Pemerintah menyatakan sebagian benda bersejarah yang raib dari Museum Lapawawoi di Kabupaten Bone, Sulsel, telah ditemukan. Kasusnya ditangani kepolisian.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian benda peninggalan Kerajaan Bone yang hilang dicuri dari Museum Lapawawoi, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, telah ditemukan. Benda-benda tersebut kini masih didata dan diselidiki polisi.
Hal tersebut dikonfirmasi Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Yudi Wahyudin, Rabu (19/1/2022). Benda-benda bersejarah itu kini ada di kantor polisi. Menurut rencana, sejumlah saksi akan dipanggil untuk dimintai keterangan besok.
”Kemungkinan besar belum semua benda ditemukan karena menurut informasi ada sebagian benda yang ditemukan. Benda-benda itu sedang dihitung jumlahnya dan diidentifikasi,” ucap Yudi.
Menurut catatan registrasi Museum Lapawawoi, ada 683 koleksi di museum itu. Belum jelas berapa jumlah benda yang hilang dari museum dan kini ditemukan. Adapun koleksi museum yang hilang, antara lain, bendera dan stempel kerajaan, koleksi koin dan lemari penyimpanannya, duplikat rambut Raja Bone Arung Palakka, serta naskah kuno dengan aksara Lontaraq.
Yudi mengatakan, menurut penelusuran polisi dan pihakBalai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan, pihak yang mengambil koleksi tersebut adalah mantan juru pelihara museum. Ia telah bekerja di museum selama tujuh tahun. Kontrak kerjanya habis pada awal Januari 2022.
Mantan juru pelihara museum tersebut selama ini tinggal di area belakang museum. Saat kontrak kerjanya habis, ia pun diminta untuk pindah. Menurut kabar yang beredar, ia merupakan keturunan Raja Bone. Yudi menambahkan, keberadaan mantan juru pelihara museum itu masih dicari.
Kepala Kepolisian Resor Bone Ajun Komisaris Besar Ardyansah, Senin (17/1/2022), mengatakan, kejadian ini masih diselidiki. ”Kami sudah minta keterangan beberapa saksi, di antaranya yang bekerja di sana dan yang tinggal di sekitar museum,” katanya(Kompas.id, 17/1/2022).
Diangkut mobil
Hilangnya benda-benda bersejarah di Museum Lapawawoi baru diketahui Senin (17/1/2022) pagi. Menurut informasi yang dihimpun, benda peninggalan Kerajaan Bone itu diambil pada Minggu (16/1/2022) malam dengan tiga truk dan dua mobilpikap.
”Warga turut membantu memindahkan koleksi museum ke mobil karena mereka kira kegiatan ini sudah mendapat izin,” ucap Yudi.
Kejadian ini diperkirakan berkaitan dengan sengketa antara Pemerintah Kabupaten Bone dan keluarga keturunan raja. Namun, Yudi menyatakan bahwa museum beserta lahannya telah diserahkan kepada pemerintah. Sementara hak milik atas koleksi-koleksi museum tersebut masih dipelajari.
”Pertanyaannya adalah apa koleksi-koleksi itu juga punya berita acara yang jelas? Itu yang sampai sekarang masih diselidiki karena sejarahnya panjang. Biasanya ada dinamika seperti ini karena keturunan (pihak terkait) tidak menerima dokumen-dokumen serah terima,” ucap Yudi.
Museum Lapawawoi dulunya adalah istana Raja Bone XXXII A Mappanyukki. Bangunan ini menjadi gedung museum rumah bersejarah pada 1931-1946. Setelahnya, bangunan ini menerima sertifikat dari Pemkab Bone. Pada 1971, bangunan ini menjadi museum rintisan di bawah pemerintahan Bupati Bone Suaib. Pada 1982, museum itu diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 1978-1983 Daud Jusuf.
Saat dihubungi terpisah, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin di Makassar Nurhayati Rahman menilai, sengketa bisa berdampak ke peninggalan-peninggalan sejarah, termasuk naskah dengan aksara Lontaraq. Naskah itu penting karena merupakan memori kolektif masyarakat di masa lampau.
”Kita akan kesulitan merekonstruksi sejarah hanya dari informasi lisan yang disampaikan secara turun-temurun. Saya harap agar pemerintah dan pemangku kepentingan agar menjaga warisan budaya dengan baik karena ini adalah wajah asli kita di masa tertentu,” ucap Nurhayati.