Sepanjang April-November 2022, realisasi penyaluran kedelai bantuan untuk produsen tahu tempe baru mencapai 163.661 ton. Padahal, jumlah kedelai yang disiapkan untuk kebijakan itu mencapai 200.000 ton per bulan.
Oleh
MARIA PASCHALIA JUDITH JUSTIARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejak April 2022, pemerintah menyediakan pasokan kedelai dengan skema penggantian selisih harga agar produsen tahu dan tempe bisa tetap berproduksi di tengah tren kenaikan harga kedelai. Kendati demikian, serapan kedelai di tingkat perajin tersebut tak sampai sepertiga dari total pagu yang disediakan pemerintah. Kendala administratif jadi penghambatnya.
Pada akhir September 2022, Kementerian Perdagangan menetapkan, kebijakan penggantian selisih harga kedelai sebagai bahan baku bagi produsen tahu-tempe berlanjut hingga Desember 2022. Jumlah selisih yang diganti pemerintah berkisar Rp 1.000 per kilogram (kg) dan ditujukan pada anggota Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia. Pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk menyalurkan kedelai dengan skema tersebut.
Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin memperkirakan, total realisasi serapan kedelai bantuan pemerintah di tingkat produsen tahu-tempe hingga akhir 2022 berkisar 200.000 ton. "Dari sebaran produsen tahu tempe di 27 provinsi, baru 14 provinsi di antaranya yang mendapatkan (kedelai bantuan pemerintah). Ada kendala administrasi yang kini sedang kami selesaikan," katanya saat dihubungi, Senin (26/12/2022).
Data terakhir Gakoptindo menunjukkan, jumlah anggota asosiasi se-Indonesia mencapai 155.000 produsen. Menurut Aip, sejumlah produsen tahu tempe belum memiliki nomor induk berusaha (NIB). Hal itu menjadi kendala administrasi. Oleh karena itu, asosiasi membantu mereka memenuhi persyaratan untuk memperoleh NIB dan dapat memperoleh bahan baku kedelai dengan skema bantuan pemerintah.
Selain itu, sejumlah produsen tahu tempe telah bangkrut dan tidak lagi berproduksi akibat kenaikan harga kedelai tahun ini. Aip menambahkan, pihaknya sedang mendata jumlah perajin yang tak lagi berproduksi tersebut.
Sepanjang April-November 2022, berdasarkan data Bulog, realisasi penyaluran kedelai yang ditugaskan pemerintah kepada produsen tahu-tempe mencapai 163.661 ton. Bulog mengandalkan pasokan kedelai yang berada di gudang-gudang importir.
Kebijakan penggantian selisih harga kedelai sebagai bahan baku berjalan mulai April 2022. Ketika itu, Kementerian Perdagangan melihat tren kenaikan harga kedelai di internasional sejak Januari 2022. Pagu bantuan yang disiapkan untuk kebijakan tersebut mencapai maksimal 200.000 ton per bulan.
Karena jumlah serapan di tingkat produsen berada di bawah pagu, Aip berharap, pemerintah melanjutkan kebijakan penggantian selisih harga pada 2023 dengan menggunakan sisa anggaran.
“Selain karena adanya panen di Amerika Serikat (AS) yang berimbas pada penurunan harga (di pasar internasional), kebijakan tersebut telah meredam kenaikan harga kedelai dari Rp 14.000 per kg pada November 2022 menjadi Rp 12.750 per kg saat ini (walaupun serapan di tingkat perajin rendah),” tuturnya.
Impor terkendala
Kementerian Perdagangan mendata, harga kedelai menurut Chicago Board of Trade pada April, Juni, dan September 2022 secara berturut-turut mencapai 15,59 dollar AS per gantang, lalu 17,55 dollar AS per gantang, dan 14,17 dollar AS per gantang. Di sisi lain, Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan menunjukkan, harga kedelai impor pada akhir April, Juni, dan September 2022 senilai Rp 13.500 per kg, Rp 14.200 per kg, dan Rp 14.300 per kg. Per Senin (26/12/2022), harganya menyentuh angka Rp Rp 15.100 per kg.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, harga kedelai impor di dalam negeri tergolong stabil tinggi. Oleh sebab itu, dia menugaskan Bulog untuk mengimpor kedelai dan merealisasikannya pada Januari 2023. Dia memperkirakan, harga kedelai impor tersebut di gudang Bulog senilai Rp 10.500 per kg dan di tingkat perajin Rp 11.000 per kg.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya tengah menegosiasi sejumlah importir untuk mengimpor kedelai karena harga kedelai di pasar internasional lebih murah. Meskipun demikian, impor tersebut tidak mudah karena ada sejumlah persyaratan yang mesti dipenuhi oleh pihak importir, salah satunya dari aspek karantina.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal memerinci, impor kedelai tersebut berasal dari AS dan Afrika Selatan. Jumlahnya sekitar 300.000 ton. Persyaratan impor menjadi kendala karena mitra-mitra importir tersebut baru pertama kali bekerja dengan Bulog sehingga belum memiliki rekam jejak kerja sama.
Terkait rencana impor tersebut, Aip memperkirakan, pasokan kedelai impor di dalam negeri dapat bertahan hingga 5-6 bulan ke depan. “Walaupun begitu, kami berharap sumber kedelai lokal dalam memenuhi kebutuhan perajin juga dapat diperkuat,” ujarnya.