Suntikkan Optimisme, Presiden Jokowi: Selalu Ada Peluang di Setiap Kesulitan
Optimisme kembali disuntikkan Presiden Jokowi, kali ini kepada Kadin provinsi se-Indonesia. Semua diminta tetap optimistis karena selalu ada peluang di setiap kesulitan.
JAKARTA, KOMPAS — Dunia menghadapi sebuah kondisi yang sulit. Situasi tidak mudah datang bertubi-tubi, mulai krisis kesehatan karena pandemi Covid-19 yang kemudian berlanjut masuk ke krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan. Dalam kondisi sulit seperti ini, Presiden Joko Widodo meminta agar semua tetap optimistis karena di setiap kesulitan pasti ada peluang. Komunikasi pemerintah dan dunia usaha akan terus dibangun agar tidak ada gangguan dalam perjalanan bersama menyejahterakan masyarakat Indonesia.
”Kita harus waspada, iya. Kita harus hati-hati, iya. Tetapi, jangan memunculkan sebuah pesimisme,” kata Presiden Joko Widodo saat memberikan pengarahan kepada Kamar Dagang dan Industri (Kadin) provinsi se-Indonesia yang digelar di Anjungan Riau, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Pada bagian awal arahannya, Presiden Jokowi menuturkan, saat dirinya bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu, disampaikan ada 207 juta ton gandum yang tidak dapat keluar dari kedua negara tersebut. Perinciannya, di Ukraina ada 77 juta ton gandum yang terdiri dari stok 22 juta ton ditambah panen baru 55 juta ton. Adapun di Rusia ada 130 juta ton gandum.
”(Gandum sebanyak) 207 juta (ton) itu enggak bisa keluar. Bapak Ibu bisa bayangkan negara-negara yang mengimpor dari sana, terutama Afrika, betul-betul saat ini berada dalam kondisi yang sangat sulit,” ujar Presiden Jokowi.
Baca juga: Isu Pangan Global Bagian dari Proses Perdamaian Ukraina-Rusia
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan, indeks harga pangan (food price index) saat ada krisis pangan pada tahun 2008 tercatat 131,2. Pada tahun 2012, ketika juga ada krisis pangan, indeks harga pangan 132,4. Namun, sekarang, indeksnya sudah berada di angka 140,9. ”Mengerikan. Awal dulu hanya ada enam negara yang membatasi ekspor pangannya, (namun) sekarang 23 negara. Semuanya menyelamatkan negaranya masing-masing,” ujar Presiden.
Kita harus waspada, iya. Kita harus hati-hati, iya. Tetapi, jangan memunculkan sebuah pesimisme.
Oleh sebab itu, lanjut Presiden, patut disyukuri ketika dua minggu lalu Indonesia mendapatkan sertifikat dari International Rice Research Institute yang menyatakan bahwa ketahanan pangan Indonesia baik dan mampu berswasembada beras sejak 2019. Sertifikat tersebut diberikan kepada Indonesia di saat banyak negara lain kekurangan pangan.
Menurut Presiden, dalam kondisi atau situasi sesulit apa pun, pasti ada peluang. ”Dan, yang bisa menggunakan peluang itu adalah entrepreneur, wirausaha, Bapak Ibu sekalian, enggak ada yang lain. Peluangnya apa? Ada krisis pangan berarti peluangnya ada di pangan. Kalau jualan pangan itu paling cepat sekarang ini,” tambah Presiden.
Baca juga: Hadapi Ketidakpastian Global, Presiden: Jangan Pesimistis
Sebagai contoh, China hendak mengimpor beras dua setengah juta ton. ”Dari negara lain, Saudi misalnya, sebulan minta 100.000 ton beras. Saat ini kita belum berani dan kita stop dulu. Tetapi, begitu produksinya melompat karena Bapak Ibu terjun ke situ, bisa saja melimpah, dan bisa kita ekspor dengan harga yang sangat feasible (layak), dengan harga yang sangat baik,” ujarnya.
Substitusi impor
Substitusi impor pun ditekankan Presiden Jokowi pada acara tersebut. Ketika impor gandum masih sebanyak 11 juta ton, sedangkan di Indonesia tidak bisa ditanam gandum, misalnya, ada peluang mencampurnya dengan singkong, sorgum, atau sagu. Ajakan juga disampaikan kepada para pengusaha untuk menanam tanaman tersebut.
”Artinya, saya mengajak Bapak Ibu sekalian, misalnya di NTT, Kadin NTT, tanam sorgum. NTT adalah tempatnya sorgum, sangat subur sekali dan feasible. Dicoba aja-lah, enggak usah ribuan hektar, coba dulu 10 hektar, ini Presiden ngomong bener enggak. Hitung, kalkulasi, masuk, tanam sebanyak-banyaknya. Itu nanti dipakai untuk campuran gandum,” tutur Presiden.
Demikian pula tanaman jagung yang banyak dibutuhkan, baik untuk pangan maupun untuk makanan ternak, di dalam negeri dan juga di luar negeri. Sebagai gambaran, volume impor jagung Indonesia sekarang masih 800.000 ton dari sebelumnya, pada tujuh tahun lalu, sebanyak tiga setengah juta ton.
