Sentimen ketidakpastian politik yang membayangi pasar modal Indonesia mereda. Kepastian itu muncul seiring dengan akan ditetapkannya pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebagai presiden-wakil presiden terpilih oleh KPU dalam waktu dekat.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sentimen ketidakpastian politik yang membayangi pasar modal Indonesia mereda. Kepastian itu muncul seiring dengan akan ditetapkannya pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebagai presiden-wakil presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum dalam waktu dekat.
KPU menurut rencana akan menetapkan Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebagai presiden-wakil presiden periode 2019-2024 pada Minggu (30/6/2019). Hal ini terjadi seusai Mahkamah Konstitusi menolak dalil permohonan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno yang menyoal putusan KPU terkait hasil penghitungan suara pemilihan presiden.
Kepastian tersebut berdampak positif terhadap posisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat penutupan perdagangan akhir pekan, Jumat (28/6/2019). IHSG ditutup menguat 5,92 poin atau 0,09 persen di level 6.358,63.
Pada perdagangan Jumat, frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 428.101 kali transaksi, dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 27,11 miliar lembar saham, senilai Rp 19,19 triliun. Adapun sepanjang pekan, IHSG telah menguat 0,68 persen atau 43,19 poin.
Kepala Riset Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, pengumuman putusan MK pada hari sebelumnya tidak mengubah fundamental keyakinan pelaku pasar atas kemenangan petahana. Namun, pengumuman tersebut setidaknya mampu menghalau ketidakpastian politik yang cukup mengganggu persepsi pasar.
”Dengan adanya putusan MK, kondisi politik jadi tidak berbahaya lagi. Dari sentimen internal, perhatian investor dan pelaku pasar modal bisa sepenuhnya teralih ke defisit transaksi berjalan dan kondisi ekonomi makro,” ujarnya.
Di sepanjang sisa tahun 2019 berjalan, Wawan menilai investor asing akan berhati-hati masuk ke instrumen saham lantaran defisit transaksi masih cukup dalam. Pudarnya ketidakpastian politik membuat pemerintah kini dapat kembali fokus membenahi neraca dagang.
Sentimen tersebut membuat pada perdagangan terakhir, investor asing mencatatkan aksi beli bersih sebesar Rp 9,22 triliun. Adapun sejak awal Januari 2019, investor asing telah mencatatkan aksi beli mencapai 68,79 triliun.
Investor asing akan berhati-hati masuk ke instrumen saham lantaran defisit transaksi masih cukup dalam. Pudarnya ketidakpastian politik membuat pemerintah kini dapat kembali fokus membenahi neraca dagang.
Senada dengan Wawan, analis Bina Artha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai sentimen yang memengaruhi penguatan IHSG di akhir pekan adalah stabilitas keamanan dan politik.
”Selain itu, data ekonomi makro berupa surplusnya neraca perdagangan per Mei sebesar 210 juta dollar AS juga masih memberikan katalis positif bagi indeks,” ujar Nafan.
Indeks saham Indonesia menguat di tengah pelemahan bursa regional Asia lain, antara lain indeks Nikkei Jepang melemah 0,29 persen ke level 21.275,92 dan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,28 persen ke posisi 28.542,62.
Saat ini, lanjut Nafan, pelaku pasar modal tengah antusias menantikan dialog mengenai negosiasi dagang antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada KTT G-20 di Osaka, Jepang.