Kepergok Rombongan Sniper hingga Membelah Sungai Lahar Hujan Semeru
Tiba di sebuah lorong, begitu pintu dibuka, jantung serasa mau copot karena tempat itu dipenuhi para sniper atau penembak jitu yang bertugas mengamankan Wapres Amin.
Ikut serta dalam kunjungan kerja ke daerah bersama Presiden Joko Widodo maupun Wakil Presiden Ma'ruf Amin, selalu menyisakan kenangan tak terduga.
Kali ini, dalam kunjungan dua hari ke Provinsi Jawa Timur mendampingi Wapres Amin, pengalaman yang sulit dilupakan itu berwujud tak sengaja kepergok rombongan sniper hingga membelah sungai lahar hujan Gunung Semeru dengan minibus.
Pada hari ke dua kunjungan kerja di Jatim, Jumat (14/1/2022), pagi-pagi sekali Wapres Amin dengan didampingi Gubernur Jawa Timur dan rombongan terbatas terbang dari Surabaya menuju Kabupaten Lumajang menggunakan helikopter. Di sana, Wapres meninjau lokasi pembangunan hunian sementara (huntara) bagi korban terdampak erupsi Gunung Semeru di Desa Sumber Mujur, Kecamatan Candipuro.
Berbeda dari kunjungan kerja sebelumnya, kali ini wartawan tak lagi berkesempatan mencicipi perjalanan dengan helikopter karena keterbatasan kursi. Demi mengejar waktu, meski menginap di hotel yang sama dengan Wapres, rombongan wartawan harus berangkat pukul 03.00 dini hari dari Surabaya agar bisa tiba tepat waktu di Lumajang.
Terpisah dari rombongan utama Wapres Amin, seperti kata seorang teman, ”kasta” sesungguhnya wartawan pun harus kembali dikecap. Kemacetan lalu lintas yang tak bakal dirasakan jika bergabung dengan iring-iringan mobil Wapres kembali dialami ketika minibus yang kami naiki terjebak macet di pasar pisang di tepi jalan menuju Lumajang.
Kemacetan ternyata bukan ”batu sandungan” sesungguhnya. Di depan mata telah menanti pengalaman yang bikin dag-dig-dug berkat mengikuti panduan Google Maps yang tak memperbarui petanya dengan kondisi jalan maupun jembatan yang putus akibat lahar hujan Gunung Semeru.
Dilema pun menghinggapi rombongan karena untuk melewati rute terdekat rombongan harus menyeberangi sungai besar akibat ketiadaan jembatan yang hilang diterjang banjir lahar dingin.
Di peta tertulis ”Sungai Lahar Dingin”. Sungai beraliran deras ini mau tak mau harus dibelah oleh minibus yang turun menyeberang tanpa jembatan. selain wartawan, penumpang minibus lainnya saat itu adalah petugas humas Sekretariat Wakil Presiden. Semuanya segera saja menampakkan wajah tegang ketika minibus kami mulai meninggalkan jalan beraspal dan menuruni jalur turunan curam menuju sungai.
Baca juga: Wapres Tinjau Pembangunan Hunian Sementara Korban Erupsi Gunung Semeru
Perlahan minibus pun mulai memasuki sungai yang airnya mengalir deras. Dalam hati, terlantun doa semoga saat itu tidak ada hujan deras di wilayah hulu sungai yang bisa saja membawa limpahan material vulkanik sisa letusan Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 lalu.
Di sisi kiri minibus terdapat riam sangat deras karena perbedaan ketinggian sungai yang cukup tinggi. Di kanannya tampak truk-truk besar dengan pengemudi yang sibuk menggali pasir.
Menyeberangi sungai berarus deras selebar 100 meter dengan nama ”Sungai Lahar Dingin” di peta Google ini mau tak mau bikin ciut nyali. Begitu tiba di seberang, penumpang segera menghela napas lega, mengucap syukur, dan mulai bisa tertawa.
Perjalanan lantas berlanjut menuju hunian sementara bagi pengungsi Semeru. Apa boleh buat, jika tak nekat membelah sungai, bisa dipastikan kami harus memutar jalan dan tak akan sempat meliput kegiatan Wapres.
Baca juga: Telepon yang Menghantui Saat Menyelisik Penyelewengan Pupuk Bersubsidi
Penembak jitu
Tiap kali bepergian ke luar ibu kota, Wapres Amin dan rombongan selalu menjalani agenda yang super padat. Jangankan membeli buah tangan, tidur pun sering kali harus dilanjutkan di kendaraan seperti yang kami alami dalam perjalanan Surabaya-Lumajang. Belum lagi urusan ke ”belakang”. Di tengah tuntutan harus cepat berpindah dari satu tempat ke tempat lain, urusan ke toilet pun harus dimanajemen sepintar mungkin.
Seperti saat tiba di Pendopo Kabupaten Bangkalan di Jalan Letnan Abdullah 1 No 1, Bangkalan, Madura, yang masuk agenda hari pertama kunjungan, Kamis (13/1/2022). Pergi ke toilet pun menjadi hal utama yang harus segera kami lakukan sebelum acara Wapres Amin dimulai. Masalahnya, mencari hal sederhana seperti toilet di lingkungan yang keamanannya sudah steril bukan perkara mudah.
Baca juga: Industri Produk Halal Harus Terus Dikembangkan
Toilet umum yang biasanya mudah dicari dan digunakan sering kali tiba-tiba berubah dalam kondisi terkunci rapat demi alasan keamanan. Karena sudah seharian mengikuti aktivitas Wapres dan masih ada agenda panjang lainnya yang menanti, mau tak mau jalan berliku pun harus kami tempuh demi mencari toilet.
Berbekal arahan dari petugas, langkah kaki pun bergegas menyusuri pendopo. Saya dan dua wartawan lain yang ikut bersama rombongan Wapres Amin dari Jakarta kemudian mlipir dari ruang ke ruang di kompleks Kantor Bupati Bangkalan dan menyusuri lorong tersembunyi yang tak biasa dilalui tamu. Tiba di depan sebuah lorong, begitu pintu dibuka, jantung serasa mau copot karena tempat itu dipenuhi para sniper atau penembak jitu yang bertugas mengamankan Wapres Amin.
Baca juga: Sosok Misterius di Goa Karst
Mereka mengenakan seragam serba hitam plus rompi antipeluru, helm hitam, serta sebo yang menutupi wajah dan hanya menyisakan sepasang mata yang begitu sigap mengawasi. Meski sedang duduk berbaris, senjata laras panjang tetap dibopong dalam posisi siap siaga.
Rasa tegang tiba-tiba menghinggapi saat harus berjalan di lorong sempit yang hanya muat dilewati satu orang di depan barisan para sniper yang sedang duduk diam. Makin tegang ketika tak seorang pun dari penembak jitu itu yang menjawab ketika para wartawan bilang, ”Permisi”.
Ketegangan dan kesunyian di lorong sempit penuh sniper itu berlangsung cukup lama karena toilet berada di ujung lorong. Ruang toilet kecil yang pintunya bermasalah ini hanya bisa diakses oleh satu orang. Kami bertiga harus bergantian masuk. Salah satu yang berjaga di luar harus membantu mendorong pintu yang tak bisa dibuka dari sebelah dalam.
Usai dari toilet, kembali kami harus melewati para penembak jitu yang serupa patung karena tak saling bicara dan hanya duduk terdiam membawa senapan.
Ah, lega rasanya selepas dari lorong sempit itu. Para penembak jitu memang menjadi sosok yang wajib ada di dekat Presiden dan Wakil Presiden. Namun, kehadiran mereka biasanya selalu tak terlihat oleh siapa pun.
Baca juga: Lubang Peluru di Kamar Hotel Wamena
Pengamanan ketat
Pengamanan ketat di sekitar Presiden dan Wapres memang selalu terasa dalam setiap kunjungan kerja. Menginap di hotel yang sama dengan Wapres Amin di Surabaya, pengamanan ketat sudah terlihat sejak dini hari. Kali ini, rombongan wartawan sengaja datang satu hari lebih awal dari Wapres Amin sehingga kami bisa merasakan ketatnya pengamanan sebelum kedatangan wapres.
Pagi-pagi benar sebelum kehadiran Wapres Amin beserta Ibu Wury Ma'ruf Amin, Pasukan Pengaman Presiden sudah menyisir setiap sudut lobi hotel. Penampilan mereka mudah dikenali lewat busana batik senada dan dipadu dengan celana panjang kain berwarna hitam yang rapi tanpa lipatan. Tak hanya kursi atau sudut-sudut ruang, suvenir yang dijual di lobi hotel pun diperiksa satu per satu dengan detektor bom.
Kehadiran para penembak jitu di seputar hotel juga termasuk bagian dari pengamanan hotel. Ketika Wapres dan rombongan hadir di hotel, akses pintu utama hotel akan ditutup bagi tamu lainnya. Di lingkaran Wapres Amin selalu siap sedia para Paspampres dengan tas ransel besarnya.
Menurut salah satu pegawai di Kantor Sekretariat Wapres, ransel tersebut berisi semacam selimut antipeluru. Jika keamanan presiden atau wapres terancam, Paspampres akan segera menjadi pagar hidup. Mereka akan menyelimuti Wapres dari empat sisi guna menghindari kemungkinan serangan peluru. Demikian setidaknya yang diperagakan ketika Paspampres melakukan simulasi pengamanan di Kantor Setwapres.
Baca juga: Maksud Hati Mencari Pramudi, Apa Daya Dipepet Jambret
Pengamanan di setiap lokasi acara yang dihadiri Presiden dan Wapres juga tak kalah ketat. Sesaat sebelum pemimpin negara hadir, sinyal telepon segera diacak. Tak ada lagi sinyal telepon maupun internet di sekitar. Mereka yang hadir satu ruangan dengan Wapres Amin harus sudah terdata. Di masa pandemi Covid-19 ini, seluruh hadirin juga wajib tes usap PCR.
Pada setiap kunjungan kerjanya ke daerah, Wapres Amin hampir selalu singgah di pondok pesantren untuk bertemu para ulama atau menyempatkan ziarah ke makam. Tak sekadar temu kangen, kegiatan ini juga menjadi wujud kesetiaan KH Ma'ruf Amin dalam berkontribusi melestarikan kekayaan intelektual para ulama besar Nusantara dan mengukuhi budaya Islam Nusantara.
Berada di ruangan yang seharusnya kosong dari bahaya itulah, wartawan istana presiden maupun istana wakil presiden bakal menemukan pengalaman berharga yang mungkin tak banyak dikecap orang.
Ketika berkunjung ke Pulau Madura, Wapres Amin tak lupa berziarah ke makam ulama kharismatik Syaichona Moh Cholil di Desa Martajasah, Kecamatan Bangkalan. Ketika Wapres hadir di makam, tempat ziarah yang biasanya penuh sesak oleh para peziarah pun telah disterilkan hingga terlihat kosong melompong.
Dalam nuansa yang seolah kosong itulah sejatinya esensi pengamanan presiden dan wapres sedang dijalankan. Berada di ruangan yang seharusnya kosong dari bahaya itulah, wartawan istana presiden dan wakil presiden bakal menemukan pengalaman berharga yang mungkin tak banyak dikecap orang.