Mendag: 125 Juta Liter Minyak Goreng Segera Didistribusikan ke Pasar
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan, pemerintah telah berhasil mengamankan stok minyak goreng sebanyak 125 juta liter. Stok minyak goreng itu diharapkan segera masuk ke pasar guna mengatasi kelangkaan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan, pemerintah telah berhasil mengamankan stok minyak goreng sebanyak 125 juta liter. Stok itu diharapkan segera masuk ke pasar sehingga masyarakat dengan mudah mendapatkan minyak goreng dengan harga normal.
”Sejak 14 sampai 20 Februari sudah dapat minyak sebesar 125 juta liter atau setara dengan sepertiga dari kebutuhan satu bulannya,” kata Lutfi seusai menghadiri Musyawarah Nasional V Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) di sebuah hotel di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (22/2/2022).
Lutfi memaparkan, 125 juta liter minyak goreng itu berhasil diamankan setelah pemerintah menerapkan kebijakan kewajiban pemenuhan kebutuhan pasar domestik (domestic market obligation/DMO). Dalam kebijakan itu, pemerintah mewajibkan eksportir mengalokasikan 20 persen minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan olein atau CPO olahan untuk kebutuhan dalam negeri.
Lutfi menyatakan, stok minyak goreng tersebut dipenuhi dari CPO yang berasal dari Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Dia menambahkan, sebagian stok minyak goreng itu telah dikirim dari pabrik minyak goreng ke distributor. ”Ini semua CPO dari Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Sudah jalan (didistribusikan) dalam bentuk minyak sekarang,” paparnya.
Lutfi juga menyebut, saat ini pemerintah sedang berusaha mempercepat pengiriman stok minyak goreng tersebut dari distributor ke jalur di bawahnya. Hal ini penting untuk memperbanyak jumlah minyak goreng di pasaran. ”Ini sekarang kami lagi berusaha untuk mempercepat keluarnya dari D1 (distributor) ke bawah,” tuturnya.
Menurut Lutfi, jika diibaratkan orang sakit, stok minyak goreng saat ini masih berada di dalam intensive care unit (ICU) atau ruang perawatan intensif. Namun, dalam seminggu ke depan, stok minyak goreng di pasaran diharapkan sudah mulai banyak.
”Kita ini sekarang kalau istilah saya masih di intensive care unit. Mudah-mudahan dalam seminggu ke depan kita masuk ke ruang rawat inap karena barangnya sudah mulai banyak di masyarakat,” ungkap Lutfi.
Terkait dugaan penimbunan 1,1 juta kilogram (kg) minyak goreng di sebuah gudang di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Lutfi mengatakan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah berkomunikasi dengan distributor minyak goreng tersebut. Kemendag juga telah meminta stok minyak di gudang itu untuk didistribusikan ke pasar.
”Kami sudah meminta supaya semuanya dikeluarkan dan digelontorkan. Kemarin itu sudah habis semuanya dan dimasukkan ke pasar-pasar,” tutur Lutfi.
Lutfi juga menyatakan, apabila ada spekulan minyak goreng yang melanggar hukum, mereka akan ditindak tegas dan diproses hukum. Lutfi pun mengaku sudah berkomunikasi dengan Kapolri dan Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri terkait masalah tersebut.
”Saya sekarang utamanya lagi menjalankan semua jalur distribusi supaya bisa jalan. Tetapi, kalau ada spekulan yang melawan hukum, saya akan tuntut. Saya sudah bicara sama Kapolri dan Kabareskrim agar mereka ditangkap untuk diproses secara hukum,” ungkap Lutfi.
Saya sekarang utamanya lagi menjalankan semua jalur distribusi supaya bisa jalan. Tetapi, kalau ada spekulan yang melawan hukum, saya akan tuntut. Saya sudah bicara sama Kapolri dan Kabareskrim agar mereka ditangkap untuk diproses secara hukum. (Muhammad Lutfi)
Operasi pasar
Selasa siang, digelar operasi minyak goreng di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, Sleman. Operasi pasar itu dilaksanakan oleh Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) yang merupakan induk sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) bidang perkebunan.
Dalam operasi pasar itu, masyarakat bisa membeli satu paket berisi 1 liter minyak goreng dan 1 kg gula pasir dengan harga Rp 26.500. Namun, satu orang hanya boleh membeli maksimal 2 liter minyak goreng dan 2 kg gula.
Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Dwi Sutoro menjelaskan, ada 2.000 liter minyak goreng dan 2.000 kg gula yang disiapkan dalam operasi pasar tersebut. Penyelenggaraan operasi pasar itu diharapkan bisa mempermudah masyarakat mendapat minyak goreng dan gula dengan harga murah.
Dwi memaparkan, sebagai BUMN, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) ikut berupaya mengatasi masalah kelangkaan minyak goreng yang terjadi selama beberapa waktu terakhir. Dia menyebut, saat ini, perusahaan tersebut memproduksi 4 juta liter minyak goreng kemasan per bulan.
Menurut Dwi, sekitar 80 persen minyak goreng kemasan yang diproduksi Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) didistribusikan ke wilayah Sumatera Utara dan Aceh. Sementara itu, sekitar 20 persen sisanya didistribusikan ke provinsi lain. Hal ini karena pabrik minyak goreng milik Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berlokasi di Sumatera Utara.
Dwi menambahkan, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) juga memproduksi 2 juta liter minyak goreng curah. Minyak goreng curah itu kemudian didistribusikan di wilayah Sumatera Utara. ”Jadi, per bulan kami mengedarkan minyak goreng kemasan sekitar 4 juta liter dan minyak goreng curah 2 juta liter. Totalnya 6 juta liter per bulan,” ujarnya.
Dwi menyebut, Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) berencana menambah alat pengemasan minyak goreng untuk meningkatkan produksi minyak goreng kemasan. Pada akhir 2022, perusahaan tersebut menargetkan memiliki alat pengemasan dengan kapasitas 10 juta liter per bulan.