Tumbuhkan Bisnis UKM melalui Transformasi Digital dan Integrasi Korporasi
Transformasi struktural bisnis melalui digitalisasi dapat membantu UKM bertahan untuk kemudian bertumbuh secara berkelanjutan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usaha kecil dan menengah atau UKM adalah sektor strategis yang harus ditopang karena merupakan tulang punggung perekonomian. Transformasi digital dan integrasi bisnis UKM dengan korporasi nasional dan global dibutuhkan agar UKM mampu bertahan bahkan berkembang di tengah dan setelah pandemi Covid-19.
Presiden Direktur PT Bank UOB Indonesia Hendra Gunawan, Selasa (3/11/2020), mengatakan, tantangan utama UKM adalah dalam pengelolaan arus kas dan meningkatkan pangsa pasar. Kajian UOB Group menunjukkan, transformasi struktural bisnis UMKM melalui digitalisasi sangat dibutuhkan.
”Teknologi akan sangat membantu menghadapi kedua tantangan tersebut,” ujarnya dalam UOB Media Editors Circle bertajuk ”What’s Next for SME After Covid-19” yang digelar secara virtual di Jakarta.
UOB Indonesia berkolaborasi dengan Accenture dan Dun & Bradstreet (D&B) menyurvei 1.000 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di kawasan ASEAN, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Survei ini dalam rangka program Kajian Transformasi UKM ASEAN 2020.
Hasil survei tersebut menunjukkan, sebanyak 65 persen responden menyatakan, area utama investasi mereka adalah di bidang teknologi. Hal ini terutama terkait digitalisasi penjualan dan jasa, pemasaran digital, dan teknologi jaringan.
Sebanyak 65 persen responden menyatakan, area utama investasi mereka adalah di bidang teknologi. Hal ini terutama terkait digitalisasi penjualan dan jasa, pemasaran digital, dan teknologi jaringan.
Ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, berpendapat, pemasaran melalui kanal digital semakin penting. Hal ini karena konsumen sekarang cenderung berselancar di internet secara mandiri untuk mencari tahu informasi suatu produk dan jasa.
”Penyedia jasa, termasuk UKM, harus mampu memberikan suatu layanan teknologi digital yang dapat menjawab kebutuhan para konsumen tersebut,” kata Enrico.
Di samping itu, UOB juga meyakini sinergi dan kolaborasi erat antara pemerintah, swasta, dan seluruh masyarakat dalam mempertahankan ekonomi, industri, dan bisnis di Indonesia dapat membantu menggairahkan kembali sektor UKM. Melalui sinergi dan kolaborasi itu, UKM akan dapat mencapai pertumbuhan yang lebih berkesinambungan.
Di sejumlah negara, lanjut Enrico, UKM selalu menjadi tulang punggung perekonomian. Salah satu indikatornya adalah peran UKM yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak dan berkiprah di banyak bisnis domestik.
Merujuk data Kementerian Koperasi dan UKM, sekitar 99 persen dari populasi pelaku usaha nasional adalah UMKM. Sektor ini mampu menyerap sekitar 97 persen tenaga kerja.
”Namun, sayang, UKM di Indonesia sebenarnya kurang terintegrasi dengan korporasi besar ataupun korporasi dunia. Kalau integrasi itu bisa ditingkatkan, resiliensi UKM akan jauh lebih tinggi lagi,” kata Enrico.
UKM di Indonesia sebenarnya kurang terintegrasi dengan korporasi besar ataupun korporasi dunia. Kalau integrasi itu bisa ditingkatkan, resiliensi UKM akan jauh lebih tinggi lagi.
Head of Public Policy and Government Relations Indonesia E-Commerce Association (idEA) Rofi Uddarojat menuturkan, sejak awal pandemi, idEA menyediakan kanal perdagangan secara terbuka. Kanal tersebut tetap menyediakan kesempatan bagi masyarakat, baik sebagai konsumen maupun penjual, untuk berinteraksi.
Pelaku UMKM pun termasuk yang dapat memanfaatkan kanal e-dagang untuk berjualan secara daring. IdEA juga bekerja sama dengan sektor logistik untuk menjamin kelancaran pengiriman dan penerapan protokol kesehatan.
”Kami merasa bahwa kanal daring dapat menjadi salah satu alternatif solusi saat pandemi ketika kanal luring banyak yang tutup,” katanya.
Menurut Rofi, transformasi digital yang selama ini sudah berjalan pun dapat dilihat dari perkembangan transaksi di perdagangan daring. Nielsen menyebutkan, transaksi di Hari Belanja Nasional 2019 sebanyak Rp 9,1 triliun atau naik Rp 2,1 triliun dibandingkan pada 2018.
Transaksi produk dalam negeri di Hari Belanja Nasional 2019 mencapai Rp 4,6 triliun. Ini menunjukkan, UMKM dapat bersaing di pasar daring.
”Saat pandemi hingga ke depan nanti, UMKM bisa terus didorong untuk terus merambah pasar daring. Apalagi, potensi pasar digital di Indonesia terbilang besar. Berdasarkan pendataan Statista (2020), konsumen daring tercatat mencapai 138,1 juta pengguna,” katanya.