Pahatan marmer di Kuil Parthenon, Yunani, hilang ratusan tahun silam akibat gejolak politik. Fragmen marmer itu kini kembali ke Yunani dengan status pinjaman.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
Kuil Parthenon merupakan salah satu tengara paling ikonik di Yunani. Kuil ini dibangun pada abad ke-5 Sebelum Masehi sebagai penghormatan terhadap Athena, dewi pelindung Athena, Yunani. Kuil Parthenon sejatinya memiliki pahatan marmer sepanjang 160 meter sebagai dekorasi dinding. Akibat gejolak politik ratusan tahun silam, dekorasi dinding itu dilucuti dan kini tersebar di beberapa negara.
Yunani mendapatkan kembali fragmen marmer Kuil Parthenon pada Senin (10/1/2022). Fragmen tersebut dipinjamkan oleh Museum Arkeologi Antonio Salinas di Palermo, Sisilia, Italia, selama empat tahun. Masa pinjaman dapat diperpanjang empat tahun lagi. Kedua belah pihak sedang berunding agar fragmen marmer itu dapat berada di Yunani secara permanen.
Sebagai ganti pinjaman tersebut, Museum Acropolis di Yunani akan meminjamkan patung Athena tanpa kepala yang dibuat pada abad ke-5 SM selama empat tahun. Bejana yang dibuat pada abad ke-8 SM juga akan dipinjamkan.
Ini sangat luar biasa bahwa teman-teman dari Sisilia dan Italia berpikir untuk membawanya (fragmen) kembali ke tempat asalnya.
Fragmen marmer yang dipinjamkan pihak Italia kepada Yunani berukuran sekitar 35 sentimeter kali 31 sentimeter. Fragmen ini merupakan bagian dari pahatan marmer panjang yang menghiasi dinding Kuil Parthenon. Pada fragmen itu terpahat bagian kaki Dewi Artemis yang sedang duduk. Fragmen tersebut disebut juga dengan Fragmen Fagan.
Sebelumnya, fragmen itu merupakan koleksi milik Konsul Jenderal Inggris di Sisilia, Robert Fagan. Istrinya menjual fragmen tersebut ke Royal University of Palermo pada 1820 setelah Fagan meninggal. Tidak jelas bagaimana Fagan memiliki fragmen itu.
”Ini sangat luar biasa bahwa teman-teman dari Sisilia dan Italia berpikir untuk membawanya (fragmen) kembali ke tempat asalnya,” ucap Direktur Museum Acropolis Nikolaos Stampolidis.
Ia berharap agar langkah pihak Sisilia menginspirasi negara lain untuk melakukan hal serupa, yaitu mengembalikan pahatan marmer yang menjadi bagian Kuil Parthenon ke Yunani. Sebagian besar fragmen marmer itu kini berada di British Museum. Fragmen-fragmen lain berada di Paris, Perancis; Kopenhagen, Denmark; Muenchen dan Wuzburg, Jerman; Vatikan; serta Vienna, Austria.
“Marmer Elgin”
Yunani berupaya mendapatkan kembali ”marmer Elgin” dari Inggris selama beberapa tahun terakhir. ”Marmer Elgin” yang dimaksud merupakan pahatan dekorasi dinding sepanjang 75 meter, 17 patung, dan 15metope(elemen struktur pada bangunan klasik Yunani).
Pada 1687, Kuil Parthenon rusak akibat perang antara Turki dan Venesia. Pahatan marmer pada kuil pun dilucuti sesuai dengan perintah bangsawan Thomas Bruce—atau yang dikenal dengan Lord Elgin—pada awal 1800-an. Elgin merupakan duta besar untuk Kesultanan Otoman yang kala itu menguasai Yunani.
Elgin lantas menjual marmer itu kepada Pemerintah Inggris. Marmer tersebut kemudian diberikan ke British Museum pada 1817 hingga sekarang.
Pihak Inggris menyatakan bahwa pahatan marmer itu telah dibawa atas izin Turki yang kala itu menguasai Yunani. Di sisi lain, Yunani bersikeras bahwa pahatan itu dicuri. Adapun Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menilai bahwa isu itu mesti diselesaikan British Museum, bukan Pemerintah Inggris.
Adapun Yunani telah berupaya menggandeng Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai mediator masalah ini. Namun, mediasi ditolak oleh British Museum. Johnson menambahkan, pahatan marmer itu dimiliki secara sah oleh Inggris.
Sementara itu, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyatakan bahwa pihaknya akan terus berupaya mengembalikan fragmen marmer berusia ribuan tahun itu kembali ke Yunani. Ia harap pihak Inggris bersedia berdiskusi dengan Yunani untuk mencari solusi terbaik.
”Saya pikir itu (langkah Sisilia untuk meminjamkan fragmen marmer) membuka jalan bagi British Museum untuk melakukan diskusi serius dengan otoritas Yunani, kemudian mencari solusi yang bisa diterima kedua belah pihak,” ucap Mitsotakis.
Upaya serupa tengah diupayakan Mesir beberapa tahun terakhir. Sejak gejolak politik Arab Springpada 2011, ribuan benda sejarah mereka rusak, dijarah, dilelang, dan tersebar di beberapa negara. Sejumlah artefak telah dikembalikan ke Mesir, antara lain dari Spanyol dan Amerika Serikat.
Koalisi Internasional untuk Perlindungan Barang Antik Mesir (The International Coalition to Protection Egyptian Antiquities/ICPEA) sebelumnya memprediksi barang antik Mesir sekitar 3 miliar dollar AS telah dijarah sejak Januari 2011. (REUTERS/AP/AFP)