Penjiwaan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan masih lemah. Hal itu tak hanya disebabkan landasan tak kukuh, tetapi juga penyelenggaraan pendidikan belum bisa membiasakan implementasi nilai-nilai tersebut.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
Kompas/Wawan H Prabowo
Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Penegak Pancasila membawa spanduk untuk mengenalkan nilai Pancasila saat hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (15/12/2019). Melalui kegiatan tersebut mereka berharap bisa mengawal penegakkan Pancasila yang dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air, bela negara, toleransi antar sesama yang berbhineka tunggal ika.
JAKARTA, KOMPAS—Penguatan nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda yang tak konsisten dan berkelanjutan mengancam pembangunan sumber daya manusia dan kebudayaan Indonesia. Permasalahan lemahnya penjiwaan nilai-nilai Pancasila melalui dunia pendidikan bukan semata tentang landasan, tapi implementasi dalam pendidikan yang gagal menjadikan pembudayaan dan pembiasaan.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Sartono menyampaikan hal itu dalam webinar bertajuk "Mewujudkan Sistem Pendidikan Berlandaskan Pancasila" yang digelar Vox Point Indonesia dan Asus, Selasa (1/6/2021), di Jakarta. Acara itu sekaligus memeringati Hari Lahir Pancasila 2021.
Pembangunan manusia Indonesia berlandaskan Pancasila menjadi proses yang tidak berhenti. “Tatanan implementasinya belum berhasil. Karena itu, pendidikan karakter yang memperkuat nilai-nilai Pancasila dan membangun keadaban dalam tiap diri anak bangsa harus diperbaiki agar berkelanjutan,” ujarnya.
Agus juga menyoroti dalam penguatan nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda, contoh nyata (role model) penting, dimulai dari keluarga, sekolah, lingkungan, hingga negara. Tanpa pembiasaan nilai-nilai menjadi keseharian yang nyata dalam kehidupan yang dicontohkan panutan generasi muda, tantangan berat untuk membuat nilai-nilai Pancasila jadi karakter dalam diri anak bangsa.
Menurut Ketua Yayasan Cahaya Guru Henny Sitepu, prinsip penyelenggaraan pendidikan yang diamanatkan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah menyajikan prinsip pendidikan secara tajam, jernih, dan netral, yang mengacu pada Pancasila.
Pada pasal 4 UU itu disebutkan, pendidikan diselenggarakan secara demokratis, berkeadilan, serta tidak diskriminatif, dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
Namun yang terjadi, lanjut Henny, ada keteledoran dalam implementasi pendidikan, termasuk pendidikan Pancasila. Hasilnya, berbagai survei terhadap generasi muda menunjukkan nilai-nilai Pancasila yang mulai memudar.
Survei Komunitas Pancasila Muda Mei 2020, menunjukkan sekitar 19,5 persen pengguna Instagram dan Facebook berusia 18-25 tahun tak yakin Pancasila relevan bagi kehidupan mereka. Sebelumnya, survei CSIS 2017 menunjukkan 9,5 persen milenial setuju Pancasila sebagai ideologi negara diganti.
Meski Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, kini berupaya memperkuat nilai-nilai Pancasila lewat tujuan akhir transformasi pendidikan Merdeka Belajar menjadi Profil Pelajar Pancasila, menurut Henny, tetap perlu dikritisi.
Profil Pelajar Pancasila yang dicirikan dengan karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia; mandiri; bergotong-royong; berkebhinekaan global, bernalar kritis; dan kreatif, perlu dipertanyakan asosiasinya atau kaitan dengan sila-sila Pancasila.
“Kita harus yakin Pancasila sebagai ideologi terbuka yang dapat merespons tantangan zaman, dinamis, asal kita menerapkan pelibatan dan kesalingan, serta reflektif dalam implementasinya,” kata Henny.
Implementasi di sekolah
Di webinar lainnya bertajuk Menjiwai Pendidikan Pancasila yang digelar Yayasan Cahaya Guru, sejumlah guru dari berbagai mata pelajaran berbagi kisah insipiratif untuk menguatkan nilai-nilai Pancasila di ruang kelas. Hamka Malik, guru Kimia di SMAN 22 Makassar, Sulawesi Selatan, berkreasi dengan pembelajaran materi Kimia melalui permainan tradisional yang menuntut kerja sama antarsiswa tanpa memandang perbedaan.
Kita harus yakin Pancasila sebagai ideologi terbuka yang dapat merespons tantangan zaman, dinamis, asal kita menerapkan pelibatan dan kesalingan, serta reflektif dalam implementasinya.
“ Penerapan nilai-nilai Pancasila lewat pelajaran Kimia, tetap bisa dilakukan. Dalam materi perpindahan elektron, misalnya, saya desain lewat permainan dengan membagi siswa dalam kelompok, di mana mereka harus bisa berpindah dengan kerja sama tim tanpa melihat perbedaan supaya bisa unggul,” kata Hamka.
Kompas
Sejumlah guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mendapat penghargaan yang memenangi kompetisi pemahaman konstitusi dalam Anugerah Konstitusi 2018 di Pusat Pendidikan Pancasila dan Konstitusi MK, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Jumat (9/11/2018) malam.
Dian Lestari, Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sekolah Alam Terpadu Cerlang, Pontianak, Kalimantan Barat, menuturkan, pendidikan di sekolah nonformal ini didesain untuk membiarkan semua pihak di sekolah terbiasa hidup dalam keberagaman. Peserta didik dari sejak Taman Kanak-kanak lalu SD dibiasakan untuk bergaul dan mengunjungi rumah ibadah dari agama berbeda dan berinteraksi.
“Dari hasil refleksi kami bersama anak-anak, sebenarnya anak-anak yang dibiasakan berada dalam keberagaman, lebih fokusnya pada persamaan. Tidak seperti orang dewasa yang fokusnya pada perbedaan. Dengan membiasakan anak-anak sejak dini mengenali dan hidup dalam keragaman, terbentuk generasi yang terus menjaga keberagaman sesuai semangat Pancasila,” kata Dian.
Praktisi pendidikan karakter, Doni Koesoema, mengatakan pembelajaran yang memberikan pengalaman pada peserta didik dan reflektif kuat dalam menanamkan nilai. Banyak program pendidikan karakter diluncurkan dengan berbagi jargon, yang terbaru Profil Pelajar Pancasila, hendaknya tak berhenti di konsep.
“Yang kita harus kita fokuskan itu di implementasinya, memastikan bahwa isi dari pendidikan karakter yang disepakati bisa dilaksanakan sejingga memperkuat karakter anak-anak bangs,” kata Doni.