Pengendalian Covid-19 Jadi Kunci Perekonomian di 2022
Keberhasilan mengendalikan pandemi Covid-19 membuat ekonomi merangkak naik. Presiden Joko Widodo dalam acara Kompas100 CEO Forum 2021 menekankan, pengendalian Covid-19 juga jadi kunci perekonomian di 2022.
JAKARTA, KOMPAS — Gotong royong, kerja bersama-sama, dan solidaritas seluruh elemen bangsa yang menjadi kunci dalam pengendalian Covid-19 telah berhasil ditunjukkan Indonesia. Pengendalian Covid-19 dinilai merupakan kunci perekonomian di tahun 2022.
Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo saat memberikan pidato kunci pada acara Kompas100 CEO Forum 2021 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/11/2021). Acara tersebut dihadiri para menteri Kabinet Indonesia Maju, duta besar, para CEO, dan hadirin yang mengikuti kegiatan, baik di Istana Negara, Jakarta Convention Center, maupun secara virtual.
Mengawali pidatonya, Presiden Jokowi menuturkan bahwa dunia sekarang ini berada pada ketidakpastian, posisi keragu-raguan, dan kompleksitas masalah yang tinggi. ”Dan, terus-menerus muncul masalah-masalah yang memang mau tidak mau harus dihadapi,” ujar Presiden Jokowi.
Baca juga : Badai Mereda, Jangan Kabut Menyergap
Permasalahan tersebut, antara lain, berkaitan dengan perubahan iklim yang dikhawatirkan akan memunculkan krisis pangan. Semua negara sekarang ini juga takut karena inflasi yang naik. Orang pun takut dengan tapering off atau kebijakan The Federal Reserve (Bank Sentral AS) yang akan disesuaikan dengan adanya kenaikan inflasi yang sangat tinggi.
”Dan, bingungnya negara-negara sekarang ini yang berkaitan dengan global supply chain, yang ternyata kita ketergantungan hanya pada 1, 2, 3 negara. Dan juga kesulitan kontainer hampir semua negara. Inilah disrupsi yang memang sangat mengacaukan dan kompleksitasnya juga semakin tambah,” ujar Presiden Jokowi.
Yang paling penting, menurut saya, kunci ekonomi di tahun 2022 hanya satu kuncinya: kita bisa mengendalikan yang namanya Covid-19. Kuncinya hanya itu.
Oleh sebab itu, menurut Kepala Negara, semua pihak mesti mengantisipasi, mempersiapkan diri, dan hati-hati, tetapi juga tidak usah terlalu ketakutan. ”(Hal) Yang paling penting, menurut saya, kunci ekonomi di tahun 2022 hanya satu kuncinya: kita bisa mengendalikan yang namanya Covid-19. Kuncinya hanya itu,” ujarnya.
Apabila tidak bisa mengendalikan Covid-19, ekonomi akan turun dan terpuruk lagi. Negara-negara lain mengalami gelombang I, II, III, dan IV. Kondisi seperti inilah yang menurut Presiden Jokowi harus disikapi dengan penuh kehati-hatian. ”Saya selalu sampaikan kepada menteri, kepada daerah, bukanya harus tahapan-tahapan. Tidak usah tergesa-gesa buka semuanya,” ujarnya.
Hal yang mesti dilihat adalah angka positivity rate, BOR (tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit), pengetesan, dan penelusuran di setiap daerah. Perkembangan Covid-19 di Indonesia sekarang ini dinilai patut disyukuri apabila dibandingkan dengan pertengahan Juli 2021 saat kasus harian Covid-19 menembus 56.000 kasus.
Tapi memang kuncinya, menurut saya, adalah gotong royong, kerja bersama-sama, solidaritas antarseluruh elemen bangsa. Kuncinya ada di situ dan itu sudah kita tunjukkan di bulan Juli, Agustus, September.
”Betapa sangat meloncatnya saat itu, hanya dalam waktu 2-3 minggu langsung berada di puncak, 56.000. Rumah sakit pontang-panting. Urusan oksigen, urusan obat. Tapi memang kuncinya, menurut saya, adalah gotong royong, kerja bersama-sama, solidaritas antarseluruh elemen bangsa. Kuncinya ada di situ dan itu sudah kita tunjukkan di bulan Juli, Agustus, September,” kata Presiden Jokowi.
Dan, saat ini, kasus harian sudah berada di angka kurang lebih 500, 400, 300 dalam seminggu ini. ”Ini yang patut kita syukuri. Tapi hati-hati, perkembangan Covid-19 di negara-negara lain coba kita lihat Amerika Serikat. Lihat Inggris. Lihat India. Lihat negara kita Indonesia berada di sebelah mana?,” ujar Presiden.
