logo Kompas.id
EkonomiWaswas dengan Stok Beras
Iklan

Waswas dengan Stok Beras

Sejumlah situasi mengindikasikan kian seretnya pasokan beras ke pasar. Impor jadi pilihan dilematis, yakni antara kepentingan mengendalikan harga di tingkat konsumen dan menjaga harga gabah petani padi tidak terganggu.

Oleh
MUKHAMAD KURNIAWAN
· 5 menit baca
Buruh memindahkan beras saat Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melakukan sidak ke Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/2/2020).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Buruh memindahkan beras saat Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso melakukan sidak ke Gudang Bulog Divisi Regional DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis (27/2/2020).

Empat tahun berselang, polemik soal perlu tidaknya Indonesia mengimpor beras kembali terulang. Bedanya, kali ini bukan karena data yang berbeda, melainkan soal sudut pandang. Kementerian Pertanian menganggap produksi surplus sehingga tak perlu impor, sedangkan Perum Bulog menilai stok dan pasokan makin kritis sehingga perlu tambahan dari luar negeri.

Perdebatan terkait hal itu membuat Rapat Dengar Pendapat Komisi IV DPR di Jakarta, Rabu (23/11/2022), menjadi panas. Dengan mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional tahun ini diperkirakan akan mencapai 31,9 juta ton. Dengan perkiraan kebutuhan konsumsi domestik mencapai 30,2 juta ton, ada potensi surplus beras 1,7 juta ton tahun ini.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000