Penetrasi Produk Teknologi Menjadi Tantangan Besar bagi UMKM
Penetrasi produk teknologi di tengah situasi pandemi Covid-19 menjadi tantangan besar bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah. Sebagian besar dari pelaku usaha tersebut belum akrab dengan platform digital.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penetrasi produk teknologi di tengah situasi pandemi Covid-19 menjadi tantangan besar bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Sebagian besar toko tradisional belum sepenuhnya akrab dengan platform digital. Padahal, UMKM lokal berkontribusi 61 persen dari pendapatan domestik bruto nasional.
Berbagai lokapasar menggelar diskusi maupun pelatihan bagi UMKM bertepatan dengan Hari UMKM Nasional, Kamis (12/8/2021), secara virtual di Jakarta. Selama pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari satu tahun, UMKM Go Digital menjadi salah satu yang diperkirakan akan mendongkrak penjualan UMKM.
Head of New Retail Tokopedia Karina Susilo mengatakan, tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana melakukan penetrasi pasar. Menurut dia, banyak pelaku UMKM yang belum mengetahui kegunaan telepon seluler dalam memperkenalkan produknya.
Karena itu, kata Karina, mitra Tokopedia mengakselerasi adopsi platform digital bagi para pegiat usaha tradisional, mulai dari pemilik warung, toko kelontong, dan usaha sejenisnya. Tujuannya agar mereka dapat beradaptasi untuk berkontribusi pada pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini terdampak pandemi.
Menurut Karina, keuntungan menggunakan Mitra Tokopedia, antara lain harga terjangkau dan cakupan luas, ada fitur grosir, fitur penjualan produk digital, hingga fitur catat hutang. Untuk fitur grosir pada mitra Tokopedia telah meningkat 50 kali lipat dalam kurun waktu kurang dari 3 tahun. Sementara itu, produk digital yang terlaris adalah pulsa, paket data, token listrik, PDAM, BPJS, dan voucher gim.
Mitra Tokopedia mengakselerasi adopsi platform digital bagi para pegiat usaha tradisional, mulai dari pemilik warung, toko kelontong, dan usaha sejenisnya.
Erni, pemilik Toko Aura di Palembang, Sumatera Selatan, mengatakan, pundi-pundi keuangannya pun sempat bertambah drastis dengan menjual berbagai produk digital daripada produk kebutuhan rumah tangga. Memang, selain warga kontrakan, para mahasiswa yang menjadi konsumen utamanya saat ini sudah meninggalkan kos-kosan untuk belajar dari rumah.
“Akibatnya, penjualannya juga ikut terdampak. Namun, tetap saja ada konsumen yang membutuhkan, terutama pada malam hari, seperti token listrik. Kita putar otak dan harus kreatif untuk menawarkan produk,” ujar Erni.
Patria Ismalinda, pemilik warung Mitra Digital di Papua, mengungkapkan, produk teknologi sesungguhnya jauh lebih menguntungkan. Tidak perlu keluar rumah, berbagai produk digital bisa dengan mudah diperoleh untuk diperdagangkan kembali. Apalagi, saat ini banyak toko penyedia produk digital yang menyesuaikan kebutuhan konsumen.
Pelatihan
Secara terpisah, Gojek lebih memilih untuk mengedukasi usaha mikro dengan menggelar program pelatihan dan onboarding usaha mikro. Gagasan pelatihan diinisiasi melalui perjanjian kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM.
Senior Vice President Public Policy and Government Gojek, Anita Sukarman, mengatakan, program pelatihan itu berupa Akademi Mitra Usaha (Kamus). Ditargetkan sebanyak 5.000 usaha mikro dapat mengikuti pelatihan go digital ini.
Kontribusi UMKM terhadap PDB nasional tercatat sebesar 61,07 persen pada tahun 2020. Targetnya, tahun ini kontribusi UMKM mencapai 62,4 persen.
Bayu Ramadhan, Group Head of Merchant Marketing Gojek, menjelaskan, seperti data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM mencapai 99,9 persen atau 64,2 juta unit dari total jumlah pelaku usaha di Indonesia. Sementara usaha besar hanya sekitar 0,01 persen atau 5.400 unit. Kontribusi UMKM terhadap PDB nasional tercatat sebesar 61,07 persen pada tahun 2020. Targetnya, tahun ini kontribusi UMKM mencapai 62,4 persen.
Apabila manajemen UMKM dibenahi dengan baik, UMKM diproyeksikan dapat menyerap lebih 97 persen tenaga kerja yang berujung menyejahterakan masyarakat. Sejak awal didirikan, misi mendukung UMKM merupakan DNA dari Gojek melalui inovasi teknologi maupun nonteknologi secara konsisten.
Menurut Bayu, salah satu sektor UMKM terdampak paling besar selama pandemi adalah sektor kuliner. Berdasar data pemerintah, hampir 36 persen UMKM sektor kuliner terdampak serius. Ditambah lagi, sektor ini terbentur kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat dan PPKM berlevel di berbagai kota. Pendapatan UMKM pun tergerus.
“Agar UMKM dapat bertahan, digitalisasi adalah kunci penting supaya transaksi antara konsumen dan UMKM dapat terus terjadi di tengah PPKM maupun pandemi yang berkepanjangan. Namun, ternyata baru 19 persen UMKM yang bergabung di ekosistem digital atau literasi digital,” ucap Bayu.
Gojek meyakini, UMKM perlu didorong untuk mengadopsi teknologi digital UMKM agar bisa terus bangkit dari situasi keterpurukan saat ini. Inovasi tidak hanya bersifat teknologi, tetapi juga nonteknologi melalui pelatihan dan pendampingan sehingga pelaku UMKM bisa memaksimalkan berbagai inovasi teknologi.
Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi dan UKM Eddy Satriya menambahkan, tahun 2021 adalah tahun dengan krisis yang benar-benar luar biasa, terutama akibat berbagai pembatasan kegiatan masyarakat. Bagi UMKM, kondisi ini kian menambah beban. Banyak dari usaha mereka yang sebelumnya lancar, perlahan macet lantaran tiada pemesanan dan pembelian.
Di sisi lain, kata Eddy, beberapa ceruk pasar dan jenis produk bisa bertahan, terutama yang terkait kesehatan. Ini menjadi lahan baru pengembangan ekonomi. Anggaran sekitar Rp 700 triliunan dikucurkan untuk pemberdayaan UMKM melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional 2021. Dari anggaran itu, sekitar Rp 120 triliun digelontorkan untuk membantu UMKM dalam bentuk subsidi bunga, penjaminan, restrukturisasi, penempatan dana perbankan, serta PPh final yang ditanggung pemerintah, termasuk Bantuan Presiden Usaha Mikro.