Baca juga : Presiden Jokowi: Vaksin dan Prokes untuk Akhiri Pandemi Covid-19
Kunci berikutnya dalam pengendalian Covid-19 adalah kecepatan dan percepatan vaksinasi. Saat ini antardaerah berlomba untuk menunjukkan pencapaian level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat. Setiap daerah juga berkompetisi menunjukkan capaian vaksinasi.
”Sampai hari ini, kita sudah suntikkan 219 juta dosis. Jumlah yang tidak sedikit. Artinya, menyuntik 219 juta kali itu bukan hal yang mudah. Bayangkan. Dan, negara kita juga bukan negara dengan geografis yang gampang. (Ada) 17.000 pulau, membawa vaksin pakai sepeda motor, membawa vaksin lewat sungai, naik perahu,” kata Presiden Jokowi.
Terkait pencapaian vaksinasi ini, Presiden meminta agar jangan membayangkan seperti negara-negara lain. Hal ini karena Indonesia terbilang negara paling sulit dalam hal manajemen logistik dan manajemen transportasi. Pada akhir 2021, pemerintah pun mengharapkan pencapaian vaksinasi dimungkinkan berada di angka antara 280 juta dan 290 juta.
Indikator ekonomi
Apabila Indonesia dapat mengendalikan Covid-19, Presiden Jokowi menuturkan, ekonomi diharapkan akan merangkak naik. Dan, indikator mengenai hal tersebut sekarang terlihat. Indeks Keyakinan Konsumen sudah kembali lagi pada posisi sebelum Indonesia terkena Covid-19, yakni di angka 113,4. ”Naik. Dan saya yakin, kalau kondisinya seperti ini terus, itu akan naik terus,” katanya.
Retail and Sales Index juga menguat, bertumbuh 5,2 persen secara tahunan, seiring peningkatan mobilitas. Purchasing Manager’s Index manufaktur juga sudah melampaui kondisi sebelum pandemi. ”Sebelum pandemi, saya ingat 51 (dan) sekarang sudah berada di angka 57,2. Artinya apa? Manufaktur sudah berproduksi. Kenapa berproduksi? Karena konsumen meminta. Ada demand (permintaan) di situ. Ndak mungkin tidak ada demand, dia berproduksi,” kata Presiden Jokowi.
Kenaikan pun terlihat pada kinerja ekspor dan impor. ”Angka ekspor kita naik (secara tahunan) 53 persen bulan ini. Impor juga naik, 51 persen. Impor ini artinya (impor) bahan baku dan bahan penolong. Ini hal-hal positif yang harus kita pertahankan terus. Dengan cara apa? Covid dikendalikan benar,” ujarnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menuturkan beberapa waktu lalu ketika melihat ada lima provinsi yang mengalami kenaikan kasus sedikit saja dirinya meminta agar segera diturunkan. ”Kirimkan tim ke sana. Karena kita takut betul. Naik sedikit, kalau tidak kita kejar (dan) kita lakukan sesuatu di provinsi itu, (bisa) naik, naik, naik, (dan) tahu-tahu kayak bulan Juli lalu hanya dalam waktu 2-3 minggu tidak terkendali langsung meloncat ke 56.000 (kasus harian),” kata Presiden Jokowi.
Fondasi infrastruktur
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menuturkan, infrastruktur di Tanah Air satu demi satu mulai selesai. Jalan tol dalam enam tahun ini telah selesai 1.640 kilometer (km), sedangkan jalan selain tol sudah 4.600 km. Sebanyak 15 bandar udara baru sudah dibangun. Ada pula ekspansi dan perbaikan di 38 bandara lama.
”Kita telah bangun 124 pelabuhan baru. Bendungan juga telah kita bangun dalam rangka ketahanan pangan kita, 22 bendungan sampai sekarang dan sampai 2024 perkiraan kita mungkin 65 bendungan bisa kita selesaikan. Inilah saya kira sebuah fondasi dalam jangka menengah dan panjang yang penting dalam rangka kita menapak pada kemajuan negara kita, Indonesia,” ujar Presiden Jokowi.
Baca juga : Membangun Peradaban di Jalan Bebas Hambatan dari Soekarno, Soeharto, ke Joko Widodo
Kepala Negara juga sudah menyampaikan kepada pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota agar jalan-jalan yang sudah dibangun, semisal jalan tol, segera dihubungkan dengan kawasan-kawasan pertanian, kawasan pariwisata, kawasan perkebunan, dan kawasan industri. Upaya tersebut merupakan tugas pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota.
Hilirisasi dan integrasi
Presiden Jokowi menuturkan bahwa pemerintah pun akan meneruskan kebijakan hilirisasi. ”Kalau sudah kita stop (ekspor) nikel, nikel stop. Meskipun kita dibawa ke WTO oleh EU (Uni Eropa). Ya, silakan, enggak apa-apa, ini nikel kita kok. (Nikel) dari bumi negara kita kok. Silakan,” katanya.