”Apa? Ini peluang. Jagung di mana pun Bapak Ibu sekalian tanam itu tumbuh. Kalau Kadin kerja, ya, jangan yang tradisional, dong. Mekanisasi, konsorsium bareng-bareng, bikin 100.000 hektar dengan alat-alat modern, pemupukan pakai drone. Ini baru Kadin. Jangan nanti Kadin (bilang), ’Pak, saya sudah nanam.’ Berapa? ”Sepuluh hektar, Pak.’ Kadin (kok) 10 hektar,” kata Presiden dengan nada berseloroh disambut tawa hadirin.
Baca juga: Jokowi Hadapi Tantangan Naikkan Nilai Tambah dan Penuhi Kebutuhan Domestik
Saat memberikan arahan, Presiden Jokowi juga menyinggung soal hilirisasi. Dampak kebijakan penghentian ekspor bahan mentah nikel dan hilirisasi pun disampaikan sebagai contoh. Pada 5-7 tahun lalu ekspor nikel 1,1 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 16 triliun, kemudian melompat menjadi 20,8 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 306 triliun.
”(Hal) ini yang kita semuanya harus sadar. Tidak bisa lagi kita, sudah berpuluh-puluh tahun, ekspor bahan mentah. Berulang-ulang kali saya sampaikan, jangan kaget nanti saya stop bauksit, jangan kaget nanti saya stop tembaga, jangan kaget nanti saya stop timah, jangan kaget nanti saya stop (sumber daya alam) yang biasanya kita ekspornya (berupa) rawmaterial,” ujar Presiden.
Para pengusaha yang tidak siap mengolah sendiri didorong untuk mencari mitra. Apalagi saat ini banyak orang dari Korea, Jepang, RRC, atau Eropa yang datang dan ingin berinvestasi. ”Ajak join. Ini saya punya izin, tambang saya sekian juta ton atau sekian hektar. Join dengan mereka karena memang kita butuh teknologi, kita juga butuh investasi, agar ada capital inflow,” ujarnya.
Ekosistem digital
Selanjutnya, berkaitan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), Presiden Jokowi meminta Kadin Indonesia dan Kadin daerah mengajak pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital. Sebanyak 19 juta UMKM, dari total sekitar 64 juta UMKM di Indonesia, dalam dua tahun ini telah masuk ke ekosistem digital.
Kadin pun diminta mengajak para pelaku UMKM memasukkan produknya ke katalog elektronik atau e-katalog. ”Ini juga saya sampaikan ke Pak Ketua Kadin. Tugas Kadin daerah juga sama, produk-produk unggulan yang ada di provinsi, kabupaten, kota ajak semuanya masuk ke e-katalog. E-katalog harus segera kita buka betul agar (pengusaha) yang menengah, yang kecil, yang mikro, semuanya bisa ikut berpartisipasi,” katanya.
Baca juga: Presiden Tagih Komitmen Instansi Pemerintah Belanja Produk Dalam Negeri
Kondisi seperti ini akan mendorong pembelian produk-produk dalam negeri sebanyak-banyaknya untuk proyek-proyek yang didanai dari APBN ataupun BUMN. ”Sangat lucu sekali (kalau) APBN yang kita collect dari pajak, dari PNBP (penerimaan negara bukan pajak), dari royalti, masuk ke APBN, kemudian keluar sebagai belanja pemerintah, (tetapi) yang dibeli barang impor. Waduh, bodoh banget kita ini kalau kita terus-terusan seperti ini. Enggak. Uang APBN, uang BUMN, belanja APBN, belanja APBD, belanja BUMN harus dan wajib beli produk dalam negeri,” kata Presiden Jokowi.
Saat ini komitmen pembelian produk dalam negeri yang sudah ditandatangani berada di angka Rp 897 triliun. ”(Ada) Rp 897 triliun, komitmen, dan ini adalah peluang. Sebab itu, ajak rekan-rekan kita, usaha menengah kecil itu, untuk masuk ke e-katalog. Sekarang sangat mudah sekali, sangat berbeda sekali dibanding tahun lalu. Sistemnya, platformnya, semuanya kita sederhanakan. Ini akan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang sudah kita miliki,” katanya.
Mengakhiri arahannya, Presiden Jokowi kembali menyampaikan, komunikasi harus terus dibangun antara pemerintah dan dunia usaha. ”Sekali lagi harus terus kita bangun komunikasi pemerintah dan Kadin, pemerintah dan dunia usaha, agar sambung. Kalau ada hal yang kira-kira memang mengganggu, segera sampaikan ke Ketua (Kadin) biar sampai ke pemerintah sehingga tidak ada hal-hal yang mengganggu perjalanan kita dalam menaikkan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid yang dimintai tanggapan mengatakan, dunia usaha merespons positif arahan Kepala Negara. ”Intinya, kita harus berpikir positif. Tantangannya berat. Tetapi, sebagai bangsa, dan khususnya pengusaha dari yang besar sampai kecil, kita harus berpikir positif dan juga harus bisa bersatu menghadapi ini semua, karena ini enggak gampang,” kata Arsjad saat ditemui seusai mendampingi Presiden Jokowi meninjau progres renovasi TMII.
Ditanya terkait peluang di tengah kesulitan seperti disampaikan Kepala Negara, Arsjad menyebutkan, peluang itu memang masih ada. ”Sebetulnya masih ada. Momentumnya, semuanya ini, banyak yang ingin berdagang di Indonesia, banyak yang ingin berinvestasi di Indonesia,” ujar Arsjad.
Menurut Arsjad, momentum tersebut mesti terus dijaga untuk menggarap peluang di tengah kesulitan. Hal terpenting adalah upaya semua pihak menjaga kestabilan di tengah tantangan kondisi global.