Karakter Kebangsaan Jadi Penangkal Nilai-nilai Anti-Pancasila
Karakter kebangsaan diyakini dapat menangkal nilai-nilai yang bertentangan dengan Pancasila. Karena itu, karakter kebangsaan harus ditanamkan sejak dini.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·5 menit baca
SAMARINDA, KOMPAS — Karakter tidak dapat dibangun secara instan, tetapi harus dilatih dan dibina secara terus-menerus. Penumbuhan nilai-nilai kebangsaan dan rasa cinta kepada Tanah Air pun harus dimulai sejak dini. Karakter kebangsaan ini penting untuk menangkal nilai-nilai tidak sesuai Pancasila yang kini dapat dengan mudah dilihat, didengar, atau dibaca karena kemajuan teknologi.
”Salah satu karakter kebangsaan yang menjadi prinsip dasar bagi kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk adalah sikap toleransi, dimana kita saling menghargai perbedaan dan menjunjung persatuan dan kesatuan,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-7 Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalimantan Timur.
Acara yang mengusung tema ”Meneguhkan Karakter Kebangsaan Melalui Peningkatan Peran Perguruan Tinggi” tersebut diselenggarakan di Grand Ballroom Hotel Bumi Senyiur, Samarinda, Kalimantan Timur, Selasa (2/11/2021). Turut hadir mendampingi Wapres Amin pada kesempatan tersebut Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Sekretaris Eksekutif Komite Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional (KPRBN) Eko Prasojo, dan Pelaksana Tugas Kepala Sekretariat Wapres Ahmad Erani Yustika.
Mengawali orasinya, Wapres Amin menguraikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi membuka berbagai peluang baru untuk memperbaiki kehidupan manusia. Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi informasi juga membawa tantangan dan risiko.
”Teknologi telah mengubah banyak aspek kehidupan kita pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Arus informasi mengalir dari satu tempat ke tempat lain di dunia dengan hitungan detik,” ujar Wapres Amin.
Salah satu kemudaratan dari kemajuan teknologi informasi adalah penyebaran secara masif paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara dan terjadinya disinformasi dalam informasi yang tidak benar atau bohong.
Perubahan ini dapat membawa kemaslahatan, tetapi juga kemudaratan, bergantung pada bagaimana kita menyikapi dan mengelolanya. Salah satu kemudaratan dari kemajuan teknologi informasi adalah penyebaran secara masif paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara serta terjadinya disinformasi dalam informasi yang tidak benar atau bohong.
Salah satu sebab terjadinya disinformasi masif itu adalah adanya algoritma kurasi yang membuat setiap orang atau kelompok orang hanya meyakini informasi yang dipasok dari kelompoknya sebagai suatu kebenaran. ”Sementara kelompok lain, berpedoman pada kebenaran yang diyakini kelompoknya sendiri. Dan ini dapat menimbulkan keterbelakangan serta perpecahan umat serta bangsa,” kata Wapres Amin.
Menurut Wapres Amin, perguruan tinggi sebagai tahap akhir pendidikan formal seyogianya dapat membekali mahasiswa untuk senantiasa berpikir kritis dalam menyikapi arus informasi dengan berpegang teguh pada akidah, akhlak, dan ilmu pengetahuan. Dalam ajaran Islam, konsep akhlak pada hakikatnya mencakup etika, moral dan karakter.
Moral dan karakter sangat menentukan bagi terwujudnya sumber daya yang unggul sehingga hari ini menjadi fokus utama Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Hal ini mencakup upaya membangun sumber daya manusia (SDM) pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta didukung dengan kerja sama industri dan talenta global.
Pembangunan moral dan karakter bangsa dilakukan melalui berbagai upaya, dimulai dari lingkungan keluarga. ”Pendidikan karakter tidak bisa dilepaskan dari agama sebagai sumber pembentukan etika, moral, atau akhlak, baik sifat-sifat yang berdimensi moral seperti sifat jujur, adil, toleran, maupun sifat-sifat yang berdimensi kerja seperti kreatif, inovatif, dan kerja keras,” ujar Wapres Amin.
Sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, target pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Selain itu, juga sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
”Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, saya berharap UNU Kaltim menjadi champion dalam mengembangkan pendidikan yang tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkuat akidah, akhlak, karakter mahasiswa UNU, dan generasi muda Kalimantan Timur secara luas,” ujar Wapres Amin.
Pada kesempatan tersebut, Wapres Amin menuturkan bahwa Nahdlatul Ulamavsebenarnya sudah memiliki panduan tentang kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Hal ini meliputi prinsip-prinsip toleran, moderasi, berimbang, dan cinta Tanah Air. ”Prinsip-prinsip ini seyogianya diajarkan dan dipraktikkan oleh UNU dalam menghadapi efek negatif dari kemajuan teknologi Informasi,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan langkah-langkah untuk memasuki usia emas di tahun 2045. Keberadaan SDM yang unggul, berdaya saing, dan memiliki karakter kuat menjadi sebuah keniscayaan. Mahasiswa, sebagai pemuda, menjadi bagian dari masa kini dan masa depan. Pemuda Indonesia tidak boleh lengah.
Pemuda Indonesia juga mesti senantiasa siap menghadapi berbagai tantangan baru di dunia dengan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk pengembangan diri, berkontribusi bagi masyarakat, dan mencapai cita-cita bangsa. ”Saya mendorong UNU Kaltim mempersiapkan generasi muda yang kompeten, kompetitif, mampu bersaing secara global namun tetap memiliki akhlak mulia dan memiliki karakter kebangsaan yang kuat sehingga tidak terombang ambil oleh arus global,” kata Wapres Amin.
Kontestasi ideologi
Presiden Joko Widodo saat memberi amanat pada Peringatan Hari Lahir Pancasila, Selasa (1/6/2021), menuturkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mempengaruhi lanskap kontestasi ideologi. Revolusi industri 4.0 telah menyediakan berbagai kemudahan dalam berdialog, berinteraksi, dan berorganisasi di skala besar atau lintas negara.
Ketika konektivitas 5G melanda dunia, lanjut Presiden Jokowi, maka interaksi antardunia juga akan semakin mudah dan cepat. Kemudahan ini bisa digunakan oleh ideologi-ideologi transnasional radikal untuk merambah seluruh pelosok Indonesia dan menjangkau berbagai kalangan dan usia serta tidak mengenal lokasi dan waktu.
Kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal dapat melampaui standar normal ketika memanfaatkan disrupsi teknologi ini. ”Saudara-saudara sebangsa dan se-Tanah Air, menghadapi semua ini perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa,” kata Presiden Jokowi saat itu.
Perluasan dan pendalaman nilai-nilai Pancasila tidak bisa dilakukan dengan cara-cara biasa. Diperlukan cara-cara baru yang luar biasa dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, terutama revolusi industri 4.0.
Menurut Presiden, untuk menghadapi semuanya itu diperlukan cara-cara baru yang luar biasa dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, terutama revolusi industri 4.0. Pancasila harus menjadi fondasi di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkeindonesiaan.
Presiden Jokowi mengajak seluruh aparat pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pendidik, kaum profesional, generasi muda, dan seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu padu dan bergerak aktif memperkokoh nilai-nilai Pancasila dalam mewujudkan cita-cita Indonesia maju.