Persiapkan Kaum Muda Memasuki Dunia Digital
Indonesia memerlukan banyak talenta untuk terjun di dunia digital dan membawa bangsa ini maju. Menghasilkan talenta digital bisa ditempuh dengan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga pendidikan.
JAKARTA, KOMPAS — Talenta di Indonesia harus disiapkan untuk membawa transformasi digital yang mendukung kemajuan bangsa. Penyiapan talenta digital untuk terjun di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang andal ini mendapat dukungan dunia usaha.
Sebagai salah satu penyedia infrastruktur dan solusi cloud terkemuka di dunia yang beroperasi di Indonesia, Amazon Web Service (AWS) mendukung pengembangan talenta digital Indonesia. Salah satunya lewat pendidikan di sekolah dan pesantren.
Berdasarkan temuan yang dirilis AWS dan Alphabeta, Indonesia akan membutuhkan sebanyak 110 juta sumber daya manusia cakap digital pada 2025. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kolaborasi dan sinergi yang melibatkan banyak pihak, termasuk dengan industri, perlu dilakukan.
Dalam acara jumpa pers daring, Jumat (20/8/2021), Country Leader Indonesia Amazon WS Gunawan Susanto memaparkan, digitalisasi kini semakin dipercepat karena pandemi Covid-19. Pada riset awal 2021, sekitar 59 persen tenaga kerja digital Indonesia belum menggunakan komputasi awan atau cloud computing, yang akan jadi sayarat utama mulai 2025. ”Pastinya, talenta digital yang ada harus dipersiapkan dengan cepat untuk menjawab tantangan kebutuhan dunia kerja,” ujar Gunawan.
Menurut Gunawan, ada berbagai macam inisiatif untuk meningkatkan kemahiran talenta digital, terutama di komputasi awan. ”Kami ingin melakukan pelatihan dengan konten yang tepat dan berkualitas,” kata Gunawan.
Indonesia akan membutuhkan sebanyak 110 juta sumber daya manusia cakap digital pada 2025. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kolaborasi dan sinergi yang melibatkan banyak pihak, termasuk dengan industri, perlu dilakukan.
Pelatihan yang dilakukan AWS mulai dari tahap dasar/fundamental, menengah atau intermediate, dan lanjut atau advance. Ada 150 kursus digital yang disediakan dalam bahasa Indonesia, termasuk komputasi awan. Ada untuk kebutuhan perusahaan sampai publik, dan kini dunia pendidikan, dari yang berbayar hingga gratis.
Dalam menjalankan pelatihan komputasi awan ini, AWS bermitra dengan Dicoding, perusahaan rintisan pendidikan teknologi. AWS menargetkan ada 100.000 pembelajar yang akan mendapat pelatihan gratis dari program ini.
Di dunia pendidikan, AWS turut membantu mahasiswa program teknologi informasi dan komunikasi untuk menguasai komputasi awan. Sudah ada lima universitas yang berkolaborasi bersama AWS di program Kampus Merdeka.
Selain itu, ada pula program Laptop for Builders untuk dunia pendidikan. Program ini untuk memberikan pembelajaran komputasi awan yang menyasar guru, siswa SMA/ SMK, dan pesantren.
Baca Juga: Teknologi Digital Memikat Masyarakat, Keterampilan Diperlukan
Sementara itu, CEO Dicoding Narenda Wicaksono mengatakan, pelatihan komputasi awan telah menyasar 500 kota. ”Indonesia butuh talenta digital. Dari data, ada kebutuhan 600.000 orang per tahun karena industri membutuhkan. Kami didukung AWS untuk bisa membuat kurikulum yang bisa diterapkan di dunia pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan industri,” ujar Narenda.
”Per hari ini saja sudah mencapai 50.000 peserta, padahal baru lima bulan,” ucap Narenda.
Guru SMAN 1 Semin, Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Suharyanti, bersyukur bisa mendapat pelatihan AWS tentang dasar-dasar cloud untuk pengajar. Materinya mencakup pengenalan komputasi awan sampai pendaftaran akun AWS, pengenalan fitur yang terdapat di AWS, pelatihan pembuatan laman, dan pelatihan teknologi aplikasi AWS.
”Hasil pelatihan ini saya bagikan ke siswa di sekolah. Saya yang semula tidak paham AWS jadi merasakan manfaatnya. Siswa antusias mengikuti. Kami juga mendapatkan bantuan laptop dari AWS,” kata Sri.
Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdatul Ulama, Hatim Gazali, mengatakan, pesantren sering diidentikkan dengan jauh dari kemajuan dan tertinggal. Di Indonesia, ada sekitar 28.000 pesantren yang 25.000 di antaranya bergabung dengan NU.
”Program AWS yang juga menyasar pesantren tentunya kami sambut baik. Anak-anak pesantren juga punya kesempatan sama untuk mendapatkan pelatihan dan pendidikan tentang teknologi digital,” ujar Hatim.
Baca Juga: Peningkatan Akses dan Keahlian Digital Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Sementara itu, Bima Mukhlisin, siswa SMKN 2 Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, menjadi pemenang cloud computing club competition Yogyakarta kategori SMK. Dia bersama rekannya berhasil menciptakan aplikasi untuk pembelajaran sejarah nasional yang menyenangkan.
”Saya senang bisa mendapat training cloud computing yang penting untuk menyongsong masa depan. Saya, kan, di bidang teknologi informasi dan komunikasi jadi penting sekali untuk menguasai cloud computing,” tutur Bima.
Persiapkan kaum muda
Nestlé Indonesia, melalui inisiatif Nestlé Needs YOUth, mempersiapkan kaum muda untuk memasuki dunia kerja dan meningkatkan prospek mendapatkan pekerjaan dengan menghadirkan acara webinar bertema ”The Fine Art of Self-Management” dalam rangka merayakan International Youth Day atau Hari Pemuda Internasional.
Pada acara webinar tersebut, Presiden Direktur PT Nestlé Indonesia Ganesan Ampalavanar berbagi pentingnya memiliki kemampuan reskilling and upskilling yang mencakup manajemen diri (aktif belajar, tangguh, toleransi terhadap stres dan fleksibel) serta kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah sebagai kaum muda yang akan menjadi pemimpin masa depan kepada 3.000 anak muda dari seluruh Indonesia.
Kemampuan tersebut juga mendapat sorotan World Economic Forum sebagai kemampuan yang penting di beberapa tahun mendatang. Dengan berkembangnya teknologi, manajemen diri merupakan kemampuan penting untuk dimiliki agar siap beradaptasi dengan lingkungan kerja masa depan.
”Sebagai anak muda yang akan memasuki dunia kerja, penting untuk mulai membentuk kebiasaan baik sedini mungkin. Untuk menjadi pemimpin masa depan, kita harus mengenal diri sendiri, mempertegas kekuatan kita, dan memperbaiki kekurangan kita. Tantangan akan selalu ada, tetapi kita harus mampu mengatur diri sendiri untuk mencapai kesuksesan dan bangkit jika mengalami kegagalan,” papar Ganesan.
Kaum muda adalah generasi pemimpin masa depan yang berperan penting membentuk masa depan masyarakat. Menyadari hal ini, Nestlé berambisi mendukung kaum muda dan membantu 10 juta anak muda di seluruh dunia untuk mempunyai akses pada peluang ekonomi 2030. Melalui inisiatif global Nestlé Needs YOUth, Nestlé telah membantu mempersiapkan ratusan ribu anak muda untuk bekerja dan menawarkan puluhan ribu peluang magang, pelatihan, dan kerja.
Baca Juga: Bersiap Memasuki Era Dunia Kerja Digital
Dalam penerapannya, Nestlé Indonesia mendukung kaum muda melalui berbagai kegiatan untuk membina bakat dan kemampuan mereka. Di tahun 2021, Nestlé Needs YOUth telah menjangkau lebih dari 6.700 kaum muda di Indonesia melalui berbagai program, seperti Nestlé Management Trainee (NMT), program magang daring Nesternship, rangkaian webinar Masterclass serta program magang Youth Empowerment Squad (YES!) yang dilaksanakan bermitra dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai bagian dari program Kampus Merdeka.
”Kami percaya bahwa kaum muda memiliki potensi besar untuk melakukan perubahan serta membentuk masyarakat yang berkembang dan tangguh. Kami berharap untuk berperan aktif dalam mendukung kaum muda serta pemerintah untuk mewujudkan bangkitnya generasi emas yang berkualitas, maju, mandiri, dan modern pada 2045,” tutur Direktur SDM PT Nestlé Indonesia Fahrul Irvanto.