Realisasi Ekspor CPO sejak Larangan Dicabut Capai 2,77 Juta Ton
Dengan program Simirah, MGCR, dan ”flush out” yang digulirkan pemerintah, serta tambahan ekspor 1 juta ton ke China, petani sawit mandiri berharap harga TBS di tingkat petani bisa di atas Rp 2.000 per kg.
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekspor minyak kelapa sawit mentah atau CPO dan sejumlah produk turunannya terealisasi sekitar 2,77 juta ton sejak larangan ekspor CPO dicabut pada 23 Mei 2022 hingga 28 Juli 2022. Realisasi itu berasal dari kebijakan program Sistem Minyak Goreng Curah I dan flush out.
Program Sistem Minyak Goreng Curah (Simirah) I merupakan perpaduan kebijakan kewajiban memasok kebutuhan pasar dometik (DMO) dengan insentif ekspor CPO dan tiga produk turunannya yang tercatat dalam platform digital Simirah. Dalam program itu, setiap perusahaan yang telah memenuhi DMO diperbolehkan mengekspor lima kali lipat dari realisasi DMO.
Adapun program flush out merupakan kebijakan percepatan ekspor CPO dan sejumlah produk turunannya bagi perusahaan yang tidak mengikuti program Simirah dengan membayar biaya tambahan 200 dollar AS per ton di luar pungutan dan bea keluar ekspor. Program itu bertujuan mengosongkan tangki-tangki CPO serta meningkatkan serapan dan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani.
Staf Khusus Menteri Perdagangan Oke Nurwan, Jumat (29/7/2022), mengatakan, per 28 Juli 2022, dari 51 perusahaan pemilik persetujuan ekspor (PE), baru 49 perusahaan yang telah merealisasikan ekspor. Realisasi ekspor CPO dan sejumlah produk turunan itu mencapai 1,77 juta ton atau sekitar 88,33 persen dari total volume PE yang telah diterbitkan, yaitu sekitar 1,99 juta ton.
Untuk program flush out, terdapat 60 perusahaan yang telah mengantongi PE. Dari jumlah tersebut, baru 50 perusahaan yang telah mengekspor CPO dan sejumlah produk turunannya. Total volume ekspornya sekitar 1 juta ton atau 92,15 persen dari total volume PE yang telah diterbitkan, yakni sekitar 1,09 juta ton.
”Melalui kedua program itu, sudah 2,77 juta ton CPO yang diekspor. Dengan begitu, diharapkan serapan dan harga TBS sawit petani bisa terus meningkat secara bertahap,” kata Oke ketika dihubungi di Jakarta.
Melalui kedua program itu, sudah 2,77 juta ton CPO yang diekspor. Dengan begitu, diharapkan serapan dan harga TBS sawit petani bisa terus meningkat secara bertahap.
Selain kedua program tersebut, pemerintah juga menggulirkan program Minyak Goreng Curah Rakyat (MGCR) atau Simirah II. Melalui program itu, pemerintah memberikan insentif ekspor sebanyak tujuh kali lipat dari realisasi DMO setiap perusahaan.
Kementerian Perdagangan mencatat, total rencana ekspor CPO dan sejumlah produk turunan dalam program Simirah II sebanyak 3,07 juta ton. Ada 56 perusahaan yang sudah memiliki PE dan jumlah izin ekspor yang telah diterbitkan sebanyak 1.140 PE.
Saat ini, pemerintah tengah mematangkan rencana relaksasi kebijakan DMO. Insentif ekspor CPO yang sekarang berlaku sebesar tujuh kali lipat dari pemenuhan DMO setiap perusahaan (1:7), menurut rencana, akan dinaikkan.
”Hingga saat ini, pemerintah tidak menghapus DMO. DMO tetap dijalankan sampai kondisi benar-benar kondusif. Rasio insentif ekspor itu nanti akan dinaikkan dan saat ini masih dibahas,” kata Oke.
Belakangan ini, percepatan ekspor CPO Indonesia tengah menghadapi dua tantangan besar. Tantangan itu tidak hanya soal penurunan harga, tetapi juga masih lesunya permintaan CPO global.
Pada tahun ini, harga CPO yang pernah tembus 7.104 ringgit Malaysia per ton pada 29 April 2022, sempat anjlok menjadi 2.568 ringgit Malaysia per ton pada 14 Juli 2022. Sejak empat hari lalu, harga CPO naik secara beruntun.
Per 29 Juli 2022, harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia mencapai 4.306 ringgit Malaysia. Kenaikan harga CPO itu tidak terlepas dari imbas kenaikan harga minyak kedelai.
Sementara di tengah lesunya pasar CPO global, Indonesia berhasil melobi China untuk menambah impor CPO sebanyak 1 juta ton. Hal ini akan berdampak pada pengosongan tangki CPO sekaligus meningkatkan serapan dan harga TBS di tingkat petani.
Sekretaris Jenderal Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Mansuetus Darto mengapresiasi upaya pemerintah yang berhasil membuat China berkomitmen menambah impor CPO sebanyak 1 juta ton. Namun, upaya itu tidak akan bisa berdampak langsung dalam waktu dekat ini.
”Setidaknya membutuhkan waktu sebulan untuk melihat dampaknya ke peningkatan ekspor, serapan, dan harga TBS petani,” katanya.
Dengan sejumlah program yang digulirkan pemerintah dan tambahan ekspor 1 juta ton ke China, kami berharap harga TBS di tingkat petani mandiri bisa di atas Rp 2.000 per kg.
Menurut Darto, harga TBS di tingkat petani swadaya belum banyak perkembangan. Per 28 Juli 2022, harga tertinggi TBS di 15 kabupaten di 12 provinsi mencapai Rp 1.570 per kilogram (kg) dan terendah Rp 700 per kg. Harga tersebut mulai sedikit membaik jika dibandingkan dengan dua pekan sebelumnya saat harga tertinggi dan terendahnya masing-masing Rp 944 per kg dan Rp 600 per kg.
”Dengan sejumlah program yang digulirkan pemerintah dan tambahan ekspor 1 juta ton ke China, kami berharap harga TBS di tingkat petani mandiri bisa di atas Rp 2.000 per kg,” ujarnya.