Peran Strategis IKN Nusantara
IKN Nusantara memiliki potensi yang besar untuk hadir sebagai kutub pertumbuhan ekonomi nasional. IKN diharapkan akan jadi milestone pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.
Ibu Kota Negara Nusantara diharapkan akan jadi milestone pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Optimisme tersebut tentu tidaklah muncul tanpa alasan. Dengan letak geografisnya yang berada tepat di tengah bentang kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia, IKN Nusantara memiliki potensi yang besar untuk hadir sebagai kutub pertumbuhan ekonomi nasional.
Kutub pertumbuhan (growth pole) merupakan suatu abstraksi keruangan yang merepresentasikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi pada skala makro. Pengaruh pertumbuhan ekonomi tersebut diwujudkan dengan kekuatan-kekuatan ekonomi, baik yang bersifat memencar (centrifugal) maupun bersifat menarik (centripetal) (Pasaribu et al, 2014). Kekuatan-kekuatan ekonomi tersebut kemudian akan mendorong terciptanya hubungan dinamis di antara sektor-sektor ekonomi yang ada.
Dalam konteks kutub pertumbuhan, dapat dilihat bahwa lokasi strategis IKN Nusantara yang berada tepat di tengah wilayah RI diyakini dapat menghadirkan kekuatan-kekuatan sentrifugal yang menjamah berbagai sudut kegiatan yang turut berkontribusi sebagai penggerak roda perekonomian Indonesia.
Kekuatan-kekuatan itu nantinya diharapkan dapat menyeimbangkan pendulum pertumbuhan ekonomi yang semula masih terkonsentrasi di Pulau Jawa, yang notabene masih sedemikian mendominasi roda perekonomian Indonesia dengan kontribusi ekonomi yang mencapai 59 persen dari PDB nasional pada 2020 (BPS, 2020). Maka, optimisme akan potensi IKN Nusantara dalam mewujudkan pemerataan pembangunan ekonomi bukan merupakan isapan jempol semata, melainkan suatu visi yang dapat digapai bersama.
Pusat pertumbuhan ( growth center) sendiri merupakan suatu representasi ruang yang terdiferensiasi atas potensi pengaruhnya terhadap perekonomian di wilayah sekitarnya.
Selain potensi besarnya dalam mendukung perekonomian nasional, kehadiran IKN Nusantara pun diyakini akan membawa dampak yang signifikan dalam konstelasi regional Kalimantan.
Jika pada skala nasional saja dapat membawa pengaruh ekonomi yang signifikan, kehadiran IKN Nusantara pada skala regional tentu akan turut mendorong kebangkitan ekonomi yang masif bagi wilayah-wilayah di sekitarnya. Kebangkitan ekonomi ini tak lain terbentuk karena potensi IKN Nusantara yang dapat sekaligus berperan sebagai pusat pertumbuhan regional.
Pusat pertumbuhan (growth center) sendiri merupakan suatu representasi ruang yang terdiferensiasi atas potensi pengaruhnya terhadap perekonomian di wilayah sekitarnya. Pengaruh tersebut diwujudkan dengan terjadinya suatu aliran sumber daya sebagai resultan atas munculnya berbagai unit ekonomi yang propulsif, yakni unit-unit ekonomi dominan yang dapat mendorong kegiatan-kegiatan pada unit ekonomi lainnya.
Adapun bentuk dari aliran sumber daya sendiri dapat dibagi menjadi dua, yakni aliran yang bersifat menguntungkan (spread effect) dan aliran yang bersifat merugikan (backwash effect). Spread effect termanifestasikan dengan adanya suatu penyebaran aliran sumber daya terhadap wilayah di sekitar pusat.
Dalam konteks ini, berarti keberadaan IKN dikonsepkan akan menyebarkan aliran sumber-sumber daya ke wilayah-wilayah sekitarnya. Sebaliknya, backwash effect termanifestasikan dengan adanya suatu penyerapan aliran sumber daya dari wilayah di sekitar pusat.
Dalam tesis Gunar Myrdal mengenai teori circular cumulative causation, aliran sumber daya kumulatif yang berdampak positif dari suatu pusat terhadap wilayah sekitarnya akan bisa dicapai jika spread effect yang dihasilkan bisa melampaui backwash effect yang ditimbulkan. Backwash effect yang terlampau besar, atau setidaknya melampaui spread effect yang dihasilkan dalam proses pembangunan wilayah, akan menyebabkan wilayah yang maju kian maju, sementara yang tertinggal akan tetap tertinggal.
Besarnya suatu backwash effect dapat mendorong terjadinya kebocoran ekonomi sebagai akibat dari ketidakoptimalan dalam proses pengolahan hasil ataupun kegagalan dalam penambahan value added dari produk-produk yang dihasilkan di wilayah sekitar pusat (Nurjihadi, 2016). Adapun dalam pengembangan IKN Nusantara, amplifikasi spread effect diyakini bisa terwujud dengan penguatan rantai ekonomi domestik sebagai dampak positif dari posisi strategis kawasan IKN Nusantara yang memiliki pola keterhubungan spasial yang baik dengan wilayah sekitarnya.
Baca juga: Ibu Kota Negara, Beberapa Catatan
Dalam konteks pusat pertumbuhan, posisi strategis IKN Nusantara yang berdekatan dengan dua kota besar di Kalimantan Timur, yakni Kota Balikpapan dan Kota Samarinda, berpotensi mendorong spread effect bagi wilayah sekitarnya melalui intensitas kegiatan ekonomi di antara ketiga kota tersebut.
Bahkan, hubungan di antara ketiganya dalam membentuk ekosistem penggerak ekonomi masa depan dapat dianalogikan layaknya tubuh manusia, di mana IKN Nusantara berlaku sebagai ”pusat saraf” yang menghadirkan inti pemerintahan dan pusat inovasi hijau.
Kota Balikpapan sebagai ”otot” yang menjadi simpul hilir migas dan logistik Kaltim, sedangkan Kota Samarinda sebagai ”jantung” yang menjadi pusat sejarah Kaltim dengan sektor energi yang diremajakan. Keberfungsian di antara ketiganya kemudian akan mendorong roda perekonomian pada konstelasi regional di Kaltim, yang akan berlaku layaknya ”paru-paru dengan sektor pertanian hulu dan pusat wisata alam sebagai corak kegiatan ekonominya.
Dalam konteks pola ruang, kedudukan IKN Nusantara sebagai pusat pertumbuhan regional didukung dengan sebaran berbagai unit kegiatan ekonomi yang propulsif. Ini tecermin dari rencana sebaran sektor ekonomi dan industri, baik di kawasan IKN Nusantara, Kota Balikpapan, Kota Samarinda, maupun wilayah Kaltim lain.
Pada kawasan IKN Nusantara sendiri akan dibangun unit kegiatan ekonomi hijau, seperti pusat badan penelitian dan pengembangan serta inovasi, pusat pendidikan abad ke-21, pusat Industri 4.0 dan smart city, dan pusat-pusat lainnya (ekowisata, pariwisata kota, bisnis, medis, dan kebugaran).
Unit-unit kegiatan ekonomi di kawasan IKN Nusantara itu nantinya akan saling menopang dengan berbagai unit kegiatan di Kota Samarinda dan Kota Balikpapan, di mana Samarinda akan berfokus pada sektor energi rendah karbon, sementara Balikpapan di sisi lain akan jadi pusat produk kimia (petrokimia) dan farmasi yang terintegrasi.
Selain itu, terdapat pula Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans-Kalimantan yang jadi pusat pengolahan kelapa sawit (oleokimia) dan juga Kawasan Industri (KI) Muara Jawa yang menjadi pusat energi rendah karbon (E2W dan panel surya), pusat farmasi yang terintegrasi (biosimilar dan vaksin), dan pusat industri pertanian berkelanjutan. Maka, kehadiran berbagai unit kegiatan ekonomi pada berbagai kawasan itu diharapkan dapat mengoptimalkan peran IKN Nusantara sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi regional di Kaltim.
Adapun dalam konteks struktur ruang, keberfungsian IKN Nusantara dengan dua kota lainnya dalam mendorong perekonomian di Kaltim ditunjang dengan potensi keterhubungan spasial yang tinggi di antara ketiganya. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan berbagai infrastruktur existing yang dapat menunjang mobilisasi aliran sumber daya antarpusat. Bahkan, tak hanya menunjang keterhubungan pusat pada regional Kaltim, melainkan pula pusat-pusat pertumbuhan lainnya di Indonesia.
Penerapan konsep superhub dapat menempatkan Indonesia pada posisi yang lebih strategis dalam jalur perdagangan dunia, arus investasi, dan inovasi teknologi.
Di antara infrastruktur itu adalah Jalan Tol Balikpapan-Samarinda, Jalan Trans-Kalimantan, Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Bandar Udara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto Samarinda, Pelabuhan Terminal Peti Kemas Kariangau Balikpapan, dan Pelabuhan Semayang Samarinda. Maka, potensi IKN Nusantara sebagai pusat pertumbuhan yang memberikan spread effect bukan sekadar mimpi dan ambisi tanpa dasar, melainkan visi yang sangat mungkin dicapai.
Terlebih lagi, dengan rencana besar pemerintah yang akan menjadikan IKN Nusantara superhub dunia yang bersifat locally integrated, globally connected, dan universally inspired, maka potensi untuk menghadirkan spread effect bagi wilayah-wilayah di sekitarnya pun semakin nyata terlihat. Penerapan konsep superhub dapat menempatkan Indonesia pada posisi yang lebih strategis dalam jalur perdagangan dunia, arus investasi, dan inovasi teknologi.
Kemudian, dalam konstelasi regional, posisi strategis tersebut pun diproyeksikan dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia dengan memperkuat rantai nilai domestik, bukan hanya bagi Kaltim, melainkan pula bagi seluruh kawasan di Indonesia. Dengan demikian, penerapan konsep superhub dalam pengembangan IKN Nusantara pun diharapkan bisa mengubah wajah perekonomian Indonesia jadi lebih inklusif.
Inklusivitas roda perekonomian sendiri merupakan salah satu visi yang hendak dicapai pemerintah melalui pengembangan IKN Nusantara. Hal ini tecermin dari prinsip ”peluang ekonomi untuk semua”, yang merupakan salah satu dari delapan prinsip pembangunan IKN, yakni meliputi Bhinneka Tunggal Ika, desain berbasis kondisi alam, terhubung, aktif, dan mudah diakses, sirkuler dan tangguh, nyaman dan efisien melalui teknologi, aman dan terjangkau, dan rendah emisi karbon.
Baca juga: Teluk Balikpapan Jadi Jalur Logistik untuk IKN, Ribuan Nelayan Tradisional Terancam Tersingkir
Prinsip ”peluang ekonomi untuk semua” menjadi prinsip yang sangat penting dalam mendukung keterbukaan informasi dan kesempatan usaha bagi masyarakat agar nantinya tercipta rantai perekonomian yang kuat di atas persaingan sehat antarpelaku usaha.
Prinsip ”peluang ekonomi untuk semua” tentu perlu didukung dengan adanya keterbukaan antarmasyarakat. Hal ini pun sejalan dengan struktur kependudukan kawasan IKN Nusantara yang diarahkan bersifat heterogen.
Heterogenitas struktur kependudukan itu kemudian bisa menghadirkan suatu nuansa keterbukaan antarmasyarakat di dalamnya sehingga terjadi keterpaduan budaya, termasuk bagi masyarakat pendatang. Maka, potensi konflik sosial horizontal dalam kehidupan bermasyarakat di kawasan IKN Nusantara pun diharapkan pada tataran golongan rendah. Tak terkecuali di urusan perniagaan masyarakat di dalamnya.
Dengan berbagai keunggulan yang dimilikinya serta berbagai rencana besar pemerintah dalam pengembangannya, dapat dilihat bahwa IKN Nusantara memiliki potensi besar untuk berperan sebagai penggerak roda perekonomian, baik melalui perannya sebagai kutub pertumbuhan nasional (growth pole) maupun sebagai pusat pertumbuhan regional (growth center).
Oleh karena itu, upaya pemerintah untuk mengembangkan IKN Nusantara hendaknya menjadi upaya yang didukung bersama oleh seluruh komponen bangsa. Kelak di kemudian hari, keberhasilan pembangunan IKN Nusantara akan menjadi simbol kebanggaan dan tonggak sejarah baru bagi kebangkitan ekonomi Indonesia melintasi ruang dan waktu perkembangan peradaban umat manusia.
Budi Gunawan, Kepala Badan Intelijen Negara Republik Indonesia; Guru Besar pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara