Harga minyak mentah dunia akan cenderung terus meroket menyusul rencana embargo Uni Eropa atas minyak Rusia. JP Morgan memperkirakan, harga emas hitam akan mencapai 185 dollar AS per barel pada akhir 2022.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
BRUSSELS, Kamis – Harga minyak mentah dunia langsung melonjak setelah Uni Eropa mengumumkan rencana menghentikan secara bertahap impor minyak mentah berikut produk pengilangan dari Rusia. Situasi ini semakin menambah kekhawatiran akan makin ketatnya pasar minyak dunia dan naiknya inflasi di tengah dunia yang sedang berupaya pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Setelah pengumuman rencana embargo minyak Rusia oleh Uni Eropa (UE), Rabu (4/5/2022), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 5,17 dollar AS atau 4,9 persen menjadi 110,14 dollar AS per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate ditutup di 107,81 dollar AS per barel, naik 5,40 dollar AS atau 5,3 persen.
Pada Kamis (5/5) tengah hari, harga minyak mentah terus naik. Masing-masing menjadi 110,53 dollar AS per barel dan 108,03 dollar AS per barel.
Mengutip laman kamar dagang terbesar di Skotlandia, Aberdeen & Grampian Chamber of Commerce, ahli strategi JP Morgan, Natasha Kaneva, mengatakan, jika sanksi terhadap Rusia berlanjut, harga minyak Brent bisa mencapai 185 dollar AS per barel pada akhir 2022. ”Jika gangguan pada volume minyak Rusia berlangsung sepanjang tahun, harga minyak Brent tahun ini mencapai 185 dollar AS per barel,” tulis Kaneva.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dalam pertemuan dengan Dewan Eropa di Strasbourg, Perancis, Rabu (4/5), mengusulkan paket sanksi ke-6 Uni Eropa kepada Rusia. Salah satu sanksinya adalah menghentikan secara bertahap impor minyak mentah Rusia dalam jangka waktu enam bulan. Penghentian impor juga diterapkan terhadap produk olahan minyak dari Rusia. Jangka waktunya sampai dengan akhir 2022.
”Ini tidak akan mudah. Beberapa negara anggota punya ketergantungan yang besar pada minyak Rusia, tapi kami akan mengupayakannya. Kami sekarang mengusulkan larangan minyak Rusia. Ini benar-benar larangan impor sepenuhnya terhadap minyak Rusia, baik yang lewat laut maupun pipa, mentah ataupun halus,” katanya.
Von der Leyen berjanji akan memastikan proses penghentian impor minyak Rusia secara bertahap. Ini akan ditempuh dengan cara-cara yang memungkinkan Uni Eropa bersama mitra untuk mengamankan rute pasokan alternatif dan meminimalkan dampak pada pasar global.
Agar rencana embargo minyak Rusia itu bisa berlaku efektif, proposal harus disetujui oleh semua anggota UE secara bulat. Von der Leyen mengakui bahwa tidak mudah membuat 27 negara anggota UE, beberapa di antaranya terkurung daratan dan sangat bergantung pada pasokan energi dari Rusia, untuk menyetujui sanksi minyak tersebut.
Menteri Lingkungan dan Energi Perancis, Barbara Pompili, Kamis, mengatakan, dirinya yakin negara-negara anggota UE akan mencapai konsensus tentang bagaimana mengakhiri impor minyak Rusia pada akhir pekan ini. ”Beberapa negara lebih bergantung pada minyak Rusia daripada yang lain. Jadi, kami harus mencoba mencari solusi agar mereka bisa ikut dalam sanksi ini. Namun, saya pikir, kami harus bisa melakukannya,” katanya kepada radio France Info.
Pertemuan tingkat menteri OPEC+ lewat telekonferensi pada Kamis memutuskan tetap pada peta jalan untuk menambah secara bertahap pasokan minyak hingga mencapai 432.000 barel per hari secara kolektif pada Juni. Artinya, dengan volume pasokan itu, harga minyak masih akan cenderung tinggi.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, saat ini tidak mungkin bagi para produsen minyak lain untuk mengambil alih peran Rusia memasok pasar minyak. Sebab, negara-negara produsen minyak juga tidak memiliki cadangan yang cukup. Dengan kemampuan memasok hingga 7 juta barel per hari, peran Rusia tidak mungkin tergantikan oleh negara lain.