Pada pertemuan G-20 beberapa waktu lalu, banyak negara yang menyampaikan persoalan nikel ini kepada Presiden Jokowi. ”Saya sampaikan kita ingin membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya di Indonesia. Kalau saya buka nikel dan kita kirim raw material dari Indonesia ke Eropa, ke negara-negara lain, yang membuka lapangan kerja mereka dong? Kita enggak dapat apa-apa,” katanya.
Baca juga : Hutan Mangrove, KTT G-20, dan Komitmen Ekonomi Hijau
Meskipun demikian, Presiden Jokowi menuturkan, Indonesia membuka diri untuk kerja sama. ”Kalau mau kerja sama, ayo. Kerja sama setengah jadi di Indonesia, enggak apa-apa, nanti setengah jadi dikirim ke negaramu, jadikan barang jadi. Enggak apa-apa kok, kita terbuka. Tapi, bikin di sini, investasi di sini,” ujarnya.
Indonesia tidak menutup diri. ”Kita terbuka. Tapi kalau kita (di)suruh kirim bahan mentah terus, ndak, ndak, ndak, ndak, ndak. Stop. Jangan berpikir Indonesia akan kirim bahan mentah. Nikel, pertama, sudah stop. Tahun depan mungkin bisa stop bauksit. Kalau smelter kita siap, stop bauksit, sehingga kita bisa membuka lapangan kerja, hilirisasi, industrialisasi, di negara kita. Bauksit sudah, tahun depannya lagi stop tembaga. Karena smelter kita di Gresik sudah hampir selesai,” ujarnya.
Menurut Presiden Jokowi, hal ini dilakukan karena Indonesia menginginkan nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Dan negara-negara lain saat ini mulai memahami hal tersebut. ”Mereka mau tidak mau harus invest di Indonesia atau ber-partner dengan kita. Pilihannya hanya itu saja. Silakan, mau invest sendiri bisa. Mau dengan swasta, silakan. Mau dengan BUMN, silakan. Kita terbuka, tapi jangan kamu tarik-tarik kita ke WTO gara-gara kita stop kirim raw material,” ujarnya.
Baca juga : Spirit Hilirisasi Industri dan Resiliensi di Tengah Pandemi
Selain hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah, Presiden Jokowi menuturkan hal lebih penting lagi adalah upaya mengintegrasikan upaya tersebut. ”Nikel terintegrasi tembaga, terintegrasi dengan timah, terintegrasi dengan bauksit, semuanya. Kalau terintegrasi nanti, barang jadinya akan betul-betul dari kita semua bahannya. Mau mobil listrik, electrik vehicle, EV, semuanya dari kita. Dan, barang-barang yang lainnya. Rare earth itu untuk semikonduktor, semuanya dari sini. Mau tidak mau, orang akan datang,” katanya.
Presiden Jokowi pun mencontohkan baja tahan karat yang dibuat menjadi jarum suntik. Permintaan dunia terhadap jarum suntik mencapai 10 miliar jarum suntik. ”Kita ini impor banyak sekali, enggak tahu berapa juta jarum suntik. Sebentar lagi kita bisa membikin barang ini karena memang barang itu kita stop, mau tidak mau orang harus bikin di sini. Dan, sudah, sebentar lagi kita sudah bisa mengekspor jarum suntik,” ujarnya.
Kepala Negara menuturkan, semua itu mengandung arti bahwa kita harus optimistis bahwa dengan menghentikan ekspor bahan mentah, Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang lebih, termasuk terbukanya lapangan kerja sebanyak-banyaknya.
Ekonomi hijau dan ekonomi digital
Indonesia pun akan mengarah pada ekonomi hijau karena memiliki kekuatan besar dalam hal ini. Strategi harus mulai ditata. ”Karena 2030 nanti Eropa dan Amerika mungkin sudah mulai stop, enggak mau terima lagi barang-barang yang berasal dari energi fosil. Undang-undang akan mereka siapkan (untuk) itu. Di G-20 omongan kita juga hanya itu-itu saja udah. Orang larinya ke sini semuanya, ke green economy, dan kita sadar mempunyai kekuatan besar di ekonomi hijau ini,” kata Presiden Jokowi.
Oleh sebab itu, bulan depan akan dimulai pembangunan Green Industrial Park di Kalimantan Utara yang energinya dari energi hijau, yakni dari Sungai Kayan. Sungai Kayan nantinya dapat memproduksi 11.000-13.000 megawatt. ”Indonesia ini memiliki 4.400 lebih sungai besar dan sungai sedang. Kita bicara baru satu sungai, Sungai Kayan. Sungai Mamberamo itu bisa kira-kira 24.000 megawatt. Ini baru dua sungai. Kalau 4.400 sungai ini dilarikan ke hydro power, kita bisa bayangkan,” kata Presiden Jokowi.
Hal ini belum lagi ketika membicarakan energi hijau lainnya, yakni dari geotermal. ”Kita memiliki 29.000 megawatt kalau ini dikerjakan. Belum kita urusan angin, bayu. Urusan arus bawah laut, gede banget, belum bisa ngitung yang ini. Inilah kekuatan yang harus kita sadari dan segera kita manfaatkan untuk ke depan, anak-cucu kita. Kekuatan ini yang ingin kita siapkan,” papar Kepala Negara.
Berkaitan dengan ekonomi digital, Presiden Jokowi menuturkan, Indonesia memiliki kekuatan dan pasar besar. Sekarang ini Indonesia memiliki 2.229 start up. ”Potensi ekonomi digital kita, sampai 2025, kurang lebih 124 miliar dollar AS. Gede banget. Oleh sebab itu, (ekonomi digital) ini juga harus disiapkan dan saya sudah memberikan target 2 tahun. Kalau lepas dua tahun, udah, kita kedahuluan oleh negara lain,” ujarnya.
Baca juga : Investasi Ekonomi Digital Tumbuh Pesat, E-dagang Ditopang "Enabler"
Menurut Presiden, dalam hal ini memang dibutuhkan kerja besar dan infrastruktur digital hingga infrastruktur hilirnya. Indonesia harus memiliki peta jalan ekonomi digital. ”Bagaimana menyiapkan infrastruktur digitalnya, bagaimana menyiapkan pemerintahan yang digital. Bagaimana, setelah itu, menyiapkan ekonomi digitalnya. Kemudian masyarakat digital itu seperti apa sehingga muncul sebuah ekosistem besar, digital economy,” kata Presiden Jokowi.
Demikian pula menyangkut regulasi. ”Regulasi-regulasi kita yang terlambat terus. Fintech-nya sudah lari, regulasinya belum ada. Ini kerja-kerja dengan kecepatan ini yang kita perlukan. Kemudian yang paling penting adalah SDM (sumber daya manusia). Ini kebutuhan besar untuk membangun ekonomi digital, SDM tingkat dasar, SDM tingkat menengah, urusan IoT, cloud computing, big data. Kita memerlukan sebuah digital leadership academy yang menyiapkan betul-betul. Sehingga, saya sampaikan, udah-lah kerja sama. Segera cari partner, kerja sama,” kata Presiden Jokowi.
CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama menuturkan, kegiatan Kompas100 CEO Forum yang diadakan reguler setiap tahun merupakan ikhtiar untuk ikut berkontribusi memajukan negeri. ”Pandemi Covid-19 hingga saat ini masih mengancam dunia, termasuk Indonesia. Kami sangat mengapresiasi langkah Bapak Presiden dalam menggerakkan segenap jajaran, baik di pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI dan Polri, serta seluruh elemen bangsa mulai dari dunia usaha, organisasi keagamaan, lembaga pendidikan, hingga organisasi kemasyarakatan dalam menangani pandemi Covid-19,” katanya.
Lilik menuturkan, penurunan kasus Covid-19 yang signifikan serta kebersamaan segenap elemen bangsa yang telah terjalin saat ini diyakini dapat terus dipertahankan dan menjadi pijakan kuat untuk berlari mempercepat laju perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Atas pertimbangan itu, apabila di acara Kompas100 CEO Forum tahun lalu mengangkat tema ”Bangkit di Era Pandemi”, tema tahun ini adalah ”Ekonomi Sehat 2022”.
Kompas100 CEO Forum ke-12 ini terdiri dari rangkaian kegiatan panjang yang melibatkan secara aktif sekitar 50 CEO serta narasumber dari para menteri Kabinet Indonesia Maju. Rangkaian kegiatan diawali dengan webinar CEO Live Series yang dimulai tanggal 10, 11, 15, dan 16 November 2021.
”Pada 12 November 2021, kami juga mengadakan kegiatan CEO on Stage, yaitu CEO berbagi pengalaman ke mahasiswa di kampus-kampus. Redaksi harian Kompas juga membuat liputan khusus yang membedah ekonomi sehat 2022 yang laporannya diturunkan hari ini. Serta Litbang Kompas melakukan survei khusus yang laporan lengkapnya akan dibagikan kepada para CEO,” kata Lilik.
Lilik menuturkan, kegiatan pada Kamis siang merupakan puncak acara Kompas100 CEO Forum ke-12. Acara Kompas100 CEO Forum ini diharapkan bermanfaat bagi negeri. Lilik pun sempat membacakan pantun saat memohon Presiden Jokowi untuk memberikan arahan di acara tersebut. ”Burung elang terbang tinggi. Hinggap sebentar di pohon jati. Presiden Jokowi yang kami hormati. Mohon arahan jalani 2022 nanti,” kata Lilik.