Peningkatan Akses dan Keahlian Digital Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Peningkatan keterampilan digital yang dipercepat pada pekerja Indonesia dapat berkontribusi senilai Rp 4.434 triliun atau 16 persen produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2030.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan keterampilan digital oleh para tenaga kerja dan pelaku usaha di Indonesia perlu dipercepat untuk memperkuat perekonomian jangka panjang, termasuk memulihkan sektor usaha yang terdampak Covid-19. Agar dapat maksimal, tenaga kerja saat ini harus dibekali dengan keterampilan digital yang sesuai dan mempermudah akses digital untuk semua lapisan masyarakat.
Hal ini terungkap dalam laporan perusahaan konsultan ekonomi strategi AlphaBeta dan Google berjudul ”Keterampilan untuk Masa Depan: Memperkuat Ekonomi dengan Meningkatkan Keterampilan Digital”. Laporan menyebutkan, peningkatan keterampilan digital yang dipercepat pada pekerja dapat berkontribusi senilai Rp 4.434 triliun ke produk domestik bruto (PDB) Indonesia tahun 2030.
”Ini adalah jumlah signifikan karena mewakili 16 persen dari total perkiraan PDB di tahun tersebut. Sebagai perbandingan, saat ini jumlah kontribusi PDB pekerja dengan keterampilan digital diperkirakan hanya 6 persen,” kata Engagement Manager AlphaBeta Genevieve Lim.
Mengutip Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSECO), keterampilan digital merupakan serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu menggunakan perangkat, komunikasi, aplikasi, dan jaringan digital untuk mengakses dan mengelola informasi.
Keahlian digital dapat dibagi dua, yaitu pemula dan tingkat lanjut. Keahlian tingkat pemula memungkinkan pengguna memakai perangkat digital dan memproses informasi atau data sederhana menggunakan perangkat lunak. Sementara keahlian tingkat lanjut memungkinkan seseorang mengembangkan teknologi digital secara transformatif, seperti kecerdasan buatan, analis mahadata, dan mendesain pengalaman pengguna (UX).
Berdasarkan data AlphaBeta, pada 2019 nilai keahlian digital di Indonesia baru Rp 908 triliun. Ini disumbang keahlian digital yang dimiliki 58 persen pekerja non-digital di sektor non-teknologi, contohnya pekerja pabrik yang memerlukan sedikit keahlian untuk mengoperasikan mesin. Lalu, ada 15 persen pekerja digital di sektor non-teknologi, seperti Building Information Modelling Engineer di industri konstruksi. Sebanyak 28 persen lainnya pekerja di sektor teknologi dengan keahlian tingkat lanjut.
Jika laju pelatihan keahlian saat ini dipertahankan sampai 2030, diperkirakan nilai keahlian digital Indonesia hanya tumbuh 117 persen menjadi Rp 1.965 triliun atau sekitar 7 persen PDB tahun tersebut. Namun, jika ada upaya percepatan peningkatan keahlian digital, nilainya bisa tumbuh hingga Rp 4.434 triliun, yang mayoritas disumbang pekerja non-digital di sektor non-teknologi.
”Untuk memaksimalkan peluang keterampilan digital di Indonesia, pemangku kepentingan harus fokus di tiga area utama, yaitu membekali tenaga kerja saat ini dengan keterampilan digital, mempersiapkan pekerja generasi berikutnya di era digital, dan memberikan akses digital kepada semua orang,” katanya.
Perusahaan teknologi seperti Google Indonesia pun ikut berperan dalam meningkatkan keterampilan digital di Indonesia. Sebagai contoh, pada akhir tahun 2020, Google Indonesia mengadakan program digital skilling dengan melatih lebih dari 1,8 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tentang berbagai macam keterampilan digital.
Google mengadakan program Gapura Digital dan Women Will untuk melatih pelaku UMKM menggunakan solusi digital marketing guna memperluas pelanggan. Google juga berperan dalam mendukung lebih dari 320.000 pemilik bisnis yang mengalami krisis akibat Covid-19 melalui program Grow with Google.
”Adapun untuk mempersiapkan pekerja generasi berikutnya dalam era keterampilan digital, Google memberikan dukungan melalui platform filantropinya, Google.org, kepada inisiatif Bebras Indonesia yang ingin menanamkan pola pikir komputasi kepada siswa serta para guru di sekolah dasar dan menengah,” tulis Google Indonesia dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas, Rabu (31/3/2021).
Untuk memberikan akses digital kepada semua orang, program Women Will juga membantu lebih dari 550.000 wanita Indonesia dalam memanfaatkan teknologi guna memulai bisnisnya sendiri sekaligus mengajari remaja tentang pengamanan daring demi inklusivitas dan keamanan lingkungan yang lebih baik.
Sementara itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan keahlian digital tenaga kerja Indonesia, salah satunya dengan program Kartu Prakerja. Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan, program Kartu Prakerja bertujuan meningkatkan kompetensi, produktivitas, daya saing, dan kewirausahaan angkatan kerja.
”Apalagi, akibat pandemi, digitalisasi dan otomasi terjadi lebih cepat dan mengubah pasar kerja,” kata Denni (Kompas, 31/3/2021).
Publikasi Bank Dunia Insights from the Covid-19 Digital Merchant Survey pada Maret 2021, keahlian yang paling dibutuhkan dalam perkembangan bisnis digital adalah keterampilan digital, penjualan dan pemasaran, serta jasa logistik. Oleh karena itu, menurut Denni, persiapan harus dilakukan sejak sekarang.
Hal itu sejalan dengan Laporan Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Tahun 2020. Dari delapan pelatihan yang paling diminati, dua di antaranya berhubungan langsung dengan keahlian digital dan teknologi, yaitu strategi penjualan dan pemasaran digital serta teknologi informasi, yaitu komputer dasar dan AutoCAD.
Laporan tersebut mencatat, selama tahun 2020, sebanyak 43,8 juta orang mendaftar dan 5,5 juta orang menjadi penerima Kartu Prakerja. Total jumlah pelatihan yang tersedia mencapai 1.701 modul dengan setiap peserta mengambil 1-2 pelatihan. Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, 88,92 persen peserta Kartu Prakerja sukses meningkatkan keterampilan.