Berburu Harimau Lepas yang Menerkam Penjaga
Pukul 18.00 muncul suara riuh dari lembah. Tim berhasil menangkap Tora, harimau Benggala yang lepas dari kandang dan menerkam penjaga hingga tewas. Sementara Eka, harimau lain yang juga lepas, terpaksa ditembak mati.
Dua harimau koleksi kebun binatang Sinka Zoo di Singkawang, Kalimantan Barat, lepas dari kandangnya, Jumat (5/2/2021) sore. Akibatnya, seorang penjaga hewan tewas diterkam salah satu harimau.
Peristiwa yang bikin geger ini sudah pasti harus saya liput. Sekaligus ini akan menjadi pengalaman pertama saya meliput pencarian harimau yang lepas dari kandang. Suasana tegang bercampur penasaran menyelimuti selama liputan. Benar-benar tak terlupakan.
Harimau yang lepas itu bernama Eka dan Tora dari jenis Benggala. Khusus Tora, termasuk harimau Benggala berbulu putih alias harimau putih. Lepasnya kedua harimau akibat longsor yang menciptakan lubang besar di dekat kandang. Kedua harimau pun leluasa kabur. Longsor terjadi akibat hujan deras yang mengguyur selama beberapa hari sebelumnya. Ini diungkapkan Elka, pengelola Sinka Zoo.
Longsor itu menciptakan lubang yang cukup besar di kandang harimau dan akhirnya menyebabkan kedua harimau kabur.
Hari Jumat malam saya belum bisa langsung ke lokasi karena jaraknya dari Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, lumayan jauh, sekitar 151,5 km. Selain itu, saya belum tahu banyak kondisi lapangan dan teknis liputan kasus seperti ini. Baru pertama kali ini saya meliput harimau yang lepas dari kandang.
Meskipun terlahir di Kalimantan dan sejak kecil terbiasa berjalan di hutan dan perbukitan, hampir tidak pernah saya mendengar ada orang di sini yang berjumpa harimau. Dengan begitu, saya berpikir tidak bisa asal berangkat tanpa memperhitungkan situasi. Setidaknya saya perlu mengumpulkan sedikit gambaran.
Untuk menghimpun informasi awal, saya menghubungi Elka, pengelola Sinka Zoo dan Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Singkawang Suparto.
Baca juga: Dua Harimau Sinka Zoo Singkawang Lepas, Seorang Pawang Tewas
Berita pertama terkait dengan harimau yang lepas, saya susun dari hasil mengumpulkan informasi dari pihak-pihak terkait melalui sambungan telepon. Selain mendapat informasi awal tentang peristiwa, saya pun mendapat gambaran terkait dengan situasi di lapangan.
Keesokan harinya, Sabtu (6/2/2021) pagi, saya meluncur ke lokasi agar bisa melihat langsung kondisi di lapangan dan menggambarkannya dalam tulisan. Perjalanan darat dengan bermobil ke Singkawang saya tempuh sekitar tiga jam. Saya sengaja menggunakan mobil sebagai antisipasi jika berjumpa dengan harimau di jalan, mobil bisa menjadi tempat berlindung.
Lebih kurang lebih 5 km menjelang pintu masuk Sinka Zoo, saya mengisi ”kampung tengah” terlebih dulu di warung terdekat. Sebab, saya tidak tahu akan berapa lama berada di lokasi itu. Kesempatan ini juga saya manfaatkan untuk menghubungi rekan-rekan jurnalis setempat yang sudah lebih dulu tiba di lokasi.
Baca juga: Belajar Berbagi dan Menjadi Tangguh di Tengah Bencana
Sekitar pukul 13.00, tibalah saya menuju pintu masuk Sinka Zoo. ”Mau ke mana Bang?” tanya penjaga pintu gerbang pertama. ”Mau liputan ke dalam dan wawancara pemangku kebijakan di dalam Bang,” ujar saya.
Penjaga itu mempersilakan masuk dengan catatan saya tidak membuka kaca mobil demi keamanan. Di kanan kiri jalan tampak persawahan dan hutan. Petani masih terlihat beraktivitas menggarap lahannya.
Sekitar 10 menit kemudian, saya memasuki pintu gerbang kedua yang juga dijaga petugas. Mau ke mana, Bang?” tanya penjaga itu.
”Mau liputan ke dalam, Bang. Sekalian wawancara tim gabungan di lokasi,” ujar saya.
”Apakah sudah dapat izin?” lanjutnya.
