Pemerintah Impor Beras, Petani di Cirebon Bakal Kian Terpukul
Petani di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kian terpukul. Setelah kesulitan pupuk subsidi, kini harga gabah petani ditawar rendah. Rencana impor beras oleh pemerintah dinilai menjadi penyebabnya.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Setelah mengeluarkan biaya lebih karena kesulitan mendapatkan pupuk subsidi, kini hasil panen petani di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, malah ditawar rendah. Rencana pemerintah mengimpor 1 juta ton beras dinilai menjadi pemicunya.
Berdasarkan pantauan Kompas, Kamis (18/3/2021), sejumlah wilayah di Cirebon, seperti Palimanan, Gempol, dan Suranenggala, mulai memasuki masa panen. Petani menjemur gabahnya di depan rumah hingga jalan desa.
Akan tetapi, harga gabah kering panen (GKP) di Cirebon berkisar Rp 3.300-Rp 3.700 per kilogram. Angka itu lebih rendah dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan Rp 4.200 per kg GKP.
”Belum impor saja harga gabah sudah anjlok. Bagaimana kalau impor?” kata Suharno (55), petani di Desa Tegalkarang, Kecamatan Palimanan.
Suharno bakal merugi jika hasil panennya ditawar Rp 3.300 per kg. Ia hanya mendapatkan 1 ton gabah dari luas lahan garapan sekitar 3.400 meter persegi. Dengan harga Rp 3.300 per kg, bapak lima anak ini hanya meraup sekitar Rp 3,3 juta. Padahal, modal tanamnya hingga panen lebih dari itu.
”Untuk garam (pupuk) saja Rp 900.000. Pupuk subsidi susah. Jadi, saya beli pupuk nonsubsidi. Ini belum biaya traktor Rp 800.000,” katanya.
Kondisi serupa dialami petani lainnya. Pertengahan Januari lalu, petani menggeruduk kios pupuk di wilayah Panguragan karena kesulitan memperoleh pupuk subsidi. Saat itu, alokasi untuk pupuk urea di Cirebon hanya 20.000 ton. Padahal, kebutuhannya 25.000 ton.
Itu sebabnya, Suharno menolak rencana pemerintah mengimpor beras. Kebijakan itu dinilai semakin menekan harga gabah petani. ”Bisa-bisa tengkulak enggak mau terima harga Rp 3.000 per kg (GKP). Soalnya, gabah dan berasnya banyak, sih,” katanya.
Harga gabah masih bisa anjlok karena baru 25 persen wilayah yang panen dan gudang bulog masih penuh.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Cirebon Tasrip Abubakar menilai anjloknya harga gabah petani dipicu rencana pemerintah mengimpor beras. ”Harga gabah masih bisa anjlok karena baru 25 persen wilayah yang panen dan gudang bulog masih penuh,” katanya.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, luas tanam padi Oktober-Maret mencapai 46.157 hektar dengan produktivitas 6 ton per hektar. Adapun potensi panen mencapai 265.866 ton gabah kering giling. Sejauh ini, dinas setempat tidak melaporkan kehilangan potensi produksi karena banjir.
Tasrip mendesak pemerintah mengkaji ulang rencana impor beras. Bulog juga diharapkan bisa menyerap gabah petani dengan harga sesuai. Tanpa itu, petani kian terpukul.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengusulkan kepada pemerintah pusat agar menunda impor beras. Menurut dia, lebih baik pemerintah membeli beras dari petani yang akan memasuki masa panen raya (Kompas.id, 17/3/2021).