Dua Mata Pisau Embargo Minyak Rusia bagi Uni Eropa
Jika disepakati, embargo minyak menjadi langkah terkuat Uni Eropa terhadap sektor energi Rusia. Namun, konsensus tampaknya sulit dicapai.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
REUTERS/MAXIM SHEMETOV
Kilang minyak yang dioperasikan perusahaan Lukoil terlihat di Korchagina, Laut Kaspia, Rusia, 17 Oktober 2018.
Uni Eropa menempuh langkah keras atas Rusia akibat invasi ke Ukraina yang hingga kini belum terlihat akhirnya. Dalam enam bulan, blok tersebut akan secara bertahap mengurangi impor minyak mentah dari Rusia dan produk-produk penyulingan lainnya pada akhir tahun.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Rabu (4/5/2022), mengusulkan embargo minyak Rusia sebagai bagian paket sanksi keenam atas Rusia. “Kita akan mengusulkan larangan atas minyak Rusia. Agar jelas: ini tidak akan mudah. Namun, kita harus tetap melakukannya. Kita akan menjamin pengurangan bertahap pada minyak Rusia untuk memaksimalkan tekanan pada Rusia sembari meminimalkan dampak pada perekonomian kita,” ujar Von der Leyen, seperti dikutip CNN.
Jika seluruh anggota sepakat, ini menjadi langkah terkuat UE terhadap sektor energi Rusia. Meski demikian, gas Rusia belum tersentuh karena sebagian besar negara Eropa bergantung pada gas tersebut. Sebelumnya UE telah sepakat untuk mengurangi impor batubara Rusia, tetapi konsensus untuk embargo minyak jauh lebih sulit dicapai meski pembicaraan sudah berlangsung selama berminggu-minggu.
Menyasar sektor energi Rusia bagai dua mata pisau yang harus dihadapi Eropa. Dalam beberapa jam setelah diusulkan, Hongaria langsung menyatakan tidak bisa mendukung usulan tersebut karena akan menghancurkan ketahanan energinya. “Kami telah menyatakan pada Brussels dan semua negara Eropa, Hongaria tidak bisa melakukannya. Jangka waktu terpendek bagi perusahaan-perusahaan minyak kami sudah jelas, tiga hingga lima tahun,” kata Zoltan Kovacs, juru bicara Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, kepada CNN.
AFP/POOL/KENZO TRIBOUILLARD
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen saat memberikan pernyataan di Brussels, Belgia, 27 April 2022.
Slowakia yang mengimpor 92 persen kebutuhan minyak dari Rusia tahun lalu juga menghendaki periode transisi lebih lama. Sama halnya dengan Ceko.
Terlepas dinamika dalam pembahasan sanksi tersebut, menarik mencermati bagaimana Uni Eropa akan bertahan tanpa minyak dari Rusia. Apalagi UE menyuarakan ambisi untuk beralih ke energi baru dan terbarukan guna meredam laju pemanasan global.
“Ambisi untuk mencapai nihil karbon dalam kerangka waktu yang terukur dan membatasi pemanasan global sudah sangat ambisius. Tetapi untuk lepas dari impor energi Rusia dalam jangka waktu yang lebih pendek lagi, akan semakin sulit,” kata Richard Bronze, kepala bidang geopolitik pada Energi Aspects, firma riset yang berbasis di London.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, UE menyerukan untuk lepas dari pasokan gas Rusia hingga dua pertiga dari kebutuhannya pada tahun ini. Untuk benar-benar lepas dari ketergantungan pada gas Rusia, UE menargetkan hingga sebelum 2030.
Sumber energi baru
AFP/NIKOLAY DOYCHINOV
Pekerja memeriksa pipa di konstruksi stasiun pengukuran gas, bagian dari jalur pipa antara Bulgaria dan Yunani dekat desa Malko Kadievo, 18 Maret 2022.
Persoalan makin pelik bagi UE karena banyak negara yang belum bisa mendapatkan sumber energi baru dan terbarukan yang bisa diandalkan dalam waktu dekat. Eropa masih terbelah soal pembangkit tenaga nuklir. Beberapa negara berkomitmen untuk menghindari pemakaian pembangkit tenaga nuklir menyusul bencana pada PLTN Fukushima di Jepang selepas gempa tahun 2011 dan ledakan rekator Chernobyl tahun 1986.
Data produksi UE menunjukkan, produksi listrik dari PLTN menurun di seantero Eropa sejak 2014, termasuk di Jerman, Swedia, dan Belgia. Lituania menutup fasilitas nuklirnya pada 2009. Adapun Jerman juga akan menutup fasilitas nuklir terakhirnya tahun ini.
Di sisi lain, Perancis yang mendapatkan 70 persen listrik dari energi nuklir justru meningkatkan produksi dari PLTN. Romania, Hongaria, dan Belanda melakukan langkah serupa.
Belgia masih dilematis soal penutupan PLTN. Setelah 20 tahun perseteruan politik, Belgia akhirnya akan menutup PLTN tahun 2025. Namun, perang yang berkecamuk di Ukraina dan melonjaknya harga energi global memaksa negara itu berbalik arah. “Pertanyaannya, bisakah kita memenuhi kerangka waktu penutupan? Saat ini jawabannya tidak,” kata Christophe Collignon, Wali Kota Huy, tempat PLTN Tihange berada.
AFP/INA FASSBENDER
Menara pendingin pembangkit tenaga batubara Scholven yang dioperasikan grup energi Uniper di Gelsenkirchen, Jerman barat, 29 April 2022.
Mayoritas warga Huy menyambut baik perpanjangan operasional PLTN itu hingga 2035. Perjalanan kota itu diwarnai pembukaan PLTN pada 1975 dan banyak warga yang bekerja di tempat itu. Hampir 40 persen listrik Belgia berasal dari PLTN, terbesar keenam di UE. Belgia belum bisa menemukan alternatif sumber energi andal meskipun telah berinvestasi besar-besaran pada pembangkit tenaga angin.
Itulah sebabnya keterbelahan soal energi masih akan menghantui Uni Eropa, terlebih jika sanksi energi atas Rusia diberlakukan. (AFP/THOMSON REUTERS FOUNDATION)