Upaya pemerintah mendorong perikanan budidaya perlu ditopang ketersediaan sarana pendukung, termasuk pakan. Pakan mandiri didorong sebagai solusi yang terjangkau. Namun, ada hambatannya, antara lain soal bahan baku.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan pakan mandiri kian meningkat sebagai alternatif pengganti pakan ikan pabrikan yang harganya cenderung naik. Namun, kendala masih menghadang pengembangan pakan mandiri, antara lain soal kontinuitas bahan baku lokal.
Selama ini, pakan merupakan komponen terbesar biaya produksi perikanan budidaya, yakni berkisar 50-70 persen. Namun, pembudidaya masih cenderung memilih pakan pabrikan yang lebih mudah didapat dan nutrisinya dinilai lebih lengkap. Sementara itu, harga pakan pabrikan sulit ditekan karena mengandalkan bahan baku impor.
Pemerintah tengah mendorong perikanan budidaya, antara lain dengan rencana membangun kampung-kampung perikanan budidaya berbasis teknologi. Kebutuhan pakan menjadi salah satu unsur utama dalam upaya pengembangan kampung perikanan yang berbasis komoditas perikanan unggulan lokal.
Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia Imza Hermawan menyatakan, produksi patin nasional terhambat akibat dampak pandemi Covid-19. Penurunan permintaan berdampak pada penurunan kapasitas produksi hulu-hilir.
Pada 2020, produksi patin filet merosot hingga 50 persen seiring penurunan permintaan pasar di tengah pandemi Covid-19. Permintaan pasar filet hanya berkisar 500-600 ton per bulan, anjlok dibandingkan kondisi normal di kisaran 1.200-1.300 ton per bulan. Sebaliknya, pasar patin hidup (utuh) cenderung stabil. Sementara itu, pasokan benih juga sempat terhambat logistik. Adapun harga jual patin melemah, yakni rata-rata Rp 13.500 per kg. Kapasitas industri olahan patin menurun.
Meski produksi patin masih tertekan, tetapi harga pakan pabrikan mulai menunjukkan tren meningkat. Di tingkat pembudidaya, harga pakan saat ini naik berkisar Rp 300-Rp 1.000 per kg, bergantung pada kadar protein pakan.
”Pakan mandiri seharusnya bisa jadi alternatif substitusi sewaktu harga pakan (pabrikan) naik. Namun, kendala pakan mandiri adalah ketersediaan bahan baku yang relatif belum stabil,” kata Imza, Sabtu (24/4/2021).
Menurut Imza, banyak pembudidaya yang berniat untuk membuat pakan mandiri dengan bahan baku lokal. Persoalannya, pasokan bahan baku tidak menentu dan sering kali berbenturan dengan kebutuhan industri. Dia mencontohkan, bahan baku maggot yang diharapkan menjadi substitusi tepung ikan kini banyak dipasok untuk pasar ekspor.
”Masalah ketersediaan bahan baku pakan ikan mandiri yang kontinu perlu dikaji bersama karena saat ini cenderung terjadi perebutan bahan baku,” katanya.
Pada 2021, kondisi pasar patin diprediksi membaik seiring meningkatnya permintaan konsumen, pasar, serta hotel, restoran dan kafe (horeka). Harga jual patin juga membaik, yakni sekitar Rp 15.000-Rp 16.000 per kilogram (kg). Peningkatan pasar diharapkan turut mendorong peningkatan produksi patin yang ditunjang dengan pemenuhan pakan yang lebih terjangkau.
Ketua Umum Asosiasi Pakan Mandiri Nasional Syafruddin Darmawan mengemukakan, pandemi Covid-19 turut memukul sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kelautan dan perikanan, terutama pada subsektor perikanan budidaya nasional. Upaya untuk menjaga keberlangsungan UMKM perikanan budidaya adalah dengan mendorong para pembudidaya skala kecil menggunakan pakan ikan mandiri yang berkualitas dengan harga terjangkau.
Bahan baku alternatif yang bisa dijadikan pakan ikan mandiri diupayakan mudah didapat pada lingkungan sekitar dengan harga lebih murah. Dia mencontohkan, bungkil sawit yang bisa dipergunakan hingga 20 persen dalam formula pakan ikan, indigovera, serta biji karet sebagai subsitusi pengganti bungkil kedelai yang selama ini diimpor.
”Tahun ini, kami fokus melaksanakan sertifikasi cara pembuatan pakan ikan yang baik. Pakan mandiri diharapkan mendorong pembudidaya terus melaksanakan usaha dan siklus produksi tidak terganggu,” kata Syafruddin, dalam keterangan tertulis.
Program Gerakan Pakan Mandiri dicanangkan Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015, yakni pakan yang mengandalkan bahan baku lokal. Penggunaan pakan mandiri diperkirakan mampu menekan biaya produksi budidaya sampai 30 persen. Harga pakan mandiri lebih murah berkisar Rp 1.000-Rp 3.000 per kg dibandingkan dengan pakan pabrikan.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengemukakan, kegiatan budidaya dan kampung-kampung budidaya diyakininya akan memberi dampak pada peningkatan putaran ekonomi masyarakat. Pendapatan masyarakat meningkat, terciptanya lapangan kerja, peningkatan pendapatan daerah, serta peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor kelautan dan perikanan.