Kiprah Para Perempuan Menjadi Kartini Teknologi Digital Indonesia
Dunia teknologi digital masih dipandang sebagai dunia laki-laki. Kini, semakin banyak perempuan Indonesia membuktikan mampu berkiprah dalam teknologi digital.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Dunia teknologi masih kental dengan stereotipe kaum laki-laki. Namun, perjalanan waktu menunjukkan, semakin banyak perempuan yang muncul di bidang teknologi, termasuk teknologi digital. Semangat Kartini membuat para perempuan Indonesia juga ikut ”mendobrak” kegelapan sehingga terbitlah terang bagi perempuan Indonesia untuk juga berkiprah di bidang teknologi.
Alamanda Shantika, yang dikenal sebagai salah satu perempuan Indonesia yang terjun ke dunia teknologi dan kini mendirikan Binar Academy, menyatakan, Kartini adalah sosok yang menginspirasi dan sosok perempuan yang mendobrak. ”Penting untuk menghilangkan mindset bahwa dunia teknologi hanya milik kaum laki-laki. Pada kenyataannya, banyak perempuan di luar sana selalu memiliki kesempatan yang sama. Dari dulu aku memang tidak pernah membatasi diriku sendiri akan hal jender dalam apa pun, terutama pekerjaan,” kata perempuan yang akrab disapa Ala ini, Kamis (21/4/2022).
Alamanda memiliki mimpi besar dalam karier di bidang edukasi melalui Binar Academy. Dia berharap dapat mewujudkan mimpinya satu per satu lewat Binar Academy. Salah satunya, menghadirkan lebih banyak perempuan hebat yang dapat berkarier di bidang teknologi.
Ala menuturkan, di Binar Academy tidak dibedakan setiap program dengan kategori tertentu. Misalnya, tidak ada program khusus untuk perempuan. Yang dilakukan justru dengan memberi contoh nyata, yakni merekrut lebih banyak mentor perempuan serta memberikan kesempatan yang sama untuk belajar sehingga setiap individu dapat percaya diri untuk memulai impiannya.
Di Binar Academy sekarang terdapat 40 persen peserta didik perempuan yang sudah bergabung. ”Adanya kesetaraan ini semoga bisa menciptakan mindset baru, yaitu women in tech di mana teknologi bukan tempatnya pria saja,” ujar Ala, yang juga pernah berkiprah sebagai salah satu pemimpin di start up Gojek.
Pada tahun 2016, Binar Academy memulai tahun pertamanya dengan demografi siswa perempuan sebesar 10 persen, kini jumlahnya meningkat sekitar 40 persen. Adapun persentase mentor di Binar pada tahun 2016 baru 10 persen perempuan, kemudian pada tahun 2022 melejit sebesar 45 persen.
Menurut Ala, emansipasi memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berprestasi di berbagai bidang. Dia yakin dan optimistis akan muncul para perempuan hebat di bidang teknologi yang dapat bersaing di era digital ini. Dengan hadirnya lebih banyak women in tech, Ala berharap banyak perempuan di luar sana yang berani bermimpi untuk memulai karya di bidang teknologi tanpa merasa takut dan rendah diri.
Mendorong kesempatan perempuan untuk semakin banyak masuk dalam bidang teknologi, ujar Ala, bisa dilakukan jika perusahaan lebih mendukung perempuan. ”Ada banyak peraturan perusahaan yang mestinya bisa lebih mendukung perempuan. Misalnya kebijakan insurance, karyawan bisa mendapat fasilitas untuk sekeluarga, sementara perempuan hanya satu orang. Atau memberi lebih banyak ruang bagi perempuan untuk diperbolehkan membawa anak dan mendapat fasilitas daycare,” ujar Ala.
Majukan kualitas pendidikan
Kiprah perempuan dalam teknologi juga ditunjukkan sejumlah guru perempuan Indonesia. Semangat Kartini telah mendorong dua sosok guru, Sri Rahayu Ningsih (guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan di SMP Negeri 1 Tualang, Riau) dan Yuli Nestiyarum (guru Kimia di SMA Negeri 1 Seyegan, Sleman, Yogyakarta), yang menunjukkan bahwa perempuan masa kini bisa tampil terdepan dalam meningkatkan kompetensi diri dan membantu komunitas pendidikan di sekitarnya menjadi lebih maju.
Kedua guru perempuan ini terpilih mengikuti program Google Master Trainer pada tahun 2021. Program ini merupakan program pelatihan untuk mempersiapkan pendidik terpilih berdasarkan kriteria Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan melewati rangkaian pelatihan daring dan mendapatkan sertifikasi. Para pendidik terpilih ini memiliki tugas untuk melatih komunitas guru di sekitarnya dalam memaksimalkan penggunaan Google Workspace for Education pada sistem belajar-mengajar.
Kegiatan sekolah daring telah membuat para guru, murid, hingga orangtua siswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan sistem belajar-mengajar yang baru secara cepat. Penggunaan teknologi telah memberikan ruang bagi para guru untuk menjadi lebih efisien dan tertata mengerjakan tugasnya. Tidak hanya akses dan berbagai informasi terhadap bank soal yang berkualitas, kini guru juga bisa memiliki waktu tambahan untuk mendeteksi potensi dan minat siswa sehingga bisa merumuskan skema belajar-mengajar yang lebih menarik.
”Program Google Master Trainer telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mendorong aktivasi dan pemanfaatan teknologi yang memberikan kemudahan pengelolaan kelas bagi guru, terutama pada kegiatan pembelajaran daring,” kata Sri.
Menurut Yayuk, dirinya bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman memanfaatkan teknologi digital dalam pembelajaran untuk para guru lain. Sebagai contoh melalui situs web Belajar.id, akses Google Workspace for Education bisa dimanfaatkan secara gratis bagi institusi pendidikan resmi dan para guru yang bernaung di dalamnya. Para guru dapat berkomunikasi; memberikan materi, tugas, dan umpan balik; serta melakukan penilaian kepada peserta didik di mana saja tanpa takut kapasitas memori perangkat yang digunakan penuh ataupun menjadi berat.
Keinginan Yayuk dan Nesti untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia mendorong dua guru ini untuk secara aktif menyosialisasikan penerapan teknologi dalam sistem belajar-mengajar. Inilah yang membuat keduanya antusias untuk menjadi kapten dan memimpin tim penerapan pelatihan penggunaan Google Workspace for Education pada komunitas pendidikan di daerah masing-masing. Mereka juga menjadi duta Rumah Belajar, sebuah platform pendidikan dari Kemendikbudristek.
”Kita harus terus belajar dan pantang menyerah. Pendidikan di Indonesia ke depan akan terus maju dan menyesuaikan perkembangan zaman tanpa melupakan kearifan lokal. Saya akan terus berusaha untuk berkontribusi dalam membangun dan mengembangkan komunitas positif di dunia pendidikan” kata Yuli.