Konsumsi Bakal Tumbuh, Tetap Waspadai Geliat Rekreasi
Mobilitas masyarakat akhir-akhir ini naik signifikan hingga 80 persen, tetapi rata-rata konsumsi masyarakat hanya naik 10-20 persen.
Oleh
Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tingkat konsumsi masyarakat, sebagai kontributor terbesar produk domestik bruto, mulai membaik pada Maret 2021 dan diperkirakan terus menguat pada triwulan II-2021. Namun, di balik itu, geliat pergerakan masyarakat dan aktivitas rekreasi menjelang Lebaran perlu diwaspadai agar tidak mengganggu upaya pengendalian Covid-19.
Pada Maret 2021, berbagai indikator utama menunjukkan perbaikan kondisi ekonomi, khususnya terkait dengan tingkat konsumsi masyarakat. Bank Indonesia mencatat, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat dari level 84 pada Januari 2021 menjadi 85,8 pada Februari 2021 dan 93,4 pada Maret 2021.
Indeks Penjualan Ritel (RSI) pada Maret 2021 juga mulai memasuki zona hijau, yaitu pada level 182,3. Pada Januari dan Februari 2021, RSI berada di zona merah, masing-masing pada level 182 dan 177,1.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Kamis (22/4/2021), mengatakan, aktivitas konsumsi masyarakat yang meningkat pada Maret itu terutama di bidang makanan dan minuman, transportasi, bahkan pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Namun, ada pula peningkatan kegiatan rekreasi.
Peningkatan itu sejalan juga dengan Indeks Mobilitas yang dicatat Google yang menunjukkan peningkatan signifikan sejak Maret 2021, hingga melampaui level akhir pada 2020. Pada triwulan II-2020, rata-rata indeks mobilitas masyarakat berada pada titik terendah, yakni minus 24,5. Sementara, pada triwulan I-2021, rata-rata indeks pergerakan masyarakat meningkat ke level minus 16,3.
Menurut Sri Mulyani, angka itu bahkan sudah mulai mendekati level mobilitas masyarakat sebelum Covid-19. Oleh karena itu, meski aktivitas konsumsi masyarakat perlu dijaga untuk mempercepat pemulihan ekonomi, hal itu perlu diwaspadai.
”Untuk rekreasi, ini akan sangat bergantung pada kita semua dalam menjaga agar kasus Covid-19 tidak melonjak saat aktivitas konsumsi di bidang rekreasi terjadi,” katanya dalam telekonferensi pers ”APBN Kita” di Jakarta.
Untuk rekreasi, ini akan sangat bergantung pada kita semua dalam menjaga agar kasus Covid-19 tidak melonjak saat aktivitas konsumsi di bidang rekreasi terjadi.
Selain pada IKK dan RSI, pola pergeseran menuju zona hijau per Maret 2021 juga tampak pada indikator penjualan mobil, listrik, mobilitas masyarakat, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) Manufaktur, konsumsi semen, dan ekspor-impor.
”Semua leading indicator (indikator utama) pada Maret ini menunjukkan perbaikan, semua ada di zona hijau. Ini menggambarkan bahwa kegiatan mulai berangsur positif atau normal,” kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani memperkirakan, konsumsi akan terus menguat, didorong oleh keyakinan dan aktivitas masyarakat yang mulai pulih. Meskipun ada larangan mudik pada hari raya Lebaran kali ini, aktivitas konsumsi diperkirakan tetap akan meningkat. Peningkatan itu juga ditopang oleh dampak stimulus ekonomi yang digelontorkan pemerintah lewat APBN.
”Berbagai faktor ini berjalan bersama untuk mendorong akselerasi konsumsi pada triwulan II-2021. Lagi pula, ada faktor teknis (technical rebound)mengingat pada triwulan II-2020 pertumbuhan ekonomi terkontraksi paling dalam di atas 5 persen,” ujarnya.
Peningkatan konsumsi juga ditandai dengan geliat belanja masyarakat kelas menengah-atas yang tampak lewat indikator pembelian kendaraan bermotor (mobil) pada Maret 2021 yang meningkat 10,5 persen secara tahunan atau tumbuh 72,6 persen secara bulanan dibandingkan Februari 2021. Faktor pendukungnya adalah insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah (DTP) pada kendaraan bermotor yang dimulai pada Maret 2021.
”Indikator itu menunjukkan peningkatan pada konsumsi kelas menengah-atas yang selama ini tertahan pandemi. Sentimen ini diharapkan terus mendorong konsumsi, terutama kelompok rumah tangga menengah-atas, yang selama ini tertahan akibat kondisi Covid-19,” tuturnya.
Secara terpisah, Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito mengingatkan, kasus Covid-19 global meningkat secara signifikan. Beberapa negara bahkan semakin kewalahan menangani Covid-19 dalam dua bulan terakhir, seperti India yang kasusnya melonjak sangat tajam, setelah sempat melandai untuk beberapa waktu.
Tren ini patut diwaspadai juga oleh Indonesia meskipun saat ini kenaikan kasus harian Covid-19 relatif landai pada level 4.000 kasus sampai 5.000 kasus. Sebab, tidak menutup kemungkinan, Indonesia bisa juga mengalami lonjakan kasus yang signifikan seperti di India dan Brasil.
Berkaca pada pengalaman lalu, periode libur panjang terbukti berdampak pada peningkatan signifikan kasus Covid-19. Pada libur hari raya Idul Fitri tahun lalu, kenaikan kasus berkisar 68-93 persen.
”Ini harus menjadi refleksi pembelajaran untuk kita, jangan sampai terulang lagi di tahun ini. Sebab, kalau tidak disiplin, kita juga bisa mengalami lonjakan kasus yang berpotensi berujung fatal,” kata Wiku.
Berkaca pada pengalaman lalu, periode libur panjang terbukti berdampak pada peningkatan signifikan kasus Covid-19. Pada libur hari raya Idul Fitri tahun lalu, kenaikan kasus berkisar antara 68-93 persen.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, peningkatan konsumsi masyarakat pada Maret 2021 sebenarnya tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan meningkatnya laju pergerakan masyarakat. Konsumsi juga relatif meningkat karena terbantu faktor teknis anjloknya konsumsi masyarakat pada triwulan I-2020 di awal-awal kemunculan pandemi.
”Jika dilihat, mobilitas masyarakat akhir-akhir ini naik signifikan hingga 80 persen, tetapi rata-rata konsumsi masyarakat hanya naik 10-20 persen. Secara spesifik memang ada peningkatan konsumsi di pembelian mobil, tetapi itu bukan permintaan riil. Artinya, perbaikan terjadi karena didorong diskon pajak dan itu tidak akan kontinu. Ini hanya peningkatan jangka pendek,” katanya.
Mobilitas masyarakat akhir-akhir ini naik signifikan hingga 80 persen, tetapi rata-rata konsumsi masyarakat hanya naik 10-20 persen.
Sebaliknya, peningkatan mobilitas masyarakat yang signifikan pada beberapa bulan terakhir justru bisa menekan perekonomian di jangka panjang. Mobilitas meningkat, tetapi konsumsinya tidak terlalu tinggi, sementara potensi kasus Covid-19 justru bisa meningkat lebih tajam.
”Kalau tidak diwaspadai dan dikontrol, lonjakan kasus yang tiba-tiba justru secara jangka panjang akan semakin menekan ekonomi,” ujarnya.