Garuda Indonesia Perkuat Bisnis Kargo Penopang Ekspor
Garuda Indonesia terus melebarkan sayap memperkuat bisnis kargo udara ekspor. Peluangnya cukup besar dan menantang. Apalagi di tengah lonjakan tarif kargo udara global dan terbatasnya “unit load device”.
JAKARTA, KOMPAS - Sembari berproses merestrukturisasi utangnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus memperkuat bisnis kargo internasional. Kali ini, perusahaan milik negara itu memperluas konektivitas jaringan penerbangan kargo menuju Ho Chi Minh atau dulu bernama Saigon, Vietnam.
Penerbangan kargo itu melalui rute penerbangan Makassar-Singapura-Ho Chi Minh-Jakarta dengan armada Airbus A330-300. Layanan rute itu berlangsung sejak 15 Desember 2021 dan hanya sekali per pekan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, potensi perdagangan Indonesia-Vietnam cukup menjanjikan. Dalam tiga tahun terakhir ini, nilai perdagangan kedua negara meningkat secara berkala hingga sekitar 66 persen.
"Kami ingin memaksimalkan potensi direct call (penerbangan langsung) Indonesia-Vietnam untuk berbagai komoditas ekspor unggulan nasional seperti produk manufaktur, garmen, suku cadang, dan produk perikanan," ujar Irfan melalui siaran pers di Jakarta, Jumat (17/12/2021) malam.
Kami ingin memaksimalkan potensi direct call Indonesia-Vietnam untuk berbagai komoditas ekspor unggulan nasional seperti produk manufaktur, garmen, suku cadang, dan produk perikanan.
Sebelumnya, Garuda Indonesia memperluas jaringan pengiriman kargo ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) melalui kerja sama air transhipment cargo dengan 10 maskapai lain dan agen kargo. Ada 16 destinasi penerbangan kargo yang dilayani, antara lain Los Angeles, New York, Dallas, Atlanta, London, Brussels, dan Frankfurt.
Garuda juga telah membuka rute kargo Makassar-Hong Kong tahun ini. Rute ini melengkapi jaringan pengiriman kargo Makassar-Singapura yang diluncurkan Garuda pada tahun 2020.
Irfan menegaskan, upaya tersebut merupakan bentuk komitmen Garuda mendukung ekspor nasional. Beberapa yang sudah dilakukan antara lain, pengiriman produk industri lokal berupa sepatu dari Jakarta ke Milan, Italia; produk perikanan dari Jakarta ke Taipei, Taiwan; dan lada putih dari Pangkal Pinang menuju Kanada dan Amsterdam.
"Perluasan konektivitas rute khusus kargo ini merupakan salah satu peluang bisnis yang secara berkelanjutan bagi Garuda. Lalu lintasnya meningkat hingga 90 persen pada triwulan I-2021. Kami akan mengoptimalkan peluang bisnis ini yang diperkirakan akan terus tumbuh ke depan," kata dia.
Baca juga: Menjawab Tantangan Bisnis Penerbangan
Berdasarkan laporan keuangan Garuda pada triwulan III-2021, total pendapatan Garuda mencapai 929,02 juta dollar AS, turun 17,54 persen dibandingkan periode sama 2020 yang sebesar 1,13 miliar dollar AS. Pendapatan kargo dan dokumen pada triwulan III-2021 sebesar 257,98 juta dollar AS dan dari penerbangan penumpang sebesar 475,05 juta dollar AS.
Hingga trwiwulan III-2021, Garuda masih mencatat rugi bersih 1,66 miliar dollar AS. Kerugian ini membengkak dibandingkan kerugian pada periode sama 2020 yang mencapai 1,07 miliar dollar AS.
Peluang dan tantangan
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan untuk mempertahankan bisnisnya saat ini, Garuda bisa mengoptimalkan bisnis kargo. Garuda bisa mengambil sebagian kargo angkutan laut di dalam dan luar negeri mengingat kelangkaan peti kemas dan lonjakan tarif logistik laut masih terjadi.
”Gapmmi telah menandatangani nota kesepahaman dengan Garuda dan mendapatkan potongan tarif kargo ekspor sebesar 30 persen. Memang tidak semua produk kami bisa diekspor menggunakan pesawat, tetapi setidaknya itu bisa menjadi alternatif bisnis dan pengembangan pasar Garuda,” katanya (Kompas, 14/12/2021).
Baca juga: Asa Memperpanjang Napas Garuda
Komoditas yang dikirim melalui udara memiliki nilai yang tinggi atau sangat sensitif terhadap waktu. Komoditas itu misalnya seperti dokumen, vaksin, obat-obatan, pakaian mode, sampel produksi, elektronik, suku cadang darurat, serta produk pertanian dan makanan laut yang mudah rusak. Karakteristik komoditas itu biasanya terkait dengan pemenuhan produksi tepat waktu.
Sementara itu, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) pada 2 Desember 2021 merilis, permintaan kargo global terus meningkat. Hingga Oktober 2021, pertumbuhannya mencapai 9,4 persen meskipun masih 7,2 persen di bawah level sebelum pandemi Covid-19.
Pemulihan perekonomian global terus mendukung pertumbuhan kargo udara kendati pada sedikit lebih lemah dari bulan-bulan sebelumnya akibat munculnya virus korona Omricon. Ada beberapa faktor harus dicermati, terutama gangguan rantai pasok dan keterlambatan pengiriman logistik melalui laut.
Hal ini biasanya mengakibatkan produsen menggunakan transportasi udara, yang lebih cepat, untuk memulihkan waktu yang hilang selama proses produksi. Indeks Manajer Pembelian (PMI) global per Oktober 2021, mencapai titik terendah sepanjang masa, yaitu sebesar 34,8. IATA menilai, level indeks di bawah angka ambang batas ekspansi, yaitu 50, menguntungkan untuk kargo udara.
"Kebutuhan masyarakat dunia terhadap aneka produk ritel menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 yang cukup besar dan harus segera dipenuhi, sangat positif bagi pertumbuhan kargo udara. Banyak produsen akan beralih ke kargo udara untuk memenuhi permintaan dengan cepat," kata kata Willie Walsh, Direktur Jenderal IATA.
Kebutuhan masyarakat dunia terhadap aneka produk ritel menjelang Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 yang cukup besar dan harus segera dipenuhi, sangat positif bagi pertumbuhan kargo udara.
Baca juga: Mengawal Garuda Tetap Mengangkasa
Dalam Air Cargo News, Rabu (15/12/2021), Accenture’s Seabury Consulting, lembaga konsultan yang berbasis di Amerika Serikat, menyebutkan, kapasitas kargo udara perlahan-lahan kembali seperti pada level 2019 atau sebelum pandemi. Meskipun permintaan tetap kuat, tetap perlu dicermati melemahnya permintaan pada November 2021, kemacetan trafik, dan kelangkaan unit load device (wadah kargo) pesawat.
Tarif kargo udara saat ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan dua tahun lalu. Berdasarkan Data Kargo Udara Dunia (WorldACD), tarif kargo udara global termasuk biaya dalam sepekan terkahir, akhir November hingga 5 Desember 2021 mencapai 4,57 dollar AS per kilogram (kg) dibandingkan periode pekan sebelumnya yang sebesar 4,26 dollar AS per kg.
Kenaikan tarif kargo udara tertinggi berada di jalur perdagangan transpasifik. Baltic Exchange Airfreight Index (BAI) menunjukkan, tarif kargo udara dari Hong Kong ke Amerika Utara pada pekan lalu mencapai rekor, yaitu mencapai 14,3 dollar AS per kg dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar 12,41 per kg.
Kendati begitu, dalam periode sepekan tersebut, tetap ada penurunan tarif dari Hong Kong ke Eropa dari 8,46 dollar AS per kg menjadi 8,18 dollar AS per kg. Adapun tarif rute Frankfurt ke Amerika Utara juga turun menjadi 5,10 dollar AS per kg dari sebelumnya 5,38 dollar AS per kg.
Baca juga: