Harga Gabah Rendah, Bulog Jatim Target Serap 1.300 Ton Setiap Hari
Petani mengeluhkan jatuhnya harga gabah yang menyebabkan usaha tani tak bergairah. Bulog Jatim targetkan serap 1.300 ton gabah petani setiap hari.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Panen raya terjadi hampir di seluruh sentra lumbung padi Jawa Timur. Petani mengeluhkan jatuhnya harga gabah yang menyebabkan usaha tani tak bergairah. Bulog Jatim targetkan serap 1.300 ton gabah petani setiap hari untuk memenuhi cadangan beras pemerintah dan stabilisasi harga gabah.
Seperti musim panen raya tahun-tahun sebelumnya, panen kali ini di provinsi penyangga pangan terbesar nasional itu bergerak dari barat ke timur. Masa panen diawali dari wilayah barat, seperti Ngawi, Ponorogo, dan Madiun, kemudian ke wilayah utara, seperti Bojonegoro dan Lamongan, baru selanjutnya menuju ke wilayah timur hingga Banyuwangi.
Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Bojonegoro Tri Untari (57) mengatakan, tidak seperti panen raya tahun lalu, saat ini harga gabah terjun bebas di kisaran Rp 3.200-Rp 3.300 per kilogram (kg) gabah kering panen (GKP). Sebelumnya, petani menerima harga di atas Rp 4.600-Rp 4.700 per kg. Selisihnya sangat tajam.
”Harga yang jatuh ini membuat petani kecewa. Meski demikian, mereka tetap menjual gabahnya langsung di sawah karena terdesak kebutuhan,” ujar Tri Untari saat dihubungi dari Surabaya, Jumat (19/3/2021).
Kebutuhan yang mendesak itu, antara lain, pembayaran cicilan pinjaman perbankan untuk modal usaha tani, seperti pembelian traktor. Selain itu, kebutuhan modal untuk tanam berikutnya, termasuk membayar sewa lahan dan kebutuhan keluarga, seperti biaya pendidikan.
Petani kesulitan mendapatkan nilai tambah produknya melalui proses pengolahan menjadi beras. Dengan kondisi cuaca yang masih kerap hujan, penjemuran tidak maksimal karena mengandalkan panas matahari. Kalaupun kelompok tani memiliki mesin pengering (dryer), kapasitasnya terbatas. Belum lagi keterbatasan lantai jemur. Bahkan, masih banyak petani yang tidak punya terpal.
Harga yang jatuh ini membuat petani kecewa. Meski demikian, mereka tetap menjual gabahnya langsung di sawah karena terdesak kebutuhan. (Tri Untari)
Untari berharap pemerintah mengevaluasi kebijakan impor beras yang menurut dia sangat merugikan petani. Sebaliknya, pemerintah harus memperbesar serapan gabah petani karena produktivitas saat ini sangat tinggi. Serapan itu juga akan menstabilkan, bahkan menguntungkan petani.
Bojonegoro merupakan sentra produsen padi terbesar kedua di Jatim setelah Lamongan. Data BPS menyebutkan, luas panen 2019 mencapai 128.863 ha dan naik menjadi 135.635 ha pada 2020. Luas panen tahun ini diperkirakan kembali meningkat. Produktivitasnya bisa lebih dari 7 ton per ha.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jatim Khozin mengatakan, dalam kerangka memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah, pihaknya mengoptimalkan penyerapan gabah petani produksi musim tanam (MT) I/2021. Target serapannya 1.300 ton setara beras per hari.
”Target serapan akan ditingkatkan menjadi 1.500-2.000 ton setara beras per hari mulai pekan depan karena panen raya semakin meluas. Total target serapan gabah petani pada musim panen raya sebesar 200.000 ton setara beras,” kata Khozin.
Serapan gabah dari petani itu untuk memperkuat stok beras bulog di gudang yang saat ini 230.000 ton, sebanyak 30.000 ton di antaranya beras impor. Stok itu cukup untuk kebutuhan di Jatim selama setahun.
Dengan tambahan 200.000 ton, total stok beras menjadi 430.000 ton. Stok beras itu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP) Pemprov Jatim beserta 38 kabupaten dan kota di Jatim, tetapi juga untuk memenuhi stok bulog di luar Divre Jatim. Pasokan beras asal Jatim digunakan untuk memenuhi kebutuhan stok cadangan di provinsi lain, terutama di wilayah bagian timur Indonesia.
Untuk mengoptimalkan serapan beras, selain bermitra dengan perusahan penggilingan padi, Bulog Jatim juga mengerahkan tim satuan tugas yang ada di setiap cabang untuk mendatangi petani yang sedang panen. Total ada 26 tim satgas penyerapan gabah petani yang dikerahkan di seluruh Jatim.
Khozin menambahkan, terkait harga pembelian, pihaknya mengikuti ketentuan pemerintah. Bulog membeli gabah sesuai dengan HPP berdasarkan kondisi gabah atau beras. Gabah kering giling (GKG) diserap dengan harga Rp 5.300 per kg, sedangkan GKP diserap dengan harga Rp 4.200 per kg. Adapun beras kualitas medium dibeli dengan harga Rp 8.300 per kg.
Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Jatim Hendra Tan mengatakan, bersamaan dengan datangnya panen raya, usaha penggilingan mulai menyerap gabah petani. Hanya saja, kondisi gabah saat ini kadar airnya tinggi. Hal itu selalu terjadi setiap masa panen raya pada musim hujan.
Terkait rencana impor beras, Hendra yakin akan berdampak pada pengusaha penggilingan padi dan terutama petani. Setidaknya dampak psikologis terhadap harga jual beras. Oleh karena itulah pihaknya berharap kebijakan impor tidak direalisasikan oleh pemerintah.
Pupuk aman
Kepala Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana mengatakan, realisasi penyaluran pupuk subsidi secara nasional hingga saat ini 1.578.621 ton. Dari jumlah tersebut, urea 732.893 ton, SP-36 60.669 ton, ZA 131.927 ton, NPK 545.106 ton, organik 106.976 ton, dan NPK formula khusus 1.050 ton.
”Penyaluran di Jatim sendiri saat ini mencapai 374.048 ton dengan rincian urea 149.976 ton, SP-36 10.550 ton, ZA 65.710 ton, NPK 96.702 ton, dan organik 51.110 ton,” ujar Wijaya.
Wijaya mengatakan, stok pupuk subsidi di tingkat nasional sebesar 1.531.181 ton dengan rincian urea 749.718 ton, NPK 301.065 ton, SP-36 157.340 ton, ZA 181.781 ton, dan organik 141.277 ton. Dari jumlah tersebut, stok pupuk subsidi di Jatim 296.353 ton dengan rincian urea 93.165 ton, NPK 49.674 ton, SP-36 23.182 ton, ZA 89.789 ton, dan organik 40.543 ton.
Untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, syarat atau ketentuan yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian tidak lain petani wajib tergabung dalam kelompok tani, menggarap lahan maksimal 2 hektar, menyusun elektronik rencana definitif kebutuhan kelompok (e-RDKK), dan untuk wilayah tertentu, menggunakan Kartu Tani.
”Apabila belum memiliki Kartu Tani, petani dapat menebus pupuk bersubsidi secara manual dengan dibantu petugas penyuluh lapangan atau PPL dari dinas pertanian setempat,” kata Wijaya.
Sebagai produsen pupuk bersubsidi, Pupuk Indonesia berkewajiban untuk menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai dengan penugasan atau alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Alokasi pupuk bersubsidi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 49 Tahun 2020 untuk kebutuhan 2021 sebesar 9,04 juta ton dan 1,5 juta liter pupuk organik cair.
Apabila belum memiliki Kartu Tani, petani dapat menebus pupuk bersubsidi secara manual dengan dibantu petugas penyuluh lapangan atau PPL dari dinas pertanian setempat. (Wijaya Laksana)
Dalam penyalurannya, Pupuk Indonesia berpedoman pada Prinsip 6 Tepat, yaitu Tepat Jenis, Tepat Jumlah, Tepat Mutu, Tepat Waktu, Tepat Harga, serta Tepat Tempat. Sedangkan untuk jumlah penyalurannya ke daerah, Pupuk Indonesia berpedoman pada surat keputusan (SK) dari dinas pertanian provinsi dan kabupaten.
Pupuk Indonesia juga senantiasa menegaskan kepada seluruh distributor agar menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai dengan alokasi yang telah ditetapkan pemerintah tersebut.