Dengan demikian, sanksi UE terhadap minyak Rusia ditambah kebijakan OPEC+ berpeluang meningkatkan lebih tinggi harga minyak, bensin, solar, dan bahan bakar penerbangan. Situasi ini akan memperburuk inflasi global dan menggerus daya beli masyarakat. Tantangan pemulihan global dari dampak pandemi Covid-19 pun menjadi kian berat.
Harga yang lebih tinggi bisa jadi sudah dekat.
Badan Energi Internasional memperkirakan, 3 juta barel per hari minyak Rusia bisa ditarik dari pasar mulai bulan ini karena sanksi Barat yang semakin meluas. Masyarakat dunia harus bersiap terhadap dampaknya, terutama kenaikan harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi.
"Harga yang lebih tinggi bisa jadi sudah dekat. Pasar minyak belum sepenuhnya memperhitungkan potensi embargo minyak UE, jadi harga minyak mentah yang lebih tinggi bisa terjadi pada musim panas, jika hal itu disahkan menjadi peraturan perundangan," kata Bjornar Tonhaugen, Kepala Riset Pasar Minyak di Rystad Energy.
Sementara analis dari Rystad Energy memperkirakan pasar global berpotensi kehilangan hingga 2 juta barel dalam waktu enam bulan jika 27 negara UE menyetujui proposal sanksi minyak Rusia. Produksi minyak Rusia diperkirakan akan turun setelah kehilangan pelanggan terbesarnya, yakni Eropa.
Rusia adalah pengekspor minyak terbesar di dunia. Pasokannya terhadap pasar global mencapai 12 persen. Sebelum invasi ke Ukraina, Rusia mengirim sekitar 3,8 juta barel minyak per hari ke UE. Jerman, Polandia, dan Belanda adalah pengguna terbesar minyak asal Rusia.
Berdasarkan data Forum Ekonomi Dunia, pada 2021, lebih dari seperempat volume impor minyak mentah UE berasal dari Rusia. Sementara dua perlima gas Eropa berasal dari Rusia. Total nilainya mencapai 108 miliar dollar AS.
”Pasokan sangat ketat. Dengan latar belakang tersebut, ketika Anda berbicara tentang larangan ini, ada banyak pertanyaan tentang bagaimana (Eropa) akan menggantinya,” kata analis senior di Price Futures Group Phil Flynn.
Sejumlah negara anggota UE yang berasal dari Eropa timur, seperti Hongaria, Slowakia, Ceko, dan Bulgaria, tidak sepenuhnya sepakat dengan keputusan UE. Slowakia, misalnya, yang sangat bergantung pada pasokan minyak mentah yang disalurkan melalui pipa Druzhba yang telah ada sejak era Uni Soviet, menyuarakan keprihatinannya. Begitu juga dengan Hongaria.
”Kami setuju dengan sanksi ini. Namun, kami perlu masa transisi yang lebih lama sampai kami beradaptasi dengan situasi ini,” kata Menteri Ekonomi Slowakia Richard Sulik dalam jumpa pers di Bratislava, Rabu. Sulik mengatakan, transisi yang lebih lama akan memberi Slowakia waktu untuk mencari pasokan alternatif.
Hongaria mengatakan tidak dapat mendukung embargo yang diusulkan karena akan menghancurkan keamanan energinya. ”Paket sanksi Brussel akan melarang pengiriman minyak dari Rusia ke Eropa, dengan pemberitahuan yang agak singkat. Dalam kasus Hongaria, akhir tahun depan,” kata Menteri Luar Negeri Peter Szijjarto, dalam sebuah unggahan video di laman Facebook.
Jepang juga mewaspadai kemungkinan embargo minyak Rusia apabila Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta semua sekutu menerapkan skema yang sama pada pertemuan kelompok negara-negara maju, G7, Juni.
Impor minyak Rusia menyumbang 4 persen dari total impor minyak Jepang pada 2022. ”Mengingat Jepang memiliki keterbatasan sumber daya, kami akan menghadapi beberapa kesulitan untuk segera mengikuti langkah negara lain,” kata Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Koichi Hagiuda. (AP/REUTERS/MHD)