Bahagia Pun Tetap Waspada Menyambut Belajar Tatap Muka...
Pembelajaran tatap muka di Kabupaten Batang, Jateng, dilakukan terbatas di desa-desa zona hijau penularan Covid-19. Semua menyambut gembira. Namun, kewaspadaan tetap dijaga dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
Oleh
KRISTI D UTAMI
·5 menit baca
Setelah hampir setahun pembelajaran daring sebagai bagian dari ikhtiar memutus penyebaran Covid-19, Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa (9/3/2021), kembali membuka sekolah-sekolah. Meski baru dilakukan di wilayah zona hijau, kebijakan itu disambut sukacita. Namun, sambil tetap waspada.
Matahari belum juga terbit, Aira Dewi (6) sudah bangun dari tidurnya. Padahal, biasanya ia baru bangun sekitar pukul 08.00. Siswi SD Negeri Simbangdesa 01, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, itu tak sabar menyambut hari pertama belajar di sekolah.
”Senang bisa belajar di sekolah, pakai seragam. Rasanya deg-degan, tidak sabar mau bertemu teman-teman dan ibu guru,” kata Aira saat ditemui sebelum berangkat sekolah, Selasa pagi.
Setelah mandi dan sarapan, Aira mematut diri di depan cermin. Sembari becermin, ia memasang masker biru hingga menutupi mulut dan hidungnya, lalu merapikan jilbabnya.
Beberapa kali, murid kelas I SD itu memutar badan memastikan seragam putih merah yang dipakainya rapi. Warna seragam Aira masih tampak cerah. Maklum, seragam itu baru sekali dipakai saat masa pendaftaran siswa baru pada Juni 2020.
Sesampainya di sekolah, Aira langsung dicek suhu badannya, kemudian diminta mencuci tangan. Setelah itu, ia langsung berlari kecil menuju ke kelasnya.
Di depan kelas, sudah ada Dina Azizah (7) yang menunggu Aira. Begitu melihat Aira, Dina langsung membentangkan tangannya, berusaha memeluk Aira. ”Eh, lagi korona tidak boleh pelukan,” tutur Aira sembari tertawa kecil.
Kemudian, Aira dan Dina masuk ke dalam kelas untuk melanjutkan obrolan. Selama mengobrol, keduanya duduk di kursi masing-masing. Jarak duduk mereka diatur sekitar 2 meter.
Antusiasme serupa terlihat di SD Negeri Randu 01, Kecamatan Pecalungan. Anandita Indah (8), siswa kelas III di sekolah itu, juga datang ke sekolah dengan bersemangat. Masker kain yang menutupi separuh wajahya tak bisa menyembunyikan raut bahagia yang terpancar dari sorot matanya.
Anandita mengaku tidak sabar ingin segera belajar di sekolah. Ia sudah sangat jenuh belajar di rumah karena sulit berkonsentrasi. ”Kalau di rumah banyak godaan, kadang penginnya cuma nonton TV atau main. Kalau ada pelajaran yang tidak dimengerti, saya juga bingung mau tanya siapa karena ibu tidak selalu bisa menjelaskan,” ujarnya.
Anandita mengaku tidak sabar ingin segera belajar di sekolah. Ia sudah sangat jenuh belajar di rumah karena sulit berkonsentrasi.
Anandita menuturkan, dirinya sudah menyimpan sejumlah pertanyaan terkait materi pembelajaran yang akan ditanyakan kepada gurunya. Pertanyaan itu adalah pertanyaan yang selama ini tidak bisa dijawab oleh ibunya saat mendampingi Anandita belajar di rumah.
Sejumlah orangtua murid juga menyambut gembira kebijakan kembali belajar di sekolah di Kabupaten Batang. Para orangtua mengaku tidak tega melihat anak-anak mereka kehilangan semangat belajar.
”Kalau di rumah, anak saya tidak semangat belajar. Fokus belajarnya juga kurang, sampai kadang-kadang baru bisa mengumpulkan tugas pada malam hari. Kalau terus-terusan begini, saya khawatir prestasinya turun,” kata Winoto (39), orangtua siswa SD Negeri Simbangdesa 01.
Orangtua lain, Haryanti (30), juga senang anaknya bisa kembali belajar di sekolah. Namun, Haryanti waswas jika anaknya terpapar Covid-19 saat belajar di sekolah. Untuk menekan risiko paparan Covid-19, Haryanti mewanti-wanti anaknya untuk selalu waspada dengan memakai masker, menjaga jarak dari orang lain, dan rajin membersihkan tangan.
”Begitu sampai di rumah, anak akan langsung saya suruh mandi. Seragam yang dipakai hari ini juga akan langsung dicuci. Semoga saja aman,” ucapnya.
Selain siswa dan orangtua, para guru pun senang bisa kembali menjalani pembelajaran tatap muka. Melalui kegiatan tersebut, mereka bisa kembali melihat siswa-siswanya secara langsung, tidak sebatas lewat layar ponsel atau komputer jinjing.
”Saya senang sekali dengan adanya pembelajaran tatap muka. Rasanya sama dengan waktu kita mau ketemu teman-teman atau keluarga di hari Lebaran,” tutur Lilik Kholifah, guru SD Negeri Simbangdesa 01.
Sehari sebelum pembelajaran tatap muka, Lilik mengaku sudah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, dan daftar presensi. Ia juga sudah menyiapkan sejumlah permainan yang akan diselipkan di sela-sela pembelajaran untuk menambah semangat siswa-siswinya.
SKB menteri
Sedianya, pembelajaran tatap muka di Batang sudah dimulai Senin (8/3/2021) pagi. Rencana tersebut ditunda menjadi hari Selasa karena Senin adalah hari terakhir pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro.
Bupati Batang Wihaji mengatakan, pihaknya memutuskan menggelar pembelajaran tatap muka setelah menerima surat keputusan bersama (SKB) empat menteri terkait pembelajaran tatap muka yang dikeluarkan Januari lalu. Dalam surat tersebut, kepala daerah di kabupaten atau kota diberi kewenangan menggelar pembelajaran tatap muka di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama.
Di sela-sela tinjauannya ke sejumlah sekolah, Bupati Batang Wihaji menekankan, hanya sekolah di desa zona hijau yang boleh menyelenggarakan belajar tatap muka. Desa zona hijau yang dimaksud adalah desa yang nol kasus Covid-19.
Di Batang, 292 sekolah dari total 454 sekolah dasar diizinkan menggelar pembelajaran tatap muka karena berada di desa zona hijau. Pada tingkat sekolah menengah pertama, terdapat 31 dari 57 sekolah yang boleh menggelar pembelajaran tatap muka.
”Siswa atau guru yang berasal dari zona merah juga sama sekali tidak boleh mengikuti pembelajaran tatap muka. Begitu ada siswa atau guru yang positif Covid-19, seluruh pembelajaran tatap muka akan dihentikan dan kembali belajar daring dari rumah. Tapi, saya berharapnya tidak ada (yang positif Covid-19),” kata Wihaji.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Batang Achmad Taufiq mengatakan, seluruh sekolah yang diizinkan menggelar pembelajaran tatap muka sudah diberi petunjuk teknis tentang standar protokol kesehatan. Sekolah-sekolah tersebut diwajibkan menyediakan sarana penunjang penerapan protokol kesehatan, seperti masker cadangan, tempat mencuci tangan atau gel pembersih tangan, dan alat pengukur suhu.
Untuk jaga jarak, tempat duduk siswa diberi sela satu sama lain, masing-masing 1,5 meter. Jumlah siswa yang boleh masuk dalam sehari pun dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas kelas.
”Pembelajaran tatap muka ini digelar Senin-Sabtu. Dalam sehari, waktunya dibatasi pukul 07.30-10.30,” kata Taufiq.
Menurut Taufiq, para siswa juga diwajibkan membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Hal ini untuk mencegah potensi penularan Covid-19 dengan mengurangi interaksi terhadap orang atau benda-benda lain. Berkaitan dengan hal itu, orangtua dilarang memberikan uang saku supaya siswa tidak perlu jajan di luar.
Pada hari pertama, penerapan protokol kesehatan dalam pembelajaran tatap muka cukup ditaati. Pekerjaan rumah selanjutnya adalah menjaga konsistensi. Dengan kewaspadaan tinggi, siswa, guru, dan warga sekolah yang girang menyambut pembelajaran tatap muka, bisa selamat dari pagebluk.