Menurut Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahun Indonesia DKI Jakarta, harga kedelai saat ini sudah sekitar Rp 12.000 per kilogram (kg). Harga itu menyulitkan produsen sehingga memutuskan mogok produksi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan produsen tahu-tempe di DKI Jakarta dan sekitarnya mogok produksi sehingga pada Senin-Rabu (21-23/2/2022) produk tersebut tidak tersedia di pasaran. Itu sebagai respons dari melonjaknya harga kedelai impor sebagai bahan baku tahu tempe. Mereka meminta pemerintah agar gejolak harga tak terus berulang.
Ketua Pengawas Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta Handoko Mulyo, Minggu (20/2), mengatakan, kegiatan mogok produksi sudah sejak Jumat (18/2). Menurut dia, harga kedelai saat ini sudah sekitar Rp 12.000 per kilogram (kg). Harga itu menyulitkan produsen sehingga memutuskan mogok produksi.
”Hari Senin (21/2), sudah enggak ada kegiatan tempe dan lain-lain di pasar. Berlangsung tiga hari,” kata Handoko.
Dalam keterangan tertulis Puskopti DKI Jakarta, protes mogok produksi dan dagang itu dilakukan sambil menunggu pola apa yang akan dilakukan pemerintah. Dengan harga kedelai Rp 12.000 per kg, para perajin meminta kenaikan harga 20 persen dari sebelumnya. Harga tempe Rp 5.000 per potong, misalnya, menjadi Rp 6.000 per potong.
Puskopti DKI Jakarta menuntut sejumlah hal, yakni adanya penurunan harga kedelai serta tak ada lagi fluktuasi harga terlalu cepat. Tak harus murah, tetapi ada kepastian stabilitas harga. Selain itu, mereka menanti langkah konkret pemerintah untuk mengatasi gejolak yang setiap tahun terus terjadi. Mereka juga meminta tata niaga kedelai ditangani pemerintah atau Bulog.
Sejumlah produsen tempe dan tahu di berbagai wilayah merespon kenaikan harga kedelai impor. Di Desa Kertobanyon, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, misalnya, para produsen memilih memperkecil ukuran tahu dan menaikan harga jual untuk meminimalkan kerugian
Berdasarkan pantauan, Minggu sore, sejumlah tempat produksi tahu di Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, menyetop produksi. Sejumlah pekerja tampak santai hingga membereskan peralatan.
Di bagian depan tempat produksi juga tertulis ”Mogok produksi, hari Kamis mulai lagi”. Menurut salah satu pekerja di tempat itu, Zemi (22), mogok produksi baru dimulai Minggu. Kemungkinan mereka akan berproduksi lagi pada Rabu atau Kamis pekan ini.
Catatan Trading Economics, Jumat (18/2), harga kedelai telah menyentuh 16 dollar AS per gantang. Grafik harga cenderung meningkat sejak November 2021 atau setelah sempat turun hingga 11,66 dollar AS per gantang.
Catatan Trading Economics, Jumat (18/2), harga kedelai telah menyentuh 16 dollar AS per gantang. Grafik harga cenderung meningkat sejak November 2021 atau setelah sempat turun hingga 11,66 dollar AS per gantang. Sementara harga tertinggi tahun lalu mencapai 16,61 dollar AS per gantang, pada 12 Mei 2021.
Sementara berdasarkan data perkembangan harga, inflasi, dan stok indikatif barang kebutuhan pokok Kementerian Perdagangan, harga paritas kedelai di tingkat importir pada Februari 2022 ialah Rp 11.057 per kg, naik dari bulan sebelumnya yang Rp 10.142 per kg. Di tingkat pengecer, yakni Rp 12.147 per kg, naik dari Januari 2022 yang 11.146 per kg.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, saat ini pemerintah fokus pada jaminan ketersediaan stok. Pemerintah telah meminta Asosiasi Importir Kedelai Indonesia menjamin stok kedelai impor meskipun harganya tinggi.
Stok kedelai secara nasional di gudang importir per 18 Februari 2022 sebanyak 400.000 ton. Stok terdiri atas stok yang sudah ada atau tersedia sebanyak 150.000 ton dan tambahan dari kedelai impor yang akan masuk Indonesia pada Februari ini sebanyak 250.000 ton. “Stok tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan kedelai untuk dua bulan ke depan,” ujar Oke.
Kedelai lokal
Pengaruh harga kedelai impor pada produksi itu tidak terlepas dari kenyataan bahwa sedikitnya 80 persen kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi dari impor. Dalam rangka kedaulatan pangan, produksi kedelai lokal pun kini dipacu di sejumlah sentra di sejumlah provinsi di Indonesia, salah satunya Jawa Timur.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan, saat ini tengah dilakukan optimalisasi potensi sumber daya lokal dengan penyedian lahan penanaman kedelai. Terutama di wilayah sentra kedelai, seperti Kabupaten Bojonegoro, Banyuwangi, dan Jember.
Hal itu di antaranya dengan menggunakan benih unggul bersertifikat serta perlindungan tanaman kedelai secara optimal. Pasalnya, kedelai merupakan tanaman subtropis sehingga ada potensi serangan organisme pengganggu tanaman yang tinggi.
Hadi menambahkan, pemanfaatan lahan-lahan kering serta mengatur pola pertanaman dengan tumpang sari atau tumpang sisip dengan jagung juga direncanakan. Perluasan areal tanam baru pun diupayakan. Kerja sama dengan lembaga lain, seperti Perhutani, juga dijajaki agar kedelai dapat dijadikan tanaman sela di bawah tegakan.
Menurut data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, prakiraan luas panen kedelai sepanjang 2022 adalah 39.478 hektar, dengan produksi 70.660 ton ose. Sementara konsumsi mencapai 292.152 ton, sehingga ada defisit 221.492 ton.
Sebelumnya, dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR, Senin (14/2) Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, pengembangan kedelai menjadi tantangan. Pasalnya, para petani lebih memilih jagung ketimbang kedelai, antara lain karena keuntungannya lebih pasti. Sedangkan kedelai, pada saat-saat tertentu kerap kali jatuh. Kedelai impor yang lebih murah membuat kedelai lokal tidak kompetitif.