Kolaborasi di Ekosistem Kendaraan Listrik Makin Gencar
PT Swap Energi Indonesia, PT Smoot Motor Indonesia, Grab Indonesia, dan PLN menggalang kerja sama untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik. Keempat perusahaan menyatukan peran guna mendorong kendaraan listrik.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kolaborasi di ekosistem kendaraan listrik melalui penyediaan baterai ataupun kendaraan semakin gencar dilakukan oleh swasta dan pemerintah. Kerja sama terutama menyasar industri jasa pengantaran yang semakin dibutuhkan masyarakat. Prospek jangka panjang pengembangan sepeda motor listrik sebagai sarana transportasi ramah lingkungan membuka peluang bagi penyediaan baterai listrik.
Setelah bekerja sama dengan PT Pos Indonesia empat bulan lalu, PT Swap Energi Indonesia dan PT Smoot Motor Indonesia kembali mengembangkan kerja sama dalam penyediaan sepeda motor listrik ataupun baterai listrik. Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman dengan Grab sebagai pelaku industri jasa antar dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN di Jakarta, Senin (21/3/2022).
Penandatanganan dilakukan oleh Co-founder Swap Energi dan Smoot Motor Indonesia Irwan Tjahaja, Direktur Bisnis Jabodetabek Grab Indonesia Kiky Saridewi, serta Executive VP Pemasaran dan Pengembangan Produk PT PLN (Persero) Hikmat Drajat. Penandatanganan disaksikan pula oleh Direktur Sarana Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan Danto Restiawan dan Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.
Smoot Motor, Swap Energi, Grab, dan PLN bersinergi untuk mempercepat pembangunan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi di Indonesia. Lewat kolaborasi ini, keempat perusahaan tersebut menyatukan peran strategis dalam melakukan langkah nyata menciptakan kendaraan ramah lingkungan yang terjangkau bagi semua kalangan.
”Kita perlu meningkatkan peran aktif, seperti dilakukan oleh para pelaku transportasi dan industri otomotif nasional, untuk mulai mengembangkan kendaraan bermotor bertenaga listrik. Ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dan meningkatkan kualitas udara di Indonesia,” kata Direktur Sarana Transportasi Jalan Kementerian Perhubungan Danto Restiawan saat membacakan sambutan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Dalam upaya penanganan perubahan iklim dan penurunan emisi sektor transportasi di Indonesia, salah satu regulasi yang telah diterbitkan pemerintah adalah Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai. Saat ini, Kementerian Perhubungan telah menyusun peta jalan transportasi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) sebagai kendaraan operasional pejabat pemerintah serta bus antar-jemput perkotaan, baik di pemerintah pusat maupun daerah.
Data Kementerian Perhubungan menunjukkan, hingga 16 Maret 2022, jumlah kendaraan listrik baru mencapai 16.060 unit, baik berupa sepeda motor, kendaraan angkutan, maupun bus. Kolaborasi itu diharapkan dapat mempercepat proses dalam membangun ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi. Swasta diharapkan semakin gencar menyokong Program KBLBB melalui pembentukan ekosistem kendaraan listrik.
Terlebih, kata Danto, pemerintah menargetkan emisi nol pada tahun 2060. Percepatan Program KBLBB dinilai penting untuk ketahanan energi dan mendorong kemandirian energi domestik dengan mengurangi ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM) sekaligus bisa mendorong penurunan emisi gas rumah kaca.
”Dalam membangun ekosistem kendaraan listrik tidak bisa dilakukan sendiri, harus terintegrasi lintas sektor, baik pemerintah maupun swasta. Sinergi ini akan makin mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi di Indonesia,” ujar Danto.
Irwan mengatakan, sebetulnya kendaraan listrik sudah ada beberapa tahun lalu. Swap Energi tertantang untuk menciptakan teknologi baterai yang simpel dan fleksibel agar bisa digunakan untuk kebutuhan jarak jauh. Karena itu, terciptalah baterai listrik portable. Namun, awalnya Swap Energi lebih fokus membangun infrastruktur dengan memperhitungkan jarak tempuh paling minim dari kendaraan listrik.
Dari kebutuhan itu, kata Irwan, Swap Energi mengembangkan sayap untuk penyediaan baterai listrik di Jakarta, Surabaya, dan Bali. Dengan kolaborasi tersebut, Swap meyakini dapat mempercepat adopsi ekosistem penggantian baterai.
Dalam dialog bertajuk Ride to The Future seusai penandatanganan tersebut, Ridzki mengatakan, momentum kerja sama itu penting guna mendorong pemanfaatan teknologi masa depan yang sangat ramah lingkungan. Grab tidak bisa berjalan sendiri.
”Ini sebuah keniscayaan. Tren dunia menuju ke arah energi hijau. Sejak tahun 2019, Grab sebetulnya sudah mulai dengan program langkah hijau, mengedepankan sustainable energi di dalam kegiatan sehari-hari,” ujar Ridzki.
Hingga kini, Grab sudah mengoperasikan 8.500 kendaraan listrik dalam kegiatan sehari-hari baik mitra pengemudi, Grab bike, maupun mobil listrik Grab. Inilah yang dilakukan sebagai Grab Lingkungan Hijau.
Menurut Ridzki, kolaborasi ini disebut kerja sama ekosistem. Grab bekerja sama dengan Smoot selaku industri roda dua listrik. Kemudian, PLN sebagai penyedia listrik bekerja sama dengan Swap Energi yang menyediakan teknologi baterai yang mudah didapatkan dan terjangkau.
Grab mengklaim, dengan 8.500 kendaraan listrik yang didominasi kendaraan roda duanya di Indonesia, Grab sudah membantu mengurangi emisi karbon hingga 4.600 kilogram atau setara penanaman 260.000 pohon. Tak hanya berdampak positif pada lingkungan, kehadiran armada listrik juga membuka peluang baru bagi mitra pengemudi.
Hikmat Drajat mengatakan, kerja sama itu merupakan langkah awal dari inovasi yang dapat diperluas dan dikembangkan guna saling memperkuat value dan manfaat bagi penguatan ekosistem kendaraan bermotor listrik di Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk mengalihkan energi berbasis impor ke energi domestik dari energi fosil ke energi terbarukan.
Menurut Hikmat, PLN paling tidak memiliki tiga peran dalam akselerasi adopsi kendaraan listrik. Pertama, PLN hadir dalam pengembangan ataupun pembentukan infrastruktur KBLBB. Ke depan, energi sangat terbatas sehingga perlu memanfaatkan energi dalam negeri yang berbasis domestik. Tentu, listrik diproduksi di Indonesia, sebagaimana dihasilkan oleh PLN.
Kedua, PLN berperan aktif dalam membentuk ekosistem infrastruktur KBLBB. Mulai dari pabrikan sepeda motor, baterai, regulator dan manajemen pengguna, seperti Grab. Selain itu, peran PLN ketiga adalah berkontribusi pada pengurangan emisi.
”PLN sudah memiliki peta jalan untuk menuju net zero emisi. Bukan lagi dari motor dan mobil listrik, tetapi kami juga sudah bertransformasi menuju karbon netral dari sisi pembangkitnya. Jadi, tahun 2060 Indonesia sudah menuju emisi nol karbon, kami harus mengimbanginya menuju net zero emisi dari sisi hulu atau pembangkit yang menuju renewable emisi,” kata Hikmat.