”Sudah. Teman-teman jurnalis juga sudah banyak, kok, di atas,” jawab saya.
Saya sempat menelepon salah satu jurnalis di lokasi untuk meyakinkan si penjaga pintu gerbang. Akhirnya, dia mengizinkan saya masuk menuju lokasi tim gabungan berbagai instansi terkait yang sedang mencari harimau.
”Silakan masuk, Bang. Tapi, kaca mobil jangan diturunkan demi keselamatan. Karyawan di sini saja sudah diliburkan semua demi keselamatan,” kata si penjaga.
”Oke Bang. Terima kasih,” ujar saya.
Baca juga: Acungan Senjata dan ”Rindu Dendam” di Myanmar
Saya masuk dan mulai melintasi jalan berkelok. Jalanan sepi karena kebun binatang ditutup untuk pengunjung. Di kawasan ini, yang terlihat di kanan kiri jalan adalah hutan. Pandangan saya tetap awas karena bisa saja tiba-tiba muncul harimau.
Suasana terasa semakin tegang. Saya memacu mobil lebih cepat sambil mengawasi petunjuk jalan. Jalanan mulai menanjak. Makin ke atas, pepohonan makin lebat dan suasana hutan semakin terasa. Pikiran saya terus dihantui kemungkinan bertemu harimau lepas itu di jalan sewaktu-waktu.
Lima menit kemudian, saya mulai melihat deretan mobil milik tim gabungan di salah satu pos. Tampak juga rekan-rekan jurnalis. Saya melambatkan mobil, lalu memarkirnya di tepi jalan dengan mata tetap waspada.
Sebelumnya, saya mendengar informasi bahwa Eka, salah satu harimau yang lepas, telah ditemukan pada pukul 09.00 dan terpaksa ditembak mati karena membahayakan petugas. Tim sebelumnya telah berupaya menembakkan obat bius, tetapi luput mengenai tubuh Eka.
Tim gabungan tinggal mencari Tora, harimau putih yang lepas. Saya lalu duduk sejenak sambil berbincang dengan rekan-rekan jurnalis. Tim belum bisa diwawancarai karena masih fokus mencari Tora.
Sambil bercakap-cakap, saya selalu mengedarkan pandang ke sekeliling untuk berjaga-jaga. Lokasi kami dekat dengan kandang hewan selain dekat dengan pantai. Di sekitarnya adalah hutan yang melingkupi wilayah perbukitan hingga lembah. Tora kemungkinan bersembunyi di hutan-hutan itu, entah di lembah ataupun di bukit.
Baca juga: Bertemu Para Malaikat Penolong di Lokasi Gempa Mamuju
Sekitar pukul 14.00, sebagian tim gabungan kembali ke hotel yang berjarak 2-3 menit bermobil dari lokasi itu untuk makan sejenak. Sebagian lainnya tetap tinggal di lokasi. Demi keamanan, jurnalis diminta ikut ke hotel.
Sekitar pukul 15.00, tim gabungan yang terdiri dari petugas TNI-Polri, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar, serta Sintang Orang Utan Center (SOC) kembali ke lokasi pencarian. Jurnalis kembali diajak serta.
Tora muncul
Beberapa rekan jurnalis ikut naik mobil bersama saya. Sebagian lainnya menumpang mobil lain. Sekitar tiga menit perjalanan, mobil tim yang berada di depan tiba-tiba berhenti. Tora melintas di jalan!
Tim gabungan segera menyiapkan tembakan bius. Setelah selintas menyeberang jalan, Tora kembali bersembunyi di hutan. Tim gabungan kemudian menyebar mencari Tora dengan saling melindungi satu sama lain.
Baca juga: Gagal Bertemu Messi di Camp Nou
Saya memutuskan tetap di dalam mobil dan hanya sesekali turun untuk memantau dan mengambil foto. Saya tidak berani melangkah terlalu jauh agar ketika terjadi situasi tak terduga, bisa segera berlindung di dalam mobil. Saat itu, kami berada dalam situasi yang sulit ditebak.
Tora bisa menghampiri dari arah mana saja. Kontur medan di sekitar kami yang berbukit menguntungkan posisi Tora. Jika ia berada di sebelah atas, bisa saja ia mengendap lalu melompat dan menyerang.
Bersikap waspada lebih diutamakan. Apalagi, menurut keeper (penjaga) harimau bernama Agus Alfian (51), Tora lebih buas dari Eka. Tora-lah yang menerkam penjaga satwa hingga tewas.
