Pelajar SMP Terjangkit, Surabaya Tunda Pembelajaran Tatap Muka
Hasil tes usap memperlihatkan Covid-19 menjangkiti puluhan pelajar SMP di Surabaya, Jawa Timur, sehingga memaksa penundaan rencana pembelajaran tatap muka untuk mencegah penularan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menunda pembelajaran tatap muka yang direncanakan dimulai Desember 2020. Penundaan terkait dengan wabah Covid-19 yang ternyata menjangkiti kalangan pelajar SMP yang diketahui dari pelaksanaan tes usap.
Tes usap merupakan persiapan persekolahan kembali setelah pelajar belajar secara daring akibat pandemi Covid-19. Uji ini berlangsung kurun Rabu-Sabtu atau 25-28 November 2020 terhadap 3.627 siswa-siswi kelas IX di 17 SMP negeri dan swasta yang ditunjuk sebagai lokasi uji coba rencana pembelajaran tatap muka.
Tes usap dilaksanakan terhadap peserta didik SMP Negeri 1, 2, 3, 10, 12, 15, 19, 26, 28, 46, dan 61, SMP 17 Agustus 1945, Al Hikmah, Giki 2, Kristen YBPK 1, Santa Maria, dan Santo Carolus. Dari tes usap itu diketahui ada 36 pelajar yang positif terjangkit Covid-19. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya sedang menelusuri jejak kontak para pelajar itu untuk mencari jawaban dari mana siswa siswi itu tertular virus korona jenis baru.
”Karena ada siswa-siswi yang positif, tentu harus dievaluasi kembali rencana pembelajaran tatap muka, harus ditunda,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Senin (30/11/2020).
Tes usap terhadap para pelajar merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa yang telah dilakukan terhadap para guru dan tenaga pendidikan SD dan SMP dua hari lalu atau Senin (23/11/2020). Tes usap perlu dilaksanakan sebagai tahap awal untuk pelaksanaan persekolahan dalam masa adaptasi kebiasaan baru atau normal baru (new normal).
Karena ada siswa siswi yang positif tentu harus dievaluasi kembali rencana pembelajaran tatap muka, harus ditunda. (Tri Rismaharini)
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita menambahkan, siswa siswi yang positif itu telah diisolasi dan seluruh keluarga menjalani tes usap. Sejauh ini, belum ada pelajar yang sampai memerlukan perawatan intensif sebagai pasien Covid-19.
Berdasarkan laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ yang dikelola oleh Pemprov Jatim, wabah sejak pertengahan Maret telah menjangkiti 61.883 warga Jatim. Secara akumulatif, pagebluk mengakibatkan kematian 4.407 jiwa. Sebanyak 54.490 pasien berhasil sembuh. Sampai Senin ini, masih ada 2.986 pasien yang dirawat.
Situs juga memperlihatkan situasi di Surabaya dengan posisi akumulatif kasus bahwa Covid-19 telah menjangkiti 16.898 orang atau 27,3 persen dari kasus se-Jatim. Wabah telah mengakibatkan kematian 1.209 jiwa warga Surabaya atau 27,4 persen dari total fatalitas di Jatim.
Kesembuhan di Surabaya mencapai 15.613 pasien atau 28,6 persen dari keberhasilan se-Jatim. Pasien yang dirawat 76 orang atau 2,5 persen dari total pasien perawatan di Jatim.
Di Surabaya telah dilaksanakan tes usap dengan total spesimen 275.063 sampel atau 48,5 persen dari 567.072 total spesimen tes usap se-Jatim. Kemudian, telah dilaksanakan tes cepat serologi dengan cakupan 182.937 sampel atau 18,7 persen dari 977.244 spesimen tes cepat serologi di Jatim.
Secara umum, wabah Covid-19 di Jatim belum ada tanda mereda bahkan terindikasi meningkat. Situasi ini terlihat dari penambahan harian kasus baru dari sebelumnya dalam kisaran 168-289 pasien menjadi berkisar 295-480 pasien.
Penambahan kasus baru harian 168-289 pasien terjadi kurun 1-17 November 2020, sedangkan 18-30 November 2020 terjadi penambahan baru berkisar 295-480 pasien. Jumlah 295 pasien baru atau terendah dalam dua pekan terakhir terjadi pada Minggu (22/11/2020), sedangkan yang tertinggi atau 480 pasien terjadi pada Rabu (18/11/2020).
Menurut peta risiko, Lumajang menjadi satu-satunya di antara 38 kabupaten/kota di Jatim yang berstatus zona risiko tinggi penularan dengan warna merah. Kenaikan status di Lumajang terjadi sejak Minggu (15/11/2020) dan masih bertahan.
Kenaikan kasus tertinggi di Lumajang sebanyak 100 orang dari biasanya 0-20 pasien baru dalam bulan ini. Sebelas daerah dengan risiko rendah ialah Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, Kabupaten Madiun, Pacitan, Tulungagung, Bondowoso, dan Kabupaten Pasuruan. Sebanyak 26 kabupaten/kota lainnya risiko sedang dengan warna jingga.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 terus berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi. Bupati dan wali kota se-Jatim diminta mengetatkan penerapan protokol kesehatan.
Jangan kendur
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengingatkan masyarakat jangan mengendurkan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan aparat tidak boleh kendur dalam pengawasan.
Rencana penundaan pembelajaran tatap muka merupakan kebijakan yang strategis dan bagus. Surabaya diharapkan bisa lebih ketat dalam penerapan protokol melalui operasi yustisi, razia, hingga pembatasan sosial dan perlu diikuti oleh kabupaten/kota lain di Jatim.
Pada prinsipnya, pencegahan wabah Covid-19 akan efektif ketika masyarakat disiplin menerapkan protokol bahkan membatasi aktivitas. Setiap orang amat disarankan jaga jarak minimal 2 meter dari lainnya dan memakai masker. Pemakaian masker dan jaga jarak diyakini mencegah penularan sampai 95 persen.
Karakteristik virus korona terutama menular dari percikan cairan tubuh dari mulut. Selain itu, yang berbahaya penularan dari orang tanpa gejala dan tidak menyadari terjangkit Covid-19. Untuk mengetahui kasus-kasus di bawah permukaan, tidak ada jalan lain kecuali memperluas cakupan tes usap yang kecuali Surabaya, daerah lainnya di Jatim amat rendah.
”Perlu diingatkan terus, kalau kasus akumulatif di suatu daerah kecil dan cakupan tes usap rendah itu berarti situasinya semu,” kata Windhu.