Sejumlah negara mulai membuka kembali sekolah secara nasional seiring semakin massifnya vaksinasi Covid-19 dan menurunnya kasus Covid-19. Namun kalangan guru khawatir sekolah belum aman dibuka kembali.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Vaksinasi Covid-19 secara massif kepada masyarakat memberikan harapan sekolah dapat dibuka kembali dengan lebih aman. Didukung penurunan kasus Covid-19, sejumlah negara pun mulai membuka sekolah secara nasional.
Pembukaan sekolah diharapkan mencegah kerugian yang lebih besar lagi akibat penutupan sekolah, dan memperbaiki kerugian pembelajaran selama pandemi ini. Meskipun begitu, sekolah tidak akan bisa normal kembali seperti sebelum pandemi, pembukaan sekolah tetap mengacu protokol kesehatan yang ketat.
Inggris, misalnya, membuka kembali sekolah dan kampus secara nasional mulai Senin (8/3/2021). Siswa, guru, dan orangtua akan rutin dites Covid-19 untuk memastikan pembelajaran tatap muka di sekolah dapat berlangsung dengan aman.
Sekretaris Negara Pendidikan Inggris Gabin Williamson sebagaimana dikutip BBC pada Minggu (7/3) mengatakan, pemerintah mempertimbangkan memperpanjang jam sekolah dan memperpendek libur sekolah untuk membantu siswa mengejar ketertinggalan belajar. Pemerintah mengalokasikan 700 juta poundsterling untuk membantu siswa mengejar ketertinggalan belajar.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (SDC) juga merekomendasikan sekolah dapat dibuka kembali dengan aman. Hal ini seiring vaksinasi Covid-19 yang terus meningkat dan penurunan kasus Covid-19 di Amerika.
Namun berbeda dengan pemerintah, kalangan guru baik di Inggris maupun di Amerika mengkhawatirkan pembukaan sekolah saat ini akan memicu merebaknya kasus Covid-19. Meski menurun, kasus Covid-19 masih tinggi.
Selain itu guru di Amerika bukan termasuk sasaran prioritas vaksin Covid-19. Karena itu guru-guru di Chicago misalnya, memilih tetap tidak datang ke sekolah dengan alasan belum ada jaminan keamanan dari paparan Covid-19.
Persatuan Pendidikan Nasional (NEU) Inggris pun menyarankan pembukaan kembali sekolah secara bertahap. Aliansi serikat guru dan kepala sekolah memperingatkan bahwa pengiriman kembali 10 juta anak dan staf sekolah pada saat yang sama ke sekolah berisiko memicu gelombang baru kasus Covid-19. Sebagaimana di Amerika, guru di Inggris juga tidak masuk prioritas mendapatkan vaksin Covid-19.
Perdebatan
Terkait keamanan jika sekolah dibuka kembali di tengah kasus Covid-19 terus menjadi perdebatan. Mengutip penelitian yang dipublikasi di Jurnal JAMA, peneliti CDC sebagaimana dikutip NBCNews pada 28 Januari 2021 mengatakan, sekolah tidak berkontribusi dalam penyebaran kasus Covid-19 di masyarakat sehingga aman dibuka kembali.
Di Inggris, Kantor Statistik Nasional pun menunjukkan bahwa guru tidak memiliki risiko infeksi yang lebih tinggi daripada orang-orang usia kerja lainnya. Pasca penguncian (lock down) nasional kedua di Inggris pada November 2020 pun, kasus Covid-19 turun sekalipun sekolah dibuka.
Namun pemodelan pasca varian baru Covid-19 dari Inggris menunjukkan, membuka kembali sekolah dapat meningkatkan angka reproduksi (R) Covid-19 dari 0,8 menjadi 1,1-1,5. Hal ini menunjukkan bahwa kasus Covid-19 mulai tumbuh dan kemungkinan akan meningkat.
Para peneliti di London School of Hygiene and Tropical Medicine dalam publikasi mereka pada 15 Februari 2021 menyebutkan, pembukaan kembali sekolah sebagian, yaitu hanya sekolah dasar atau sekolah menengah, akan menghasilkan kenaikan angka R yang lebih rendah. Meskipun begitu, sekolah tetap berpeluang untuk menularkan virus korona baru.
Di Indonesia, kalangan guru meminta pemerintah tidak terburu-buru membuka kembali sekolah mulai tahun ajaran 2021/2022 Juli mendatang.
Di Indonesia, kalangan guru meminta pemerintah tidak terburu-buru membuka kembali sekolah mulai tahun ajaran 2021/2022 Juli mendatang. Kasus Covid-19 masih tinggi, vaksinasi untuk guru pun belum merata bahkan banyak guru yang belum mendapatkan informasi bagaimana caranya mendapatkan vaksin tersebut.
Kepala Bidang Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri mengatakan mendapatkan banyak keluhan dari guru-guru di daerah. Guru-guru dari Kabupaten Kepulauan Simeulue, Aceh; Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dan Kabupaten Sangihe, Sulawesi Utara menyatakan belum ada guru yang divaksin Covid-19. Bahkan di Simeulue para guru belum mendapatkan informasi resmi terkait vaksinasi ini.
Di DKI Jakarta pun, menurut Ketua P2G DKI Jakarta Fandi Fuji Hariansah, vaksinasi Covid-19 untuk guru masih lambat. Fandi juga tak tahu harus ke mana untuk mendapatkan vaksin Covid-19 karena hingga kini belum ada sosialisasi soal itu.
Protokol kesehatan
Secara terpisah, Komisioner bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia Retno Listyarti mengatakan, kalaupun semua guru telah mendapatkan vaksin, tidak menjamin sekolah aman dibuka kembali. Kekebalan kelompok belum terbentuk karena siswa belum mendapatkan vaksin, padahal jumlah siswa lebih dari 10 kali jumlah guru.
Karena itu, infrastruktur dan standar operasional prosedur protokol kesehatan menjadi syarat mutlak jika sekolah hendak dibuka kembali. berdasarkan pemantauan KPAI, masih ada sekolah yang belum memenuhi persyaratan tersebut meski pemerintah telah menganjurkan melalui surat kesepakatan bersama empat menteri pada November 2020.
Retno mengatakan, ada sekolah yang infrastruktur kesehatannya masih minim, misalnya tempat cuci tangan masih terbatas, petunjuk-petunjuk untuk melaksanakan protokol kesehatan juga masih minim. Sekolah tersebut juga belum menyosialisasikan protokol kesehatan ke siswa dan orangtua siswa. Pemerintah menetapkan ada 15 indikator atau daftar periksa yang harus dipenuhi sekolah sebelum menyelenggarakan pembelajaran tatap muka.