logo Kompas.id
EkonomiJebakan Pangan Murah
Iklan

Jebakan Pangan Murah

Alih-alih meningkatkan ketahanan, politik pangan murah melalui importasi berpotensi menjebak negara pada ketergantungan dan risiko menjadi pengimpor bersih. Keberpihakan pada petani kecil menjanjikan keberlanjutan.

Oleh
Mukhamad Kurniawan
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2iDvYolr7RwmStw69lq66Gx4nYM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F8c17c047-ba81-4587-8758-5a10022bd6e9_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Proses bongkar muat gula mentah asal Filipina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (18/2/2020).

Dalam bab terakhir bukunya, Feeding Fenzy: The New Politics of Food (2013), Paul McMahon menulis tentang bagaimana cara memberi makan dunia secara lebih baik, adil, dan berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan membantu petani kecil di negara-negara berkembang untuk menanam lebih banyak tanaman pangan.

Dia mengutip kalimat John Block, Menteri Pertanian Amerika Serikat (AS), selama berlangsungnya perundingan perdagangan Putaran Uruguay tahun 1986. Kalimatnya begini, ”Gagasan agar negara-negara berkembang harus mampu memberi makan diri mereka sendiri adalah suatu kesalahan dari masa lalu. Mereka perlu diyakinkan bahwa ketahanan pangan mereka akan lebih baik bersandar pada hasil-hasil pertanian AS yang selalu tersedia yang, dalam banyak hal, jauh lebih murah.”

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000