Stok Daging Sapi di Jabodetabek dan Bandung Raya Rawan
Kemendag memperkirakan stok daging sapi di kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya pada Mei 2021 akan defisit 9.424 ton. Sapi lokal dari daerah lain dan sapi impor menjadi andalan menutup defisit kebutuhan daging itu.
Oleh
Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berupaya memenuhi pasokan daging sapi dan kerbau menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. Kelangkaan stok dan lonjakan harga daging diperkirakan rawan di kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya. Distribusi daging sapi/kerbau lokal ataupun impor harus dipercepat untuk menjaga stabilitas harga.
Berdasarkan data Neraca Ketersediaan Daging Sapi 2021 oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag), proyeksi kebutuhan daging sapi/kerbau selama tiga bulan ke depan akan terus meningkat. Kebutuhan nasional pada Maret diproyeksikan 52.156 ton, meningkat menjadi 59.979 ton pada April, dan bertambah menjadi 76.769 ton pada Mei.
Stok daging sapi atau kerbau diperkirakan mengalami defisit pada Mei 2021 di kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya, yang kebutuhan daging sapinya terhitung paling tinggi. Data Kemendag mencatat, kebutuhan di kawasan itu pada Maret-Mei 2021 mencapai 53.707 ton dari total 188.904 ton kebutuhan daging sapi/kerbau nasional pada periode tersebut.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Syailendra, Senin (29/3/2021), mengatakan, distribusi dan mobilisasi daging sapi/kerbau lokal ataupun impor harus dikonsentrasikan di Jabodetabek dan Bandung Raya untuk mencegah terjadinya kelangkaan pasokan dan lonjakan harga.
Kemendag memperkirakan, stok daging sapi di kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya pada Mei 2021 akan defisit 9.424 ton. Larangan mudik Lebaran tahun ini ikut membuat konsumsi daging sapi terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya.
”Yang ramai hanya kita-kita di sini. Daerah masih aman saja sejauh ini. Saya melihat sendiri di daerah sapi sangat banyak dan harganya masih murah-murah,” ujarnya dalam diskusi daring yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Jakarta.
Kemendag memperkirakan stok daging sapi di kawasan Jabodetabek dan Bandung Raya pada Mei 2021 akan defisit 9.424 ton. Larangan mudik Lebaran tahun ini ikut membuat konsumsi daging sapi terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya.
Menurut Syailendra, untuk menjaga stabilitas harga daging sapi itu, pasokan sapi dari daerah harus segera dimobilisasi dan disalurkan ke Jabodetabek dan Bandung Raya. PT Berdikari (Persero) sebagai badan usaha milik negara pun diharapkan bertindak lebih aktif dan sigap sebagai pembeli siaga (offtaker) dan memobilisasi pasokan itu ke wilayah defisit.
“Untuk menjaga neraca stabil dan psikologis pasar terjaga, kita harus menyiapkan sapi potong yang siap dimobilisasi dari lokal pada Maret ini. Sebab, sapi di daerah itu luar biasa banyaknya, tinggal masalah mobilisasi saja,” kata dia.
Selain mempercepat mobilisasi dan distribusi dari daerah, lanjut Syailendra, realisasi impor juga diharapkan bisa dilakukan tepat waktu atau lebih cepat. Menjelang Ramadhan, pemerintah mengeluarkan izin impor sebanyak 121.419 ton daging sapi dan kerbau untuk memenuhi konsumsi dalam negeri yang terus meningkat.
Rinciannya, 44.510 ton pada Maret 2021, 40.396 ton pada April 2021, dan 36.513 ton pada Mei 2021. Syailendra berharap seluruh impor daging sapi itu bisa masuk sebelum Idul Fitri yang jatuh pada Mei 2021.
Daging impor itu berasal dari Gabungan Pengusaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), importir sapi swasta, serta penugasan pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) dan PT Berdikari (Persero).
”Karena itu akan sangat membantu menyeimbangkan harga di pasar. Distribusinya juga kami harap bisa cepat dan merata,” ujarnya.
Direktur Utama PT Berdikari (Persero) Harry Warganegara mengatakan, dari total penugasan impor 1.786 ton pada Maret-Mei 2021, akan ada 420 ton daging sapi dari Brasil yang masuk sebelum Idul Fitri. Rinciannya, 196 ton daging sapi (7 kontainer) akan masuk pada April, sementara, 224 ton daging sapi (8 kontainer) akan masuk pada Mei.
”Memang agak sulit dari mereka karena kita menerima penugasan pada Februari dan Maret baru bisa order. Jadi, mereka baru bisa produksi di Maret dan untuk sampai ke sini butuh waktu sekitar 50 hari. Dan saat kita terima penugasan pun, harga daging dari Brasil pun sudah cukup mahal, naik 30 persen dibandingkan tahun lalu,” katanya.
Harry menambahkan, PT Berdikari juga siap memobilisasikan 5.000-10.000 ton daging sapi atau kerbau dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. ”Kami harus duduk bersama para offtaker-nya, seperti rumah potong, para jagal dan para bandar, lalu membicarakan harganya,” katanya.
Sapi lokal
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Pujo Setio mengatakan, meskipun populasi sapi di Indonesia terhitung banyak, tidak semuanya sapi siap potong. Oleh karena itu, impor sapi bakalan dan daging sapi beku untuk sementara ini masih harus dilakukan.
Meskipun populasi sapi di Indonesia terhitung banyak, tidak semuanya sapi siap potong. Oleh karena itu, impor sapi bakalan dan daging sapi beku untuk sementara ini masih harus dilakukan.
Peternak sapi lokal kebanyakan menggunakan cara tradisional atau konvensional, bukan komersial. Artinya, meski sapi sudah siap potong pun, peternak tidak mau melepasnya. Sapi baru dipotong ketika dibutuhkan, misalnya ketika Idul Adha, untuk memenuhi kebutuhan hidup, atau ketika harga sedang naik.
”Maka, ke depan ini perlu ada solusi jangka panjang mengajak peternak menuju arah komersial. Dengan demikian, setiap tahun kita bisa mengetahui stok siap potong dari data populasi ternak itu. Dan pelan-pelan, impor juga bisa dikurangi,” ujar Pujo.