Gejolak harga kedelai impor diprediksi akan berlanjut hingga beberapa bulan ke depan. Produsen tahu dan tempe dinilai perlu melirik bahan baku alternatif, seperti kacang koro, guna mengurangi ketergantungan impor.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
ARSIP KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
Festival Olahan Pangan Lokal Berbasis Kacang Koro digelar di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/4/2022). Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki (kiri) sedang memperhatikan Wali Kota Bogor Bima Arya (ketiga dari kiri) mencicipi makanan yang terbuat dari kacang koro.
JAKARTA, KOMPAS — Gejolak harga kacang kedelai diprediksi berlanjut dan membayang-bayangi para produsen tempe dan tahu di Indonesia. Sebab, 95 persen kebutuhan kedelai nasional selama ini mesti dipenuhi dari impor, sementara 60 persen di antaranya diserap untuk produksi tempe dan tahu.
Oleh karena itu, pengembangan kacang koro sebagai bahan baku alternatif pengganti kedelai dinilai perlu terus didorong guna mengurangi ketergantungan tersebut. ”Kami kembangkan kacang koro sebagai substitusi kedelai impor,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki pada pembukaan Festival Olahan Pangan Lokal Berbasis Kacang Koro di Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/4/2022).
Teten mengajak para produsen tempe dan tahu untuk kreatif dengan tidak selalu mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku. Apalagi, harga kedelai global naik, terutama karena permintaan yang tinggi dan hambatan produksi di beberapa negara produsen.
Menurut Teten, penanaman kedelai di Indonesia juga terbilang kurang produktif. Karena itu, kacang koro bisa menjadi alternatif bahan baku tempe dan tahu serta berpeluang dikembangkan menjadi salah satu komoditas strategis penunjang ketahanan pangan Indonesia. Apalagi kacang koro memiliki beraneka kelebihan.
”Kacang koro ini mudah dibudidayakan secara monokultur serta tumpang sari dan adaptif pada lahan kering. (Pengembangan kacang koro di) Sumedang menjadi proyek pilot pengembangan budidaya kacang koro yang dikembangkan bersama Koperasi Paramasera,” kata Teten.
Selain itu, tingginya harga dan ketergantungan pada kedelai impor patut menjadi momentum bagi komitmen mendorong dan mengembangkan bahan baku lokal nonkedelai. Kacang koro ternyata tidak hanya bisa dipakai untuk membuat tempe dan tahu. Ada ratusan lebih menu pangan yang bisa dihasilkan dari bahan baku kacang koro.
Selain itu, kacang koro diyakini bisa memenuhi berbagai kebutuhan pangan setelah diolah menjadi tepung dan menjadi salah satu sumber protein penting bagi pakan ternak. ”Festival ini bisa jadi bagian dari upaya membangun ketahanan pangan yang inklusif berbasis sumber daya lokal dan berkelanjutan,” ujar Teten.
Namun, partisipasi aktif dari pimpinan daerah dan pemangku diperlukan untuk mendukung pengembangan budidaya kacang koro. Partisipasi itu, misalnya, ditempuh melalui penyediaan lahan yang cukup. Dalam hitungan Kementerian Koperasi dan UKM, jika konsumsi tempe dan tahu per orang mencapai 7 kilogram per tahun, maka 273,5 juta penduduk Indonesia membutuhkan 1,914 juta ton per tahun. Dengan potensi produksi kacang koro 4 ton per hektar, setiap kabupaten/kota perlu menyediakan lahan sekitar 1.000 hektar.
ARSIP KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
Festival Olahan Pangan Lokal Berbasis Kacang Koro digelar di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/4/2022). Mereka yang terpilih menjadi juara atas kreasi pembuatan makanan dari kacang koro.
Menurut Teten, koperasi dapat berperan sebagai pihak yang mengonsolidasi dan mengagregasi perajin kacang koro. Hilirisasi kacang koro menjadi tugas koperasi untuk menghubungkan anggota dengan para perajin tempe dan tahu yang tergabung dalam Koperasi Produsen Tempe dan Tahu (Kopti), Puskopti, dan Gakoptindo sebagai induk koperasi.
Dalam kesempatan yang sama, Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan, pihaknya akan terus memopulerkan pangan lokal berbahan baku kacang koro sebagai substitusi kedelai impor. ”Karena keterbatasan lahan di Bogor untuk menanam kacang koro, kami akan bermain di hilir. Di Bogor akan kami akan perkuat industri pangan olahan, pengemasan, hingga promosi,” ujarnya.
Ketua Koperasi BUMR Paramasera Agus Somamihardja mengungkapkan bahwa festival yang diikuti para perajin tempe dan UKM pangan olahan ini mampu melahirkan 100 menu olahan pangan berbahan baku kacang koro. Menu itu antara lain cake, tongseng kambing, sambal, steak tempe koro, pepes tempe koro, kue semprong, dan sebagainya. ”Kami merealisasikan niat menggerakkan ketahanan pangan berbahan baku lokal. Salah satunya kacang koro,” kata Agus.
ARSIP KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
Festival Olahan Pangan Lokal Berbasis Kacang Koro digelar di Kota Bogor, Jawa Barat, Jumat (1/4/2022).
Dengan impor kedelai yang terus meningkat dan harga yang semakin mahal, Agus mengajak masyarakat untuk melihat potensi lokal. Tempe merupakan produk pangan warisan leluhur dan ketahanan pangan diyakini bisa dikelola dan dikembangkan melalui koperasi. ”Untuk perkebunan kacang koro, kami sudah kick-off 100 hektar di Sumedang. Bogor akan menjadi center of excellence industri pengolahan pangan berbasis kacang koro,” ujar Agus.