Suriah menerima lima artefak kuno dari sebuah lembaga privat di Lebanon. Suriah kini dalam upaya mengembalikan benda-benda bersejarah yang hilang akibat konflik.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, MINGGU — Lima artefak kuno Suriah dari abad ke-2 dan ke-3 sebelum Masehi kembali ke kampung halamannya. Suriah kini berupaya memulangkan artefak-artefak lain yang hilang.
Lima potongan artefak itu dikembalikan oleh kolektor dari lembaga swasta di Lebanon pada Kamis (20/1/2022). Kolektor Jawad Adra mengatakan, artefak itu diperolehnya dari rumah lelang di Eropa beberapa tahun silam, tepatnya sebelum perang di Suriah berkecamuk pada 2011. Ia menyebut pengembalian artefak ini sebagai ”inisiatif yang murah hati”.
”Potongan-potongan yang sebelumnya dipajang di Museum Nabu di Lebanon utara itu kini kembali ke tanah asli mereka,” ucap salah satu pejabat Suriah saat serah terima artefak di Museum Nasional Lebanon, Beirut.
Adapun menurut Duta Besar Suriah untuk Lebanon Ali Abdul Karim, mereka akan mengupayakan pengembalian artefak-artefak lain dari Museum Nasional di Beirut ke Suriah. Diskusi mengenai hal itu sedang dilakukan.
Potongan artefak yang kembali ke Suriah merupakan bagian dari patung-patung kapur dan batu pemakaman berukir zaman Romawi. Artefak itu berasal dari Palmyra, kota kuno di Suriah yang rusak akibat konflik beberapa tahun lalu.
Potongan-potongan yang sebelumnya dipajang di Museum Nabu di Lebanon utara itu kini kembali ke tanah asli mereka.
Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) pertama kali menguasai Palmyra pada 2015. Sejumlah monumen penting di sana rusak selama masa pendudukan NIIS, salah satunya Triumphal Arch. Artefak-artefak lain pun ikut rusak. Kota ini kembali jatuh ke tangan NIIS pada 2016.
Penjarahan
Selain perusakan, sejumlah artefak pun hilang dijarah para militan selama perang berlangsung bertahun-tahun di Suriah. Hal ini tidak hanya terjadi di Palmyra, tetapi juga museum. Suriah pun berupaya mengembalikan artefak-artefak yang hilang selama masa perang.
Pada 2019, sejumlah staf di sebuah museum di kota Raqqa, Suriah, menyembunyikan ribuan artefak di gudang dan bawah tanah. Tindakan itu menyelamatkan 1.097 artefak dari kelompok militan NIIS. Ribuan koleksi kuno itu meliputi, antara lain, koin dari berbagai era kuno, mosaik Islam dan Romawi, serta dekorasi masa Islam.
Mantan Direktur Jenderal Barang Antik dan Museum Suriah Maamoun Abdulkarim mengatakan, sebagian besar artefak ditemukan di gudang di luar Raqqa. Ia menambahkan, pihaknya sempat kehilangan harapan terhadap kelangsungan artefak-artefak tersebut. Namun, penemuan artefak ini merupakan kemenangan besar.
Selain itu, Suriah juga berupaya merestorasi artefak yang rusak selama perang. Patung Singa Al-Lat, misalnya, telah dipugar dan dipamerkan ke hadapan publik di Damaskus pada 2017.
Patung berusia 2.000 tahun tersebut sebelumnya rusak parah saat NIIS menguasai Palmyra pada 2015. Patung seberat 15 ton itu kemudian dipindahkan ke Damaskus untuk dipugar. Adapun pemugaran didanai oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
”Ini adalah patung yang luar biasa. Tidak ada lagi patung seperti itu di Palmyra,” kata Bartosz Markowski, arkeolog Polandia yang terlibat pemugaran. ”Hal ini merupakan simbol internasional Palmyra yang berada di depan museum. Setiap pengunjung ynag mengunjungi Palmyra dan museum pasti berfoto dengannya,” ujarnya. (REUTERS/AP)