Regulasi Produk Bebas Deforestasi Pengaruhi Harga CPO
Regulasi Produk Bebas Deforestasi Uni Eropa turut memengaruhi gejolak harga CPO global. Di sisi lain, Bank Indonesia sebut minyak goreng turut menyumbang inflasi.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kesepakatan pengesahan Undang-undang Produk Bebas Deforestasi Uni Eropa turut memengaruhi harga minyak sawit mentah atau CPO dunia. Harga sawit di Bursa Berjangka Malaysia turun di bawah 4.000 ringgit Malaysia per ton.
Trading Economics menyebutkan, harga CPO di akhir perdagangan Bursa Derivatif Malaysia pada Jumat (9/12/2022), ditutup di level 3.995 ringgit Malaysia. Saat Uni Eropa (UE) sepakat mengesahkan regulasi produk bebas deforestasi pada 6 Desember 2022, harga CPO masih 4.094 ringgit Malaysia per ton.
Harga CPO itu turun lantaran pelaku pasar mempertimbangkan kebijakan UE tersebut dalam transaksinya. Sawit merupakan salah satu komoditas yang diwajibkan UE untuk diuji tuntas guna memastikan komoditas itu tidak berasal dari lahan yang mengalami deforestasi setelah 31 Desember 2020.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono, Sabtu (10/12/2022), mengatakan, banyak faktor yang membuat harga CPO dunia terus berfluktuasi. Regulasi baru UE hanya menjadi salah satu faktor.
Faktor lain yang membuat harga CPO masih bergejolak adalah penurunan produksi di Malaysia akibat banjir, serta puncak produksi sawit di Indonesia dan Malaysia pada Oktober-November 2022. Selain itu, rencana RI menerapkan program B35 pada 2023 dan perpanjangan Prakarsa Butir Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative) turut berpengaruh.
"Dari sisi pasar ekspor, kami juga optimistis kebutuhan negara-negara pengimpor CPO dan produk turunannya, seperti China dan India, masih besar. Apalagi China mulai melonggarkan kebijakan nol Covid-19," ujarnya ketika dihubungi dari Jakarta.
Banyak faktor yang membuat harga CPO dunia terus berfluktuasi. Regulasi baru UE hanya menjadi salah satu faktor.
Menurut Eddy, di dalam negeri, gejolak harga CPO dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap harga mingak goreng di dalam negeri. Harga minyak goreng curah masih terjaga karena pemerintah menggulirkan program Minyakita dari hasil kewajiban pemenuhan kebutuhan pasar domestik (DMO) CPO dan sejumlah produk turunannya.
Adapun harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium sedikit terpengaruh kenaikan harga CPO global. Harga minyak goreng tersebut ditentukan oleh mekanisme pasar.
"Gapki tetap berkomitmen memenuhi kebutuhan bahan baku minyak goreng dan minyak goreng di dalam negeri," katanya.
Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga minyak goreng curah per 9 Desember 2022 sebesar Rp 14.100 per liter. Harganya naik 1,44 persen secara bulanan.
Dalam periode yang sama, harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium masing-masing Rp 16.400 per liter dan Rp 21.000 per liter. Harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium masing-masing naik 2,5 persen dan 0,48 persen secara bulanan.
Harga minyak goreng curah per 9 Desember 2022 sebesar Rp 14.100 per liter. Harganya naik 1,44 persen secara bulanan.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyebutkan, minyak goreng menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi pada pekan kedua Desember 2022. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga sampai pekan kedua tersebut, BI memperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,37 persen secara bulanan.
Komoditas utama penyumbang inflasi tersebut adalah telur ayam ras sebesar 0,07 persen; serta beras, tomat, dan emas perhiasan masing-masing 0,03 persen. Komoditas lain yang menyumbang inflasi adalah daging ayam ras, minyak goreng, dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,02 persen; serta cabai rawit, kangkung, bensin, dan tarif air perusahaan air minum masing-masing sebesar 0,01 persen.
"Sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode tersebut adalah cabai merah dan bawang merah masing-masing sebesar 0,01 persen," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melalui siaran pers.