Mesir Gencarkan Upaya Memulangkan Benda-benda Bersejarah
Pada Juni 2021, pihak berwenang Mesir dan Perancis menyatakan bahwa mereka berhasil mencegah penyelundupan 114 barang antik Mesir.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Sejumlah benda bersejarah hingga barang-barang antik Mesir rusak saat pergolakan politik atau Arab Spring pada 2011. Ribuan benda bahkan dijarah, dilelang, dan kini tersebar di berbagai penjuru dunia. Mesir pun berupaya memulangkan kembali harta karun sejarahnya beberapa tahun terakhir.
Baru-baru ini Spanyol mengembalikan 36 barang antik curian ke Mesir. Pihak berwenang menyatakan bahwa barang tersebut dicuri dari situs arkeologi di Mesir, kemudian dibawa penjarah ke Spanyol pada 2014. Polisi berhasil menahan dan menginvestigasi para penjarah.
”Pemulihan 36 potongan arkeologi ini adalah operasi sukses yang telah berlangsung bertahun-tahun. Operasi ini koordinasi antara otoritas Mesir dan Spanyol,” kata Duta Besar Mesir untuk Spanyol Youssef Diaeldin Mekkawy di Museum Arkeologi Nasional di Madrid, Spanyol, Senin (20/12/2021) waktu setempat.
Kementerian Barang Antik langsung bergerak untuk menghentikan penjualan artefak tersebut dan menariknya dari daftar lelang.
Nilai artefak-artefak tersebut diestimasi mencapai 170.000 dollar AS atau Rp 2,4 miliar. Artefak itu diperkirakan dijarah dari situs di Saqqara dan Mit Rahina, Spanyol.
Sebanyak 95 benda bersejarah juga dikembalikan ke Mesir oleh Israel pada awal Desember 2021. Benda-benda itu diselundupkan ke Israel dan ditemukan dijual di Jerusalem. Salah satu benda itu berupa bagian inskripsi batu.
Beberapa benda disebutkan ditemukan dalam koper milik pedagang barang antik Israel. Ia mengatakan bahwa benda-benda itu dibeli di Inggris. Adapun pengembalian benda bersejarah ini merupakan permintaan dari Mesir sekaligus ”niat baik dari Israel”.
Sebelumnya, Januari 2021, Mesir mengumumkan bahwa mereka berhasil memulangkan sekitar 5.000 benda kuno dari Amerika Serikat. Ini hasil negosiasi dengan pihak AS selama bertahun-tahun.
Menurut Kementerian Pariwisata dan Barang Antik Mesir, barang-barang tersebut merupakan peninggalan Mesir Kuno. Selama ini, benda-benda tersebut dimiliki oleh Museum of the Bible di Washington, AS.
Pihak Mesir menyebut bahwa benda itu meninggalkan Mesir dengan cara ”curang”. Kendati demikian, tidak jelas bagaimana benda-benda itu meninggalkan Mesir hingga berakhir di Museum of the Bible. Benda-benda yang kini sudah kembali ke Mesir bakal ditempatkan di Museum Koptik, Kairo.
Dari nyaris 5.000 benda yang kembali ke Mesir, mayoritas merupakan manuskrip. Ada pula topeng pemakaman, bagian dari peti mati, hingga bagian dari kepala patung batu.
Artefak Mesir Kuno juga dikembalikan ke Mesir setelah dipajang di sebuah balai lelang di London, Inggris, pada 2019. Artefak itu disebut keluar dari Mesir secara ilegal.
Kementerian Barang Antik kala itu menyatakan, mereka langsung bergerak untuk menghentikan penjualan artefak tersebut dan menariknya dari daftar lelang. Mereka juga bekerja sama dengan otoritas Inggris dan Kedutaan Besar Mesir di London untuk pemulihan artefak. Artefak itu kini ada di tangan Mesir.
Adapun pada Juni 2021, pihak berwenang Mesir dan Perancis menyatakan bahwa mereka berhasil mencegah penyelundupan 114 barang antik Mesir. Barang-barang tersebut kemudian diperiksa, diinventarisasi, dan akan dipindahkan ke Kairo.
Mesir pun kian gencar mengampanyekan pengembalian artefak, baik yang dicuri oleh penyelundup maupun yang dijarah. Koalisi Internasional untuk Perlindungan Barang Antik Mesir (The International Coalition to Protection Egyptian Antiquities/ICPEA) sebelumnya memprediksi barang antik Mesir senilai sekitar 3 miliar dollar AS telah dijarah sejak Januari 2011. (REUTERS/AP/BBC)