada Oktober 2022 sebesar 51,8 sedangkan pada bulan sebelumnya 53,7.
Ketua Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia Johnny Darmawan menambahkan, penurunan impor bahan baku/penolong dan barang modal serta PMI menunjukkan kinerja industri sedang stagnan meskipun belum terkontraksi. “Salah satu indikasinya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi sebulan ke belakang,” katanya saat dihubungi.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Aktivitas pekerja menjahit pakaian di GGS Fashion di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, Kamis (3/11/2022). Usaha kecil dan menengah garmen di kawasan tersebut dalam tiga bulan terakhir ordernya mengalami penurunan. Pekerja dibayar borongan tiap minggu Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung tingkat kesulitan dan jumlah produk yang dihasilkan. Pengusaha terkendala oleh keterbatasan bahan baku kain lokal yang tidak banyak variasinya.
Johnny menuturkan, pengusaha sulit menahan gelombang PHK, apalagi karena terdampak tekanan ekonomi dunia yang berimbas pada turunnya permintaan terhadap produk manufaktur nasional. Industri padat karya rentan terhadap PHK. Oleh sebab itu, dia berharap, pemerintah dapat memberikan insentif yang menunjang daya beli tenaga kerja dan bersifat selektif terhadap sektor industri di tengah ketatnya anggaran, pendapatan, dan belanja negara.
Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani menyatakan, kinerja impor yang menurun merupakan dampak wajar dari tren pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Selain itu, nilai PMI yang menurun disebabkan oleh kekhawatiran pelaku industri terhadap tren inflasi.
Ke depan, Shinta berharap, pemerintah dapat mengendalikan inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. "Kedua indikator ini sama pentingnya dengan kebijakan-kebijakan stimulus konsumsi untuk menjaga stabilitas dan menstimulasi pertumbuhan usaha dalam jangka pendek maupun menengah," tuturnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Perindustrian Bobby Gafur Umar mengharapkan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia tidak berlanjut sementara untuk menjaga likuiditas. "Likuiditas yang terkendali dapat menjaga kinerja industri padat karya," ujarnya.