Dengan kontribusi 45-50 persen dalam struktur harga pakan unggas, kenaikan harga jagung dinilai berdampak signifikan terhadap harga daging ayam yang naik belakangan ini. Harga ayam melambung karena kenaikan harga jagung.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga daging ayam di tingkat konsumen melambung di atas harga acuan. Kenaikan harga jagung pakan berkontribusi signifikan terhadap struktur ongkos produksi dan harga daging ayam.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, rata-rata nasional harga daging ayam di pasar tradisional pada Selasa (20/4/2021) adalah Rp 37.150 per kilogram (kg). Padahal, per 1 April 2021, harga rata-rata nasional di pasar tradisional masih Rp 34.750 per kg.
Sementara itu, harga acuan yang ditetapkan pemerintah, menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen, adalah Rp 35.000 per kg di konsumen.
”Harga daging ayam ada yang menyentuh Rp 44.000 per kg. Berdasarkan strukturnya, komponen pakan memiliki kontribusi besar. Di struktur harga pakan, jagung memiliki andil 45-50 persen. Dengan demikian, begitu besar kontribusi jagung terhadap (pembentukan harga) produk akhir, terutama daging ayam di pasar,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Syailendra, dalam diskusi daring yang digelar diadakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka), Selasa.
Menanggapi laporan itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Desianto Budi Utomo mengatakan, volume jagung yang diserap saat ini lebih rendah dibandingkan volume yang diolah. Salah satu kendalanya ialah harga jagung yang tergolong tinggi sejak panen yang berkisar Rp 5.000 per kg dan kini sekitar Rp 6.000 per kg.
Ketua GPMT Timbul Sihombing menyebutkan,harga pakan ternak saat ini berkisar Rp 7.200-Rp 7.300 per kg. Dia mengharapkan adanya keterbukaan data jagung sehingga pelaku usaha dapat mengambil langkah yang tepat saat pengambilan keputusan.
Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Ali Usman menyebutkan, berdasarkan data yang dia himpun, harga jagung di tingkat konsumen berkisar Rp 5.400-Rp 5.700 per kg, sedangkan di petani selisih Rp 100-Rp 200 per kg lebih rendah. Kadar airnya 16-17 persen. Padahal, peraturan yang sama menyatakan, harga acuan jagung dengan kadar air 15 persen di tingkat petani ditetapkan Rp 3.150 per kg dan Rp 4.500 per kg di tingkat pembeli.
Data Kementerian Pertanian menyebutkan, sepanjang Januari-Mei 2021, produksi jagung pipil kering dengan kadar air 15 persen sebanyak 11,73 juta ton. Adapun kebutuhan industri pakan dan peternak mandiri sebesar 5,56 juta ton pada periode tersebut. Namun, secara bulanan ada potensi defisit, yakni 265.349 ton pada April dan 2.896 ton pada bulan Mei 2021.
Meskipun demikian, Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Makmun menyatakan, secara tahunan produksi jagung dalam negeri mencukupi kebutuhan jagung untuk pakan dan surplus.
Di sisi lain, Technical Consultant US Grains Council Budi Tangendjaja menyebutkan, Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memproyeksikan produksi jagung Indonesia berkisar 12 juta ton sepanjang 2021. ”Ada anomali yang perlu direkonsiliasi sehingga membutuhkan sinkronisasi data untuk perencanaan,” ujarnya.
Menurut Syailendra, harga jagung di pasar global saat ini berkisar 222,1 dollar AS per ton atau Rp 4.793 per kg (landed price), naik tinggi dibandingkan posisi Januari 2021 yang 202,5 dollar AS per ton atau Rp 4.326 per kg. Salah satu penyebabnya ialah perkiraan keterlambatan tanam jagung di AS akibat musim dingin berkepanjangan.
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bustanul Arifin menyoroti harga sejumlah komoditas pangan di tingkat dunia yang tengah merangkak naik, termasuk jagung. Menurut dia, tren tersebut menjadi gejala krisis pangan yang dikhawatirkan terjadi pada 2020.