Banyak pelaku UMKM membutuhkan pembiayaan kala pandemi Covid-19. Serapan tenaga kerja di sektor ini sangat ditunggu. Tekfin bisa semakin terlibat dalam pemulihan UMKM. Momentum tekfin bantu UMKM.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha/insan alfajri
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Periode pemulihan ekonomi pada 2021 menjadi momentum bagi pelaku teknologi finansial untuk menggenjot pangsa pasar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM. Belum pulihnya permintaan kredit konsumsi membuat penyaluran pembiayaan bisa lebih diarahkan untuk membantu percepatan pemulihan UMKM.
Apalagi, serapan tenaga kerja di sektor UMKM sangat ditunggu karena jumlah penganggur di Indonesia bertambah. Pandemi membuat 2,56 juta orang kehilangan pekerjaan. Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah penganggur di Indonesia sebanyak 9,77 juta per Agustus 2020.
Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Fintech Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Munawar Kasan mengatakan, penyaluran pinjaman tersebut didominasi untuk pelaku UMKM. OJK optimistis ke depan jumlah UMKM pengguna layanan teknologi finansial (tekfin) antarpihak bertambah karena di sisi lain perbankan lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan.
”Artinya, pangsa pasar tekfin untuk menyalurkan pinjaman segmen UMKM semakin besar. Kami mendorong kontribusi tekfin pinjaman antarpihak kepada pelaku ekonomi riil tahun ini bisa bisa lebih besar lagi,” ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu (17/2/2021).
Pangsa pasar tekfin untuk menyalurkan pinjaman segmen UMKM semakin besar. Kami mendorong kontribusi tekfin pinjaman antarpihak kepada pelaku ekonomi riil tahun ini bisa bisa lebih besar lagi.
Berdasarkan riset Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) pada akhir 2020 lalu, target penyaluran pendanaan tekfin pinjaman antarpihak didominasi UMKM. Hingga akhir 2020, dari 146 penyelenggara tekfin anggota AFPI, sebanyak 57 penyelenggara membiayai sektor produktif, sebanyak 48 penyelenggara membiayai sektor produktif dan konsumtif, serta 30 penyelenggara menyalurkan pembiayaan konsumtif. Adapun sisanya menyelenggarakan pembiayaaan syariah.
Menurut Munawar, tekfin pinjaman antarpihak punya keunggulan dari sisi pengolahan data masyarakat ataupun usaha kecil yang terdampak pandemi Covid-19. Terlepas dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), tekfin pinjaman antarpihak juga mampu menjangkau masyarakat kecil yang belum tersentuh layanan perbankan.
”Hingga Desember 2020, tekfin telah membantu menyalurkan pendanaan senilai Rp 262,16 miliar kepada 48.629 rekening masyarakat penerima dana PEN,” katanya.
Kinerja industri tekfin, lanjut Munawar, cukup baik meskipun ekonomi Indonesia tumbuh minus 2,07 persen pada 2020. Pada saat yang sama, pembiayaan tekfin punjaman antarpihak tumbuh 26,27 persen secara tahunan menjadi Rp 74,41 triliun.
”Ke depan, kami akan fokus memperbaiki kualitas pinjaman agar lebih aman dan minim risiko. Kami juga mendorong pertumbuhan pendanaan bagi sektor produktif ke luar Jawa melalui peraturan OJK,” ujar Munawar.
Ke depan, kami akan fokus memperbaiki kualitas pinjaman agar lebih aman dan minim risiko. Kami juga mendorong pertumbuhan pendanaan bagi sektor produktif ke luar Jawa melalui peraturan OJK.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah menuturkan, selama pandemi, pembiayaan digital menjadi harapan bagi pelaku usaha untuk bertahan. Pelaku usaha mikro dan kecil mengandalkan pendanaan mini yang dapat diakses dengan cepat.
Kolaborasi pelaku tekfin dengan pemerintah dalam penyaluran dana PEN turut membentuk ekosistem digital yang bisa membuat UMKM semakin terpantau dari segi pembiayaan. Hal ini juga meningkatkan hubungan dengan institusi keuangan lainnya.
”Kontribusi tekfin untuk UMKM mendapat dukungan penuh pemerintah. Malahan, diharapkan pembiayaan digital bisa lebih masif menyentuh UMKM yang berada di pelosok daerah,” ujarnya.
Kuseryansyah memaparkan, saat ini terdapat 148 penyelenggara tekfin pinjaman antarpihak anggota AFPI. Sepuluh di antaranya diperkenankan menyalurkan pembiayaan dalam rangka program PEN. Masih terdapat ruang bagi tekfin pinjaman antarpihak untuk lebih berkontribusi dalam pemulihan ekonomi melalui kolaborasi dengan lembaga keuangan lain.
”Kekhawatiran banyak pihak beberapa tahun lalu bahwa tekfin akan mendisrupsi bank pun rasanya tidak akan terjadi karena pasar pembiayaan sangat besar. Maka, pendekatan yang dilakukan pelaku tekfin adalah kolaborasi,” katanya.
Kekhawatiran banyak pihak beberapa tahun lalu bahwa tekfin akan mendisrupsi bank pun rasanya tidak akan terjadi karena pasar pembiayaan sangat besar.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, sepakat, pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum penting bagi pelaku tekfin untuk membantu percepatan pemulihan sektor UMKM. Berdasarkan survei Bank Pembangunan Asia (ADB) pada Juni 2020, sebanyak 90 persen UMKM membutuhkan bantuan keuangan pada masa pandemi.
”Artinya, 90 persen UMKM membutuhkan bantuan pinjaman. Pada masa seperti sekarang, peran tekfin menjadi lebih penting,” ujarnya.
Dalam kondisi pandemi dan krisis, lanjut Bhima, pendanaan tekfin tidak sekadar mengisi kekosongan pangsa pasar pembiayaan yang belum terjangkau perbankan. Pembiayaan tekfin bisa juga diarahkan untuk mengganti sistem keuangan konvensional yang semakin ketat dan selektif menyalurkan kredit.
Berbagai cara dilakukan pelaku UMKM untuk mempertahankan bisnis, termasuk dalam memperoleh pembiayaan. Pemilik toko pakaian dan peralatan olahraga Genesa Sports di Depok, Jawa Barat, M Bagus Aditya (26), berencana menambah enam pekerja untuk membidani pemasaran. Langkah ini ditempuh lantaran tren penjualan mulai naik meski belum sepenuhnya pulih.
”Untuk pembiayaan pindah lokasi usaha dan perekrutan karyawan, saya mendaftarkan usaha di salah satu platform urun dana untuk UMKM. Saya juga akan melepas kepemilikan usaha sebesar 49 persen,” ujarnya.