Wabah Covid-19 di Jawa Timur belum ada tanda mereda, bahkan terindikasi meningkat. Situasi terlihat dari penambahan harian kasus baru dari sebelumnya dalam kisaran 168-289 pasien menjadi berkisar 295-480 pasien.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wabah Covid-19 di Jawa Timur belum ada tanda mereda, bahkan terindikasi meningkat. Situasi terlihat dari penambahan harian kasus baru dari sebelumnya dalam kisaran 168-289 pasien menjadi berkisar 295-480 pasien.
Menurut laman resmi https://covid19.go.id/peta-sebaran dan http://infocovid19.jatimprov.go.id/, penambahan kasus baru harian 168-289 pasien terjadi kurun 1-17 November 2020. Adapun krun 18-29 November 2020 terjadi penambahan baru berkisar 295-480 pasien. Jumlah 295 pasien baru atau terendah dalam hampir dua pekan terakhir terjadi pada Minggu (22/11/2020), sedangkan yang tertinggi atau 480 pasien terjadi pada Rabu (18/11/2020).
Seminggu terakhir, penambahan kasus harian di Jatim ialah 365, 354, 402, 390, 428, 453, dan 412 pasien baru terjangkit Covid-19. Secara akumulatif atau sejak pertengahan Maret 2020, pagebluk telah menjangkiti 61.483 warga dengan rincian kesembuhan 54.171 pasien, kematian 4.375 jiwa, dan perawatan bagi 2.937 pasien.
Menurut peta risiko, Lumajang menjadi satu-satunya di antara 38 kabupaten/kota di Jatim yang berstatus zona risiko tinggi penularan dengan warna merah. Kenaikan status di Lumajang terjadi sejak Minggu (15/11/2020) dan hingga dua pekan berjalan belum ada perubahan.
Kenaikan kasus tertinggi di Lumajang sebanyak 100 orang dari biasanya 0-20 pasien baru dalam bulan ini. Sebelas daerah dengan risiko rendah ialah Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, Kabupaten Madiun, Pacitan, Tulungagung, Bondowoso, dan Kabupaten Pasuruan. Sebanyak 26 kabupaten/kota lainnya berisiko sedang dengan warna jingga.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 terus berkoordinasi dengan kabupaten/kota untuk meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi. Bupati dan wali kota se-Jatim diminta mengetatkan penerapan protokol kesehatan.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, meyakini, lonjakan kasus baru terkait dengan masyarakat mengendurkan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan aparat agak kendur dalam pengawasan.
”Sulit dipastikan pergerakan masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan,” kata Windhu.
Pada prinsipnya, pencegahan wabah Covid-19 akan efektif ketika masyarakat disiplin menerapkan protokol, bahkan membatasi aktivitas. Setiap orang amat disarankan jaga jarak minimal 2 meter dari lainnya dan memakai masker.
Sulit dipastikan pergerakan masyarakat disiplin menerapkan protokol kesehatan. (Windhu Purnomo)
Pemakaian masker dan jaga jarak diyakini mencegah penularan sampai 95 persen. Karakteristik virus korona terutama menular dari percikan cairan tubuh dari mulut. Selain itu, yang berbahaya penularan dari orang tanpa gejala.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Surabaya Brahmana Askandar mengingatkan, gugus tugas dan masyarakat diharapkan untuk lebih ketat lagi menerapkan protokol kesehatan. Di Surabaya, data tingkat penularan memperlihatkan kenaikan.
Penularan meningkat
Brahmana mengungkapkan, tingkat penularan terkini atau Minggu 20,2 yang berarti satu di antaranya lima orang yang menjalani tes usap ternyata positif Covid-19. Sehari sebelumnya, tingkat penularan 14,5. Dua hari lalu 14,7, tiga hari lalu 12,8, dan empat hari lalu 12,6.
Meski tidak lagi berstatus zona risiko tinggi tetapi sedang, secara akumulatif, Surabaya masih menjadi episentrum wabah di Jatim. Tercatat 16.851 kasus Covid-19 di Jatim ada di Surabaya dengan rincian 1.207 jiwa meninggal, 15.575 pasien berhasil sembuh, dan 69 orang masih dirawat.
”Saya meminta masyarakat dan aparatur kembali meningkatkan kewaspadaan dan penerapan protokol kesehatan harus secara ketat. Semisal, di setiap acara tak ada lagi makan bersama, tetapi konsumsi sebaiknya sudah dikemas dalam kotak,” kata Brahmana.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini merespons antisipasi lonjakan dengan menginstruksikan seluruh organisasi perangkat daerah di pemerintahan untuk mengadakan operasi disiplin protokol sesuai kewenangan tugas dan kompetensi.
”Virus korona belum benar-benar hilang, maka warga wajib menaati protokol kesehatan. Hindari kerumunan, jaga jarak, dan tetap pakai masker. Tidak ada larangan beraktivitas di luar rumah, tetapi jangan abai protokol kesehatan, semua demi keselamatan bersama,” ujar Risma.
Sementara beberapa gereja Katolik di Keuskupan Surabaya sudah menggelar uji coba misa adaptasi kebiasaan baru. Penyelenggaran misa lebih singkat dan umat yang ikut misa hanya 25 persen dari kapasitas gereja.
Gereja Roh Kudus Surabaya, hari Minggu ini, menggelar tiga kali misa termasuk misa komuni pertama bagi 80 anak pada sore hari. Protokol kesehatan benar-benar dijalankan sepanjang misa berlangung mulai tiba di kompleks gereja, saat misa, dan usai misa.
Umat yang hadir di gereja adalah mereka yang mendapat giliran dan wajib membawa kartu pengenal yang sudah diterbitkan oleh panitia. ”Peserta misa dibatasi berumur 12 tahun hingga 60 tahun, dan wajib mengisi assessment kesehatan via Google Form,” kata Kepala Paroki Roh Kudus Surabaya Dominikus Beda Udjan SVD.