Sesekali Tora kelihatan di hutan lereng bukit. Tim mulai mendapatkan gambaran keberadaan Tora. Mereka menyelinap di antara semak belukar dan pepohonan untuk mencari Tora, menyusuri lembah hingga bukit.
Saya dan rekan-rekan jurnalis kemudian keluar dari mobil untuk menuju pinggir tebing. Di situ kami bisa melihat aktivitas tim gabungan yang sedang mencari Tora dari ketinggian.
Baca juga: Sakit Covid-19, Sedikit tetapi Nyelekit
Sayup-sayup terdengar Agus Alfian yang juga terlibat dalam tim pencarian meneriakkan nama Tora untuk memancing harimau putih itu mendekat. ”Tora... Tora... Tora!”. Menjelang pukul 17.00 angin bertiup cukup kencang. Dahan-dahan kayu terdengar bergesekan. Matahari mulai meredup. Namun, Tora belum juga tertangkap.
Yang ada di pikiran saya, jika angin kencang, bisa jadi tembakan obat bius meleset. Apalagi, jangkauan tembakan bius hanya sejauh 10 meter. Situasi bisa lebih sulit saat hari mulai gelap. Menurut penuturan sejumlah pihak, pandangan harimau justru sangat tajam dalam kelam malam. Sebaliknya, kondisi gelap akan membahayakan tim di lapangan.
Tora sepertinya sudah sulit dijinakkan oleh penjaganya. Dia mulai liar, sifat pemburunya keluar, seperti diungkapkan salah satu staf Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalbar saat kami berbincang.
Sekitar pukul 18.00, muncul suara riuh dari arah lembah. Satu per satu kami berlarian turun ke bawah. Kami menyusuri jembatan yang di sampingnya terdapat hewan-hewan koleksi Sinka Zoo. Cahaya mulai terbatas, kami harus bergerak cepat.
Ternyata tim yang berada di lembah berhasil menangkap Tora. Terlihat Tora sudah tak sadarkan diri akibat tembakan bius. Dengan gerak cepat, tim kemudian memasukkan Tora ke dalam mobil dan membawanya ke kandang sebelum ia kembali sadar.
Karena kapasitas mobil tim yang terbatas, saya dan beberapa jurnalis kembali ke mobil kami untuk menyusul tim ke kandang Tora. Agar cepat, kami menyelinap di antara pagar kayu dan berlari mendaki tebing sejauh 12 meter-20 meter dengan kemiringan 60-70 derajat hingga membuat napas tersengal-sengal dan kepala sedikit pusing.
Kami bergegas menuju kandang Tora dengan menyusuri jalan berkelok-kelok. Rekan jurnalis di sebelah saya kepalanya sampai pusing dibuatnya. ”Kepala ku pusing, Bang. Mual rasanya,” ujar rekan saya tersebut.
Baca juga: Foto Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 Berbuah Piala Adinegoro
Akan tetapi, sulit untuk mengejar mobil tim yang membawa Tora. Terlebih, kami kemudian dihadapkan dengan persimpangan sehingga bingung jalur mana yang harus diambil menuju kandang. Belum lagi ada ruas jalan yang masih tanah sehingga kami khawatir mobil bisa masuk, tetapi tidak bisa keluar.
Akhirnya kami kehilangan jejak. Saya dan teman-teman memutuskan kembali ke posko untuk menunggu keterangan pers.
Sekitar pukul 18.30, Kepala Kepolisian Resor Kota Singkawang Ajun Komisaris Besar Prasetiyo Adhi Wibowo dan Komandan Kodim (Dandim) 1202/Skw Letkol (Inf) Condro Edi Wibowo menggelar keterangan pers di posko seusai mengantarkan Tora ke kandangnya. Konferensi pers juga digelar di hotel oleh Kepala BKSDA Kalbar Sadtata, Kapolresta Singkawang, dan Dandim.
Baca juga: Tim Gabungan Berhasil Amankan Harimau Lepas di Singkawang
Setelah selesai, saya dan teman-teman jurnalis bergegas meninggalkan Sinka Zoo dan buru-buru kembali ke kota demi mencari sinyal untuk pengiriman berita. Sinyal di lokasi kurang memadai.
Selama sekitar 26 jam, tim gabungan mencari dua harimau yang lepas dari kandangnya. Berakhirlah ketegangan pengejaran dua harimau tersebut.