Asa Memperpanjang Napas Garuda
Berbagai asa dan peluang hidup Garuda Indonesia mengemuka, mulai dari optimisme pulihnya jumlah penumpang, geliat wisata, hingga sejumlah gelaran acara internasional. E-dagang dan ekspor juga dapat menopang bisnisnya.
Asa memperpanjang napas Garuda Indonesia masih ada. Terlepas dari karut-marut pengelolaan Garuda pada masa lampau, masih banyak yang berharap maskapai milik negara ini tetap mengelana ke berbagai penjuru Nusantara.
Berbagai peluang mengemuka, mulai dari optimisme pulihnya jumlah penumpang pada 2022, geliat wisata, hingga sejumlah gelaran acara internasional di Indonesia. Sepanjang 2022, Indonesia akan menjadi tuan rumah berbagai rangkaian pertemuan G-20. Indonesia juga akan menggelar Kejuaraan Dunia Superbike dan MotoGP pada Maret dan November.
Peluang lainnya datang dari sektor perdagangan, terutama e-dagang dan ekspor, yang tumbuh tinggi kala pandemi. Mobilitas logistik antarpulau dan antarnegara bisa menjadi bantalan bisnis maskapai, termasuk Garuda.
”Garuda harus tetap bertahan. Garuda tak semata persoalan bisnis dan salah kelola masa lampau. Garuda sudah menjadi bagian sejarah Indonesia,” ujar Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), akhir pekan lalu.
Garuda harus tetap bertahan. Garuda tak semata persoalan bisnis dan salah kelola masa lampau. Garuda sudah menjadi bagian sejarah Indonesia.
Menurut Adhi, saat mendapatkan kesempatan melanjutkan bisnisnya nanti, manajemen Garuda saat ini harus mengelola bisnis dengan baik, transparan, bebas korupsi, serta tetap menjadi maskapai yang mengedepankan kenyamanan, keselamatan, dan ketepatan waktu. Tiket pesawat dan tarif kargo juga diharapkan tidak terlalu mahal dari maskapai-maskapai lain.
Sementara itu, untuk mempertahankan bisnisnya saat ini, Garuda bisa mengoptimalkan bisnis kargo. Garuda bisa mengambil sebagian kargo angkutan laut di dalam dan luar negeri mengingat kelangkaan peti kemas dan lonjakan tarif logistik laut masih terjadi.
”Gapmmi telah menandatangani nota kesepahaman dengan Garuda dan mendapatkan potongan tarif kargo ekspor sebesar 30 persen. Memang tidak semua produk kami bisa diekspor menggunakan pesawat, tetapi setidaknya itu bisa menjadi alternatif bisnis dan pengembangan pasar Garuda,” katanya.
Gapmmi telah menandatangani nota kesepahaman dengan Garuda dan mendapatkan potongam tarif kargo ekspor sebesar 30 persen.
Dalam pengembangan bisnis kargo, Garuda Indonesia memperluas jaringan pengiriman kargo ke Eropa dan Amerika Serikat (AS) melalui kerja sama air transhipment cargo dengan 10 maskapai lain dan agen kargo. Ada 16 destinasi penerbangan kargo yang dilayani, antara lain Los Angeles, New York, Dallas, Atlanta, London, Brussels, dan Frankfurt.
Garuda juga telah membuka rute kargo Makassar-Hong Kong tahun ini. Rute ini melengkapi jaringan pengiriman kargo Makassar-Singapura yang diluncurkan Garuda pada 2020.
Baca juga : Menjawab Tantangan Bisnis Penerbangan
Saat ini, Garuda Indonesia tengah terjerat utang sebesar 9,75 miliar dollar AS dan pendapatannya merosot drastis selama pandemi. Garuda juga tengah membenahi model bisnis dan merestrukturisasi utangnya terhadap sekitar 800 kreditor melalui jalur pengadilan dan nonpengadilan.
Selain akan mengajukan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) sendiri, Garuda juga tengah menghadapi gugatan PKPU dari kreditornya, PT PT Mitra Buana Koorporindo, di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam kasus itu, majelis hakim telah menetapkan PKPU sementara terhadap Garuda.
Baca juga : Mati Hidup Garuda
Geliat wisata domestik
Pasca-lonjakan kasus Delta pada Juli-Agustus 2021, jumlah penumpang pesawat mulai bertambah kendati masih jauh dari kondisi normal. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penumpang pesawat domestik pada Januari-Oktober 2021 sebanyak 22,6 juta orang, turun 12,38 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020. Sementara jumlah penumpang internasional pada Januari-Oktober 2021 mencapai 456.900 orang, turun 87,14 persen dibandingkan dengn periode yang sama 2020.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B Sukamdani mengatakan, tren kenaikan penumpang penerbangan mulai terjadi. Tren ini semestinya diiringi dengan penambahan suplai, baik dari sisi rute maupun jumlah kapasitas pesawat. Jika tidak, kenyamanan penumpang akan terganggu.
”Selama pembatasan sosial untuk mengendalikan pandemi, permintaan penerbangan masih bisa terpenuhi oleh maskapai yang ada walaupun kami mengakui sempat ada kejadian geser-menggeser jadwal penerbangan yang mengganggu kenyamanan penumpang,” ujarnya.
Sejauh ini, lanjut Hariyadi, maskapai Lion Air Group mencukupi permintaan layanan transportasi udara. Maskapai ini punya rute dan kapasitas pesawat yang mumpuni memenuhi permintaan dalam negeri.
Dalam situasi sekarang, maskapai penerbangan lain belum punya pasokan rute ataupun kapasitas normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Ditambah lagi, Garuda sedang mengalami kesulitan internal. Selama ini, Garuda Group dan Lion Air Group menguasai sekitar 80 persen pangsa pasar layanan penerbangan di Indonesia.
Haryadi berpendapat, keberadaan transportasi udara bisa membuka kunjungan ke destinasi pariwisata. Contohnya, pembukaan rute penerbangan Jakarta-Banyuwangi mendatangkan wisatawan di Banyuwangi. Begitu juga pembukaan Bandara Internasional Silangit, Sumatera Utara, yang membuka akses wisatawan lebih besar ke destinasi Danau Toba.
Ada juga strategi layanan pesawat sewa kepada wisatawan asal China menuju Manado. Ini lambat laun juga menciptakan layanan penerbangan reguler dari China ke Manado.
”Di industri pariwisata dan kaitannya dengan akses transportasi udara itu biasanya didahului dengan ada pesawat menuju destinasi, lalu tercipta kunjungan wisatawan walaupun semua itu memang harus didukung dengan penciptaan atraksi berkelanjutan di destinasi pariwisata bersangkutan,” ujarnya.
Baca juga: Rindu Mengangkasa Bersama Garuda
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan juga Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno, Senin (13/12/2021), mengatakan, pihaknya terus berupaya memulihkan sektor pariwisata yang terimbas pandemi. Pemulihan itu mencakup industri pariwisata (pasokan) itu sendiri dan mendorong pergerakan wisatawan, khususnya wisatawan domestik (sisi permintaan).
”Pemulihan Garuda sebagai maskapai nasional akan berkontribusi besar terhadap dua upaya Kemenparekraf itu. Akan menyelamatkan banyak lapangan kerja juga,” ujarnya.
Selain itu, Sandiaga berpendapat, pemulihan internal Garuda juga akan berdampak positif terhadap pemenuhan layanan permintaan kargo yang trennya tengah meningkat. Berbagai upaya restrukturisasi telah dilakukan manajemen Garuda dan Kementerian BUMN sehingga diharapkan langkah itu bisa membangkitkan kembali Garuda sebagai maskapai nasional.
Jika Garuda berhenti beroperasi, dampaknya bagi semua sektor perekonomian Indonesia, termasuk pariwisata, akan sangat luas. Kemenparekraf mendukung berbagai upaya penyelamatan yang salah satunya melalui Garuda Indonesia Travel Fair 2021.
”Kita harus pastikan agar perusahaan dapat mengupayakan pelaksanaan good corporate governance atau tata kelola yang baik, disertai profesionalisme, agar bisa ikut memulihkan industri penerbangan dan menopang pariwisata Tanah Air,” ujarnya.
Jika Garuda berhenti beroperasi, dampaknya bagi semua sektor perekonomian Indonesia, termasuk pariwisata, akan sangat luas.
Baca juga : Akhir Tahun, Pariwisata Terus Dipacu
Sementara itu, Vice President of Marketing Transport and Financial Services Traveloka Andhini Putri mengatakan, Garuda Group merupakan salah satu mitra strategis Traveloka dan selama ini kemitraan jangka panjang keduanya berlangsung baik. Traveloka dan Garuda Indonesia telah menghadirkan beragam inisiatif yang dapat dinikmati oleh konsumen.
Pada September 2021, Traveloka dan Garuda memperkenalkan program promosi #JamTerbangGaruda. Selain itu, diluncurkan pula Traveloka Garuda Flyers Club yang merupakan program loyalitas pertama Garuda Indonesia dengan booking platform.
”Sebagai lifestyle superapp, kami berharap program-program ini tidak hanya memberikan keuntungan khusus kepada konsumen Traveloka dan Garuda Indonesia, tetapi juga memungkinkan konsumen untuk menikmati perjalanan yang aman dan nyaman di era pandemi,” katanya.
Andhini menjelaskan, bentuk kerja sama seperti itu juga diharapkan dapat turut mendorong pemulihan ekonomi nasional, khususnya di sektor pariwisata. Traveloka juga berharap agar tetap bisa berkolaborasi dengan para mitra, termasuk Garuda Group, guna memenuhi berbagai kebutuhan perjalanan dan gaya hidup konsumen yang sedang berkembang.
Banyak asa dan peluang bagi Garuda untuk diselamatkan dan melanjutkan perjalanan hidupnya. Kendati begitu, bahaya penyebaran Covid-19 masih menghantui, apalagi dengan munculnya virus korona baru varian Omicron. Oleh karena itu, untuk menjaga asa Garuda, penerbangan, dan pariwisata Nusantara, kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan dan pengendalian Covid-19 sangat diperlukan.
Baca juga: