Mobil Listrik Murah Dorong Percepatan Elektrifikasi
Di Indonesia, mobil listrik dengan harga terjangkau masih sangat terbatas. Tidak semua pabrikan mampu memproduksi mobil listrik murah, karena dibutuhkan kesediaan serta kemampuan untuk berinovasi.
Oleh
agnes theodora
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Kehadiran mobil listrik dengan harga terjangkau sesuai daya beli masyarakat dibutuhkan untuk mempercepat elektrifikasi kendaraan di Indonesia. Namun, untuk menekan harga jual, pelaku industri harus memiliki kemauan dan kemampuan melakukan inovasi teknologi serta membutuhkan dukungan kebijakan dari pemerintah.
Berdasarkan perhitungan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), daya beli masyarakat Indonesia umumnya belum bisa menerima harga mobil listrik yang berada di atas Rp 600 juta. Sebanyak 70 persen dari konsumen kendaraan roda empat memilih membeli jenis kendaraan dengan harga di bawah Rp 300 juta.
Sejauh ini, mobil listrik yang bisa dijual dengan harga terjangkau di Indonesia masih sangat terbatas. Kendaraan rendah karbon dengan harga murah umumnya adalah jenis mobil hibrida (hybrid) yang menggunakan mesin bensin dan baterai sebagai sumber tenaganya.
Satu-satunya mobil listrik berbasis baterai (BEV) yang dijual di bawah Rp 300 juta adalah Wuling Air ev yang dikeluarkan produsen otomotif asal China, Wuling Motors. Sampai 10 Agustus 2022, Wuling menerima lebih dari 1.500 pesanan awal untuk produk tersebut dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi.
Mobil listrik dengan harga Rp 238 juta (tipe jarak tempuh standar) dan Rp 295 juta (tipe jarak tempuh panjang) itu diluncurkan di ajang pameran Gaikindo International Indonesia Auto Show (GIIAS) 2022 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD, Tangerang, Banten, Kamis (11/8/2022).
Menurut Brand and Marketing Director Wuling Dian Asmahani, pihaknya bisa mengeluarkan mobil listrik murah karena produksinya dilakukan di dalam negeri, yaitu di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 40 persen.
Selain itu, Wuling juga sudah familiar menggunakan platform teknologi Global Small Electric Vehicle (GSEV) untuk memproduksi mobil dengan ukuran kecil (compact) dan fungsional. ”Itu yang membuat kami memiliki harga yang lebih kompetitif. Dengan harga seperti itu, kami bisa mendukung percepatan kendaraan listrik di Indonesia,” kata Dian di sela-sela pameran.
Butuh dukungan
Marketing Director PT Toyota Astra Motor Anton Jimmy Suwandi mengatakan, untuk memproduksi mobil listrik murah, produsen butuh dukungan kebijakan yang konsisten dari pemerintah dalam bentuk fiskal maupun nonfiskal. Misalnya, dalam bentuk keringanan pajak daerah atau kelonggaran menggunakan mobil rendah karbon saat ganjil genap.
Kendaraan rendah karbon dengan harga murah umumnya adalah jenis mobil hibrida ( hybrid) yang menggunakan mesin bensin dan baterai sebagai sumber tenaganya.
”Harus ada insentif untuk mendorong penggunaan produk yang ramah lingkungan dan rendah karbon, tidak hanya kebijakan di tingkat pusat, tapi sampai daerah,” kata Anton.
Toyota sendiri sejauh ini masih memproduksi produk mobil listrik di kelas premium dengan harga di atas Rp 500 juta hingga miliaran rupiah. Pihaknya memilih memasang harga murah untuk mobil rendah karbon tipe hibrida.
”Untuk segmen bawah dan fungsional, kami memilih memproduksi mobil hybrid dengan produksi dan konten lokal agar harganya tetap terjangkau. Sudah confirm tahun ini kita mulai produksinya secara CKD (completely knocked down/dirakit di dalam negeri),” katanya.
Menurut Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara, tidak semua pabrikan saat ini mampu menghasilkan mobil listrik dengan harga murah. Sebab, untuk itu dibutuhkan kesediaan serta kemampuan untuk melakukan inovasi teknologi dan finansial.
”Pertaruhannya ada di penguasaan teknologi serta willingness untuk memulai, sebab untuk bisa menekan harga jual, itu pasti dibutuhkan strategi finansial yang matang. Sekarang, Wuling sudah memulainya, kita lihat apakah nanti ada yang melakukan terobosan serupa,” kata Kukuh.
Ia juga menilai dukungan kebijakan dari pemerintah menjadi faktor penting, meski bukan yang terutama. ”Yang dilakukan negara lain itu menyubsidi mobil listrik, yang tidak mungkin dilakukan di kita. Tapi dukungan berupa pengurangan pajak masih memungkinkan untuk membantu industri,” ujarnya.
Dukungan kebijakan dari pemerintah menjadi faktor penting, meski bukan yang terutama.
Dorongan
Dorongan agar industri menghasilkan lebih banyak mobil listrik dengan harga terjangkau disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat membuka GIIAS 2022. Menurut dia, kunci terpenting untuk membangun ekosistem mobil listrik di Indonesia ialah memastikan harganya terjangkau.
”Pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah insentif dan regulasi untuk mendorong penggunaan mobil listrik. Namun, yang akan menentukan apakah mobil listrik itu akan diminati masyarakat tergantung dari kisaran harganya,” kata Airlangga.
Ia berharap ajang pameran GIIAS dapat mendorong lebih banyak produksi mobil listrik dengan harga terjangkau. ”Kita ingin mendorong transisi penggunaan mobil listrik yang adil dan terjangkau. Persoalan terjangkau atau tidak ini tergantung dari industri, dari pameran ini. Jadi bukan pemerintah lagi yang menekan, biar GIIAS yang menekan pabrikan,” paparnya.
Pemerintah sendiri akan memulai penggunaan mobil listrik pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, November 2022. Ada sejumlah unit mobil listrik dari Hyundai model Genesis yang akan digunakan para kepala negara G20 serta mobil listrik dari Toyota Lexus dan Wuling Air ev untuk mengantar jemput delegasi pejabat tinggi G20.
Pemerintah juga akan mendorong penggunaan kendaraan dinas berbasis listrik. Mobil listrik yang dipakai wajib dirakit di dalam negeri dan menggunakan komponen lokal. ”Jadi bukan hanya mengimpor kendaraan listrik utuh, kita juga menciptakan lapangan kerja, menghemat devisa, dan melakukan substitusi impor,” kata Airlangga.