Pandemi penyakit Covid-19 menjadi momentum bagi Bali untuk mulat sarira, atau introspeksi diri, dalam menata dan menyiapkan pembangunan Bali di masa depan. Bali perlu menyiapkan sektor ekonomi lain sebagai penyeimbang.
Program pemulihan ekonomi nasional harus berbasis kebutuhan yang konkret, punya prospek pasar, dan serapan tenaga kerja. Di sisi lain, masalah rumitnya perizinan dan kepastian hukum juga perlu diatasi.
Penyediaan vaksin harus dijamin dari sisi keamanan dan efikasi. Hal ini penting untuk menghindari permasalahan baru yang berpotensi muncul dari vaksin yang tidak terjamin keamanannya.
Indonesia disebut punya modal besar untuk segera pulih dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Kolaborasi yang padu di semua struktur, serta memberdayakan semua potensi yang ada bisa menjadi cara ampuh untuk bangkit.
Universitas Gadjah Mada menggelar kuliah kerja nyata secara daring di tengah pandemi Covid-19. Metode ini diyakini tidak akan mengurangi esensi pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat.
Usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM tak luput dari hantaman krisis akibat pandemi Covid-19. UMKM bisa bertahan, antara lain melalui inovasi produk.
Gotong royong untuk membantu masyarakat terdampak pandemi Covid-19 bergema di mana-mana. Ardiati dan Sulastama menggemakan gotong royong dengan modal cantelan sembako di 22 provinsi.
Universitas Gadjah Mada berhasil menembus peringkat ke-254 dunia menurut pemeringkatan universitas dunia tahun 2021 oleh Quacquarelli Symonds. Capaian ini tertinggi dibandingkan perguruan tinggi lain di Indonesia.
Pemprov Jateng data warga kategori miskin baru yang ekonominya terdampak pandemi Covid-19. Sementara itu, Pemkot Semarang menggratiskan rusunawa, retribusi bagi PKL, dan diskon bagi pelanggan PDAM.
Edukasi publik terkait antisipasi dan penanganan virus Korona sangat dibutuhkan. Ketersediaan pusat informasi yang bisa menjadi rujukan warga untuk bertanya dan melaporkan dampak virus Korona semakin